.
.
DISASTER
.
.
Disclaimer : Naruto itu selalu milik Masashi Kishimoto
Story : V3Yagami & Kira Desuke (V3 Desuke)
Genre : Horror, Friendship, Angst, Romance, Tragedy, Hurt/comfort
Rated : M
.
.
Apa yang paling kita sukai saat berada di sekolah? Apakah bertemu dengan teman-teman? Pacar? Menyendiri di atap saat pelajaran yang membosankan sedang berlangsung? Atau memang menyukai belajar dengan suasana kelas yang sunyi? Masing-masing ada selera dalam melakukan sesuatu khususnya di sekolah. Di saat para remaja sedang menikmati masa-masa SMA mereka, hal itu tidak berlaku untuk seorang gadis berambut pink yang kini dengan serius menatap sensei yang tengah menjelaskan sebuah sejarah yang bertema taktik perang.
Terlihat beberapa murid menguap di dalam kelas dan memainkan hp-nya diam-diam, namun Sakura—nama dari pemilik rambut pink itu sangat menikmati pelajaran dengan antusias, bahkan ia mencatat beberapa taktik yang ia anggap menarik untuk dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Saat Sakura sedang mencatat di notes pribadinya, terdengar suara teriakan dari lorong dan suara langkah kaki yang berlari. Sakura menoleh ke jendela dan melihat sosok dua laki-laki yang sedang berlari seperti menghindari seseorang. Satu berambut pirang, ia berlari sambil tertawa menggelegar, satu lagi laki-laki berambut spike coklat yang menyeringai. Sakura memincingkan matanya lalu pandangannya terkejut pada sosok wanita berambut pendek... itu adalah Anko-sensei.
"Lagi-lagi berbuat ulah," gumam Sakura.
"BERHENTI INUZUKA! UZUMAKI!"
"Mana mungkin kami berhentiiii!" jawab laki-laki berambut pirang yang disebut dengan Uzumaki.
"Lagipula itu tadi idenya si Sasuke! Hahahaha!" sosok laki-laki bertaring kini yang menyahut.
Saat mereka tidak memperhatikan jalan, suatu sosok yang berdiri di hadapan mereka membiarkan dua siswa yang terkenal dengan biang onar itu menubruknya, dan sosok itu adalah...
"Jiraiya-sama..." gumam kedua siswa tersebut.
.
.
BRAAK!
Sosok yang dipanggil dengan sebutan Jiraiya-sama adalah kepala sekolah di SMA Konoha, terkenal dengan wataknya yang galak dan tegas. Kadang terlihat konyol kalau sudah berhadapan dengan sekretarisnya–Tsunade.
"Apa kalian sadar apa yang telah kalian lakukan?! Kiba! Naruto!" bentak Jiraiya.
Pemuda yang dipanggil Kiba dan Naruto kini hanya memutar kedua bola mata mereka, Naruto menguap dan Kiba mengangkat satu kakinya di atas meja.
"Jaga kelakuan kalian!" Jiraiya kembali membentak sambil menyingkirkan kaki Kiba yang tadi diletakan di atas mejanya.
"Jangan berlebihan, kami hanya menyibak rok Anko-sensei, itu kelakuan alami para remaja," ucap Naruto menyepelekan.
"Nice," timpal Kiba memberikan sentuhan punggung tangan pada Naruto, dan Naruto meresponnya.
"ITU BUKAN TINDAKAN ANAK SMA!" jerit Jiraiya frustasi, "Kalian tahu, selain ini kenakalan apa saja yang kalian perbuat? Melakukan kegiatan mesum di bawah tangga! Menggoda kakak kelas kalian yang sedang latihan gymnastic, lalu apa? Apa lagi?"
"Kita belum pernah mencoba Tsunade-san," usul Kiba pada Naruto.
"Ide bagus," sahut Naruto.
"CUKUP!" Jiraiya bangkit dari duduknya dan berjalan menuju lemari yang berisi daftar-daftar hukuman siswa, begitu ia mendapat satu buku, Jiraiya memberikannya pada dua siswa yang sangat terkenal dengan biang onar.
"Hukuman kalian, baca halaman seratus empat puluh lima poin ke lima," ujar Jiraiya.
