Last
.
.
Jeon Jungkook x Kim Taehyung
[KOOKV]
.
Rate : M
( ͡° ͜ʖ ͡°)
.
Jadenumb - 2017
.
Happy reading:))
Taehyung hari ini dinaikkan pangkatnya menjadi pelayan kerajaan. Meski menurutnya dinaikkan atau tidak, tetap saja statusnya tak berganti. Tetap jadi kacung.
Orang bilang Taehyung tak punya malu. Sudah merayu dan menganiaya suami orang namun masih saja berani menampakkan batang hidungnya di istana. Bagaimana tidak malu? Orang yang dirayu saja suami ibu kepala kebersihan. Yang tak lain adalah tukang kebun belakang.
Tentu saja semuanya tak ia lakukan. Si tukang kebunnya saja yang keganjenan. Taehyung hanya sedang menjemur di teras belakang yang kebetulan dekat dengan kebun. Hanya sekadar menjemur seprei dan menepuk-tepuk kasur.
Namun tiba-tiba orang itu datang dan meremas bokong Taehyung. Tentu saja dia tersentak dan langsung menampar lelaki tersebut.
Yang ditampar geram dan menjadi-jadi. Ia menarik lengan Taehyung. Membawanya menuju semak-semak di area perkebunan.
Taehyung hampir dicabuli oleh si tukang kebun. Beruntungnya ibu kepala datang dengan niatan mencari kucing peliharaannya yang kabur sejak semalam.
Bukannya kucing berbelang tiga yang ia temukan malah lelaki berhidung belang ia dapatkan. Yang tak lain adalah suaminya sendiri.
Suami ibu kepala bilang kalau Taehyung sengaja menggoda dia dengan cara menggeal-geolkan bokongnya. Taehyung mendengus jijik mendengar pernyataan tersebut.
Tak punya pilihan, kini Taehyung dipindah ke istana baru. Istana utama tempat para keluarga inti kerajaan bermukim. Tetapi tetap saja, berita Taehyung si perebut suami orang sudah tercium aromanya sampai kesini.
"Hei sembunyikan cowokmu, bisa-bisa nanti digondol oleh ular berbisa."
'Goblok, ular mana bisa menggondol,'
Taehyung mendengus sambil terus mengelap jendela besar dengan sebuah kain. Sehubung dengan kepulangan sang pewaris takhta kerajaan maka para pelayan melakukan acara bersih-bersih di seluruh sudut istana.
Termasuk pula Taehyung. Dia bersama dengan para pelayan lainnya ditugaskan untuk mengelap jendela dan guci.
"Berhenti! Taruh semua alat ini ke belakang, pangeran akan datang sebentar lagi. Pastikan penampilan kalian rapih dan enak dilihat."
Taehyung mengambil ember yang berada di sebelah kiri kakinya. Ia memutar tubuhnya berniat kembali ke belakang.
"Dan Kim Taehyung, aku tak ingin melihatmu ikut bersama kami. Wajahmu terlalu merusak pemandangan."
Sial. Taehyung sudah tahu kalau ibu kepala yang baru akan bicara seperti itu. Ia mempercepat langkahnya meninggalkan lokasi. Sedangkan yang lain sedang cekikikan senang atas apa yang telah dikatakan ibu kepala tadi.
Taehyung berjalan menuju ruangan pelayan. Berniat menaruh semua perabotan yang ia gunakan tadi ke tempat asalnya. Namun saat memasuki ruangan tersebut terdengarlah percakapan yang sedang menggunakan dirinya sebagai topik pembicaraan.
"Apa menurutmu Taehyung benaran bisu? Aku belum pernah mendengar suaranya sedikit pun." Kata seorang wanita bergaun merah. Kelihatannya dia bukanlah pelayan biasa. Namun seorang budak harem.
"Entahlah, akupun begitu. Kudengar ia bahkan tak bisa membaca dan menulis." Wanita ini terus menepuk-nepukkan wajahnya dengan bedak.
"Kalau begitu bukankah ia hanya sampah? Benar-benar tak ada nilainya sama sekali." kata wanita ketiga yang statusnya sama.
Ketiga wanita tersebut tertawa dengan suara melengking. Membuat Taehyung ingin tutup kuping dan buru-buru keluar darisana.
Taehyung langsung saja melempar perabot kebersihan itu ke lemari kabinet asal. Budak-budak itupun langsung menutup mulutnya.
Taehyung keluar ruangan tersebut dan berjalan menuju balkon timur. Sekarang pukul tujuh malam. Terlihat kereta-kereta kencana mewah nan elegan telah terparkir dengan rapih di depan pintu utama istana.
Pertanda bahwa sang pangeran akan segera menginjakkan kakinya disini.
Sejujurnya Taehyung tak begitu tertarik dengan pangeran yang katanya tampan itu. Taehyung hanya ingin pesta penyambutan ini