Kiba dan Naruto serempak membuka buku tebal itu dan menemukan halaman yang dimaksud, saat mereka membaca poin ke lima...
"Yang benar saja!" protes Kiba.
"Aku tidak mau!" sambung Naruto.
"Sayang sekali, mau tidak mau... kalian harus mau," ucap Jiraiya menyeringai.
"Tempat itu banyak debu! Bau!" sewot Kiba.
"Aku ini anak dari donatur terbesar untuk sekolah ini, bayangkan apa yang akan orang tuaku lakukan kalau terkena hukuman 'membersihkan isi gudang sampai bersih'?!" ujar Naruto.
"Sayang sekali, aku sudah dapat izin dari mereka," jawab Jiraiya sambil memperlihatkan surat pengizinan memberi hukuman pada mereka berdua dari kedua orang tua masing-masing.
"Nah sekarang..." Jiraiya menatap tajam pada mereka, "LAKSANAKAN HUKUMAN KALIAN!"
.
.
"Tua bangka brengsek!"
"Jangan mengeluh terus Naruto! Ini di luar perkiraan kita," tegur Kiba.
"Lihat kita! Berpakaian seperti pembersih gudang! Kostumnya jelek, topi ini... aarrrghhh, dan lagi kenapa gudang letaknya harus di belakang gedung utama! Banyak pohon pula! Ini gudang atau rumah hantu!"
Saat Naruto sedang menggerutu dan mengoceh dengan arti yang tidak dimengerti oleh Kiba, tatapan pemuda itu kini tertuju pada sosok perempuan berambut pink yang kini sedang berjalan melewati halaman sekolah dan menuju mereka yang kini berdiri di depan pintu gudang. Sosok Sakura masih terlihat jauh, namun bisa Kiba lihat kalau gadis itu kini kesusahan mengangkat peralatan olahraga.
"Naruto," panggil Kiba sambil menyeret lengan sahabatnya itu, "kau pernah lihat dia sebelumnya?"
"Siapa?" tanya Naruto balik, saat ia melihat sosok Sakura,"Ah... Haruno Sakura, murid paling pintar nomor satu di sekolah ini...kau tidak tertarik padanya, 'kan?"
"Mana mungkin, lucu saja... lihat baju olahraganya, kebesaran dan rambutnya dikuncir rendah, dia itu gadis desa atau apa? Culun," ucap Kiba melecehkan.
"Hahahaha, jangan begitu, dia anaknya baik tidak seperti wanita-wanita lain yang mementingkan penampilan mereka," bela Naruto yang membuat Kiba memincingkan matanya.
"Kau suka padanya, eh?" tebak Kiba menyenggol lengan Naruto.
"Tidak, biasa saja... di-dia bukan tipeku," jawab Naruto dengan wajah yang sedikit memerah.
"Mau lakukan sesuatu yang menarik?" usul Kiba menyeringai.
Saat sosok Sakura hampir mendekati mereka, Kiba menghampirinya dan mengulurkan tangannya, "Biar kami bant–"
"Tidak usah, buka pintunya," tolak Sakura ketus tanpa menatap Kiba yang kini berdiri di depannya.
"Pffttt." Naruto menahan tawanya saat melihat Sakura menolak mentah-mentah tawaran Kiba.
Karena Kiba tidak bergerak dan terus menatap Sakura dengan tatapan jengkel, maka Naruto lah yang membuka pintu gudang agar Sakura dapat meletakkan beberapa besi yang ia bawa.
"Apa kabar, Sakura-chan?" sapa Naruto.
Mendengar Naruto memanggil nama kecil Sakura membuat Kiba dan justru Sakura sendiri menatap aneh.
"Apa aku mengenalmu?" tanya Sakura bingung, begitu ia sadar akan pakaian yang Naruto dan Kiba pakai, ia menaikan satu alisnya dan berucap, "Hukuman halaman seratus empat puluh lima poin lima."
Ucapan Sakura sukses membuat kedua pembuat onar itu tertegun, dari mana Sakura tahu tentang hukuman mereka?
"Bagaimana kau–"
"Aku bukan orang bodoh yang tidak tahu hukuman apa saja yang berlaku di sekolah ini," potong Sakura pada pertanyaan Kiba, kemudian berjalan meninggalkan mereka.
"Sombong sekalii!" geram Kiba.
"Seingatku dia anak yang ramah," ucap Naruto pelan, namun cukup untuk terdengar di telinga Kiba.
"Seingatmu? Memang kau pernah berteman dengannya?" tanya Kiba sambil melempar sapu yang dari tadi ia genggam.
"Kami satu SMP dulu, ia memang anak yang pendiam, suka belajar, tapi tidak sejudes tadi," jawab Naruto.
"Yaa, manusia bisa berubah," ujar Kiba sambil berjalan.
"Mau kemana kau?" tanya Naruto.
"Makan di kantin, aku lapar, sekalian minta traktir pada Sasuke yang menyebabkan kita dihukum."
.
.
Suasana kantin ramai seperti biasanya, terdapat beberapa kelompok yang terbentuk di kawasan tertentu. Seperti di pojok adalah kawasan para siswi populer yang berisik, tidak memesan apa-apa tapi berkumpul tidak jelas dan kerjaannya membicarakan orang, di pojok lainnya ada sekumpulan anak-anak pintar yang selalu mendiskusikan pelajaran yang baru saja mereka terima, di pojok lainnya adalah tempat Sasuke dan Naruto beserta pengikut mereka yang sama-sama pembuat onar namun tidak separah mereka berdua. Posisi yang paling dihindari adalah tempat ini, tempat yang Sakura duduki sendiri di tengah-tengah pusat perhatian orang.
Sudah biasa bagi Sakura duduk sendiri sambil menyantap makan siangnya, Sakura tidak mempunyai teman, sejak masuknya ke SMA ini, ia memutuskan untuk tidak dekat dengan siapapun di sekolah ini. Kiba berbisik pada Naruto dan mengarah pada Sakura, terlihat Naruto menggelengkan kepalanya dan Kiba menurutinya.
"Jangan ganggu dia, dia cengeng lho," cegah Naruto.
"Masa? Aku pikir dia bukan tipe perempuan yang gampang menangis," ucap Kiba.
"Siapa? Haruno?" tanya seseorang dari perkumpulan mereka dengan nada malas. Dia mengatakan itu sembari menyeruput jus tomat di genggamannya.
"Kau kenal dia, Sasuke?" tanya Kiba balik.
"Ya, dia berhasil mengalahkan nilaiku saat penerimaan murid baru, tidak masalah bagiku, hanya saja sedikit jengkel ketika aku melihat anak itu begitu dingin ketika aku akan mengucapkan selamat," jawab Sasuke.
"Dia mengalahkanmu?" ujar Kiba kaget.
"Aku kan sudah bilang padamu, dia itu paling pintar nomor satu," ucap Naruto mengingatkan.
Mendengar ucapan Naruto membuat Sasuke memutar kedua bola matanya bosan, "Sudah berulang kali kukatakan padamu kan, Naruto? Dia hanya beruntung saat itu," ucapnya ketus. Kiba hanya diam, tapi Naruto ingin mengelak. Hanya saja kata-katanya tertelan begitu suatu pengumuman tiba-tiba muncul.
"Perhatian pada seluruh siswa-siswi, harap dengarkan baik-baik pengumuman ini. Jangan ada satu orang pun yang keluar dari gedung sekolah, sekali lagi kami ingatkan... jangan ada satu orang pun yang meninggalkan gedung sekolah. Apabila masih ada yang berada di luar gedung, kami harapkan segera masuk secepatnya, terima kasih."
Setelah mendengar pengumuman tersebut, beberapa siswa ada yang mengeluh, ada yang bersorak riang karena sepertinya kegiatan belajar mengajar akan berhenti sementara. Beda dengan Sakura yang langsung berpikir ada sesuatu yang menjanggal, ia langsung beranjak dan berlari menuju kepala kantin.
"Apa ada sesuatu?" tanya Sakura.
"Tidak tahu, kami juga diperintahkan agar tidak meninggalkan tempat," jawab kepala kantin.
Sakura berlari melewati beberapa orang yang berdiri, melihat gelagat Sakura membuat Sasuke panasaran... kenapa gadis itu seolah bergegas dengan wajah panik?
"Pengumuman ini..." ucap Sasuke, "tidak akan disiarkan kalau tidak ada kejadian yang sangat genting juga berbahaya."
"Eh? Aku tidak tahu itu," ujar Naruto.
"Sejak kapan kau tahu tentang sekolah ini?" sindir Sasuke yang bangkit dari duduknya.
"Mau kemana kau?" tanya Kiba.
"Ikuti aku, sepertinya akan ada kejadian menarik," jawab Sasuke.
Kiba dan Naruto langsung mengikuti Sasuke yang berlari, mengikuti langkah Sasuke yang menuju lantai atas lalu menuju ke ruangan dimana sosok Sakura sedang berdiri di depan pintu sambil menempelkan telinga kanannya.
"Apa yang kau–"
Sakura langsung memotong ucapan Sasuke dengan bahasa tubuhnya, menempelkan telunjuk pada bibirnya seolah menyuruh Sasuke untuk tidak mengeluarkan suara. Menuruti kode yang Sakura berikan Sasuke mengangguk dan mendekatkan diri pada pintu itu.
"Kenapa dia ikut-ikutan?" bisik Naruto pada Kiba.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" terdengar suara cemas seorang wanita di dalam ruangan yang sedang mereka curi dengar.
"Kita tidak bisa memulangkan seluruh murid kalau begini, Shizune, cepat kau hubungi bagian kepolisian!"
"Baik, Jiraiya-sama."
"Ada apa sih?" tanya Kiba pada Sasuke.
"Apa jangan-jangan ada kejadian buruk?" tanya Sasuke pada Sakura.
Sakura menatap Sasuke dengan tatapan heran kemudian menegakkan tubuhnya, "Mana kutahu, jangan tanya padaku," jawab Sakura yang kemudian pergi.
"Hah? Kenapa dia?" tanya Sasuke pada siapapun yang mendengarnya. Laki-laki itu menggerutu pelan, "Sudah bagus aku bertanya baik-baik padanya."
"Menyebalkan, bahkan pada Sasuke pun dia sombong! Apa dia tidak tahu bahwa banyak wanita yang mengantri untuk laki-laki ini?!" geram Kiba sambil menunjuk Sasuke.
"Justru karena dia tahu, makanya dia tidak mau terlibat," jawab Naruto dengan nada candanya.
Saat mereka sedang membahas Sakura, pintu ruangan kepala sekolah terbuka dan terlihat ada beberapa guru yang sedang berkumpul di dalam. Seluruh mata memandang tiga sosok pemuda yang terkenal dengan... kita tidak perlu membahasnya lagi.
"Sedang apa kalian di sini?" tanya wanita berambut hitam pendek bernama Shizune.
"Ehm... kami..."
"Ingin menanyakan tentang pengumuman tadi," sambar Sasuke pada ucapan Naruto. Terlihat Shizune sedikit gugup menjawab pertanyaan Sasuke kemudian melemparkan pandangannya pada Jiraiya yang kini sedang berdiri di belakangnya. "ayolah, kalian semua tahu aku tidak sebodoh Naruto atau Kiba yang tidak mengerti arti dari pengumuman tadi."
"Heeeii!" sewot kedua temannya.
"Sasuke, kembali ke kelasmu dan–"
BRAAAKKK!
Suara kencang yang terdengar dari gerbang sekolah membuat para guru keluar dari ruangan dan berlari ke lorong untuk melihat apa yang terjadi-tentu saja Sasuke, Naruto dan Kiba mengikutinya. Begitu ia melihat ada sebuah Truk yang menabrak pagar sekolahan, Jiraiya langsung kembali ke ruangannya dan mengangkat telepon entah untuk menelepon siapa.
"Supirnya mabuk atau bagaimana?" tanya Kiba entah pada siapa. Sepertinya dia masih belum sadar apa yang terjadi. Lain halnya dengan Naruto yang langsung menangkap penampilan supirnya yang sangat mencurigakan.
Tangan Naruto bergetar, berusaha menunjuk ke arah supir di mobil tersebut, "A-Apa itu?" tanya laki-laki yang memiliki rambut spike blonde itu dengan wajah ketakutan.
Sekarang bukan hanya Naruto yang memasang wajah takut, mereka yang melihat apa yang keluar dari truk itu pun memasang wajah takut, bahkan Shizune sampai gemetar melihat sosok manusia dengan tangan yang buntung, darah yang berceceran kemana-mana dan kakinya yang pincang... juga satu matanya yang copot keluar menggelantung di wajahnya.
"Hiiii! Makhluk apa ituu?" tanya Naruto jijik.
"Tsunade-san!" Terdengar suara familiar bagi mereka semua dari lorong, dan pemilik suara itu adalah Sakura yang sedang berlari menuju sosok Tsunade, "Aku telepon ayahku tadi, katanya ada–"
"Haruno, ikut aku!" potong Tsunade menarik tangan Sakura menuju ruangan Jiraiya.
Tanpa izin dari siapapun, Sasuke mengikuti Tsunade dan Sakura yang masuk ke dalam ruangan Jiraiya, namun Kiba dan Naruto tetap berada di tepi jendela lorong memperhatikan gerakan manusia yang tidak layak dibilang hidup itu bergerak. Sakura menyerahkan hp-nya pada Jiraiya kemudian laki-laki penyandang posisi kepala sekolah itu mengangguk.
"Apa sudah ada tindakan dari pihak ayahmu?" tanya Jiraiya.
Sakura menggelengkan kepalanya. Jiraiya menghela napas, menghempaskan dirinya di sofa yang tersedia di ruangan itu. "Sebenarnya ada apa ini?" tanya Sasuke.
Belum sempat Jiraiya menjawab, suara Naruto meramaikan suasana, "Jiraiya-sama! Makhluk itu mencoba masuk, dia terus-terusan membenturkan kepalanya ke pagar besi!"
"Makhluk apa itu sebenarnya?" Sasuke kembali bertanya.
Suara langkah lari dari lorong terdengar semakin mendekat, dan itu adalah sosok siswi berambut pirang dengan kostum archery yang sedang ia kenakan, "Jiraiya-sama, di lobby sekolah ramai sekali, banyak siswa siswi yang menjerit ketakutan karena manusia—makhluk aneh yang datang lewat gerbang belakang!" teriaknya berantakan-setidaknya dia berusaha menjelaskan dengan baik.
"Ck, sial! Tsunade, tolong kau atur para murid di bagian lobby timur, dan suruh Shizune mengatur di bagian lobby barat. Kumpulkan mereka semua di lantai dua," perintah Jiraiya.
"Baik."
Saat Tsunade bergerak dan menghampiri Shizune, mereka berdua berlari menuju lantai bawah. Jiraiya mengambil senapan yang ia simpan di balik lemari rahasia dan mengokangnya.
"Jiraiya-sama... apa yang–"
"Maaf, tidak ada waktu menjelaskannya, aku harus menyelamatkan murid-muridku," ucap Jiraiya memotong ucapan Sasuke.
Jiraiya membuka jendela ruangannya yang langsung tertuju pada halaman belakang sekolah, kemudian ia membidik senapan itu dan mengambil napas pelan-pelan sampai...
Syuuuuu!
DOOOOOR!
Terlihat Jiraiya berhasil menembak kepala makhluk yang diceritakan oleh siswi-nya yang berambut pirang itu. Namun masih belum cukup, makhluk-makhluk lain yang sejenis mulai berdatangan-bahkan jumlahnya semakin banyak. Jiraiya mendecih, "Mulai saat ini, jangan ada yang meninggalkan gedung sampai bantuan datang!"
Kakek tua berambut putih itu pergi meninggalkan murid-muridnya yang kini berada di ruangannya. Suasana kini terasa canggung karena para murid itu tidak saling kenal satu sama lain. Merasa mereka berdua adalah satu-satunya perempuan di antara tiga laki-laki, wanita berpakaian club archery itu menghampiri Sakura dan mengulurkan tangannya, "Yamanaka Ino, siapa namamu?" ucapnya memperkenalkan diri.
Sakura menjabat tangan Ino, "Haruno Sakura."
"Kalau aku Inuzuka–"
"Cukup perkenalannya, sekarang beri tahu aku apa yang terjadi dan apa yang kau tunjukan tadi pada Jiraiya-sama?" potong Sasuke pada ucapan Kiba yang hendak memperkenalkan dirinya. Kiba mengerucutkan bibirnya kesal.
"Waw, ada apa ini? seorang Uchiha Sasuke berada di sini bukan di tempat berkumpulnya anak-anak nakal yang kini sedang menangis ketakutan di pojok kantin?" ucap Ino dengan nada sarkastik.
Sasuke mendengus sebelum akhirnya bertanya lagi pada Sakura, "Apa yang terjadi sebenarnya?" Sepertinya dia memang berniat mengabaikan sindiran sarkastik Ino.
"Aku tidak tahu persis apa yang terjadi, ayahku hanya mengatakan terjadi penyerangan biologis di daerah Tokyo," jawab Sakura. Kedua matanya menyipit seperti memikirkan sesuatu, "Oh ya, ada sesuatu yang harus kalian lihat." Dia bergumam sembari mengambil Hp miliknya tersebut.
"Tunggu tunggu, memangnya ayahmu siapa? Kenapa dia bisa tahu banyak?" tanya Kiba penasaran. Sebelah alisnya terangkat.
Gadis bermahkota soft pink itu hanya melirik Kiba sekilas kemudian menjawab singkat, "Ayahku pemimpin pasukan elit Tokyo Police Department yang biasa disingkat menjadi TPD."
Belum sempat semua orang yang mendengar jawaban Sakura itu terkejut, Sakura sudah lebih dulu membuka kembali Hp-nya. Kiba memperhatikan style Sakura yang bisa dibilang... Kuno? Seragamnya yang sediki kebesaran, kerah baju yang dikancing penuh dengan pita yang terikat di lehernya, rok yang panjangnya di bawah lutut, membuat Kiba berpikir...
Kenapa masih ada gaya yang culun seperti ini?-Tidak, tidak. Mungkin lebih tepatnya... bagaimana anak pemimpin pasukan elit polisi bergaya culun seperti ini? Setidaknya dia bisa bergaya dengan lebih sedikit berkelas, 'kan?
Ah tapi, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal itu.
"Ini," Sakura menunjukkan layar hp pada mereka, "ayahku baru saja mengirim gambar suasana di wilayah kantornya."
Semua anak yang ada di sana hanya bisa membuka mulut mereka tak percaya. Dari layar Hp yang cukup kecil itu terlihat suasana yang luar biasa berantakan. Manusia-manusia yang masih sama seperti mereka terlihat berlarian ke sana sini-berusaha menghindar dari kejaran makhluk-makhluk seperti yang tadi ditembak Jiraiya sebelumnya. Beberapa ada yang tertangkap dan digigit oleh makhuk itu hingga darahnya bermuncratan kemana-mana di sekitarnya. Belum lagi kebakaran dimana-mana.
Sangat hancur dan berantakan.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Rasanya baru saja tadi mereka sedang memakan dengan tenang tanpa ada gangguan yang mengharuskan mereka terjebak di antara pilihan hidup dan mati.
"Mereka... makhluk apa sih?" tanya Ino dengan tatapan ngeri. Perutnya terasa mual, dia siap untuk memuntahkan isi perutnya kapan saja melihat pemandangan di layar Hp Sakura.
"Aku juga tidak tahu... yang pasti... Jiraiya-sama mengetahui sesuatu," jawab gadis beriris hijau emerald itu apa adanya.
"Baiklah, sekarang kita semua kebawah dan bantu para sensei untuk menenangi murid-murid yang lain," usul Sasuke.
"Tidak," tolak Sakura, membuat langkah mereka yang tadinya akan bergerak jadi terhenti.
Uchiha bungsu itu menggertakkan giginya, "Apa katamu?" tanyanya dengan nada yang terdengar tersinggung, baru kali ini ada orang yang tidak mau menuruti ucapannya.
"Aku bilang tidak, aku tidak mau mengikuti usul dari anak yang selalu membuat onar dan membangkang di sekolahan," jawab Sakura sambil menutup hp flip-nya. Kedua matanya menatap rendah Uchiha Sasuke dari atas ke bawah. Seperti melihat serangga kotor yang sangat menjijikkan.
"Kau–"
"Aku akan memberitahu informasi pada kalian apa yang ayahku berikan, tapi aku tidak ada niatan untuk berteman dengan kalian," ucap Sakura sinis.
"Hei, kau tidak perlu seperti itu," tegur Ino lembut-berusaha mencairkan suasana di sekitar mereka yang tiba-tiba menegang karena kata-kata Sakura tadi.
Mendengar suara Ino membuat Sakura terdiam dulu beberapa saat. Gadis yang memiliki rambut pink sebahu itu memperhatikan Ino dengan intens sebelum berkata, "Terkecuali padamu, mungkin aku bisa toleransi."
"Eh? Kenapa?"
"Perasaanku mengatakan kalau kau anak yang baik."
Alasan yang konyol memang, namun saat ini bukanlah saat yang tepat untuk membahas hal seperti itu. Sakura berjalan bersama Ino di depan Sasuke, Kiba dan Naruto. Masa bodoh dengan ketiga laki-laki yang sedang menatap jengkel ke arah mereka sekarang. Merasa dipimpin oleh seorang wanita membuat Sasuke jengkel, bisa-bisanya gadis itu menolak usulnya di depan teman-temannya.
"Heh, ada juga yang berani menolakmu, Sasuke," ledek Naruto.
"Ini benar-benar menarik seperti apa yang kaubilang, hahahahaa," lanjut Kiba, dia tidak dapat menahan tawanya. Menarik sekali melihat ada manusia yang lebih sombong dari Sasuke, perempuan pula.
"Diam!"
Setelah berteriak untuk membuat Kiba dan Naruto bungkam, Sasuke menatap tajam gadis sombong yang sekarang sudah berjalan cukup jauh di depannya. Kedua matanya memicing, tatapannya menajam penuh amarah. Tangan kanannya mengepal. Sialan sekali perempuan itu. Seandainya saja ada sesuatu yang bisa dipukul untuk melampiaskan kekesalannya-salahkan hukum alam yang tidak memperbolehkan laki-laki untuk memukul perempuan.
"Haruno Sakura ya..."
Sasuke mendecih. Dia berbisik sehingga tidak ada siapapun yang bisa mendengarnya termasuk kedua temannya yang lain. Namun tak lama kemudian dia tersenyum-menyeringai lebih tepatnya. Punggung kecil gadis di depannya terasa begitu menggoda untuk dihancurkan. Mungkin bukan hanya masalah makhluk-makhluk aneh di luar sana yang harus dia urus, tapi gadis ini juga. Biar dia tahu rasa apa akibatnya jika sudah membuat Uchiha Sasuke merasa kehilangan harga dirinya.
"...lihat saja nanti."
.
.
.
~TBC~
Jeng jeng jeeeeeeeeeng! sambitlah duo collab wanita kece yang menawan iniiiii~~
V3 : Itu kenapa gue nulisnya sambiitt?! sambut wooyy! ehem... *kibas rambut cantik* jadi... inilah fict collab saya dan Deb deb XD semoga kalian suka ya, kami memutuskan untuk bertema tentang makhluk2 aneh menjijikan tapi juga unyu (?) yaitu zombie XD udah lama mau bikin fict ini, tapi kayaknya g akan sanggup kalau sendiri, makanya collab sama deb deb XD udah ah... aku malu melanjutkan omongan ini XD *sodorin mic ke debby*
Desuke : *nerima mic dari kak V3 dengan muka kalem* Rasanya semangat berisikku sudah kesedot sama kak V3 sampai-sampai aku gak tahu mau ngomong apaan -_- #heh Intinya sama kayak kak V3 sih wkwkwk zombie itu unyu lho (OwO) #kepalamukenapa Berawal dari kesamaan kami menyukai anime Highschool of the Dead sampai akhirnya membuat fic ini lol entah kenapa bagiku saat kak V3 ngajak collab bikin fic ini tuh random banget :)) #ditendang
Itu aja kayaknya yang bisa diomongin satu-satu dari kami wkwkwk. Untuk chapter ini, yang nulis ceritanya V3, Desuke cuma ngebeta dan nambahin beberapa kata. Chapter depan nanti perannya gantian, Desuke yang nulis, V3 yang ngebeta. Dan seterusnyaaa bergantian tugas di setiap chapter xDD
Terima kasih sudah mau membaca (apalagi kalau sampai mau me-review, nge-fave, dan nge-follow fic ini) yaaaa 8D *tebar kecup (?) -heh*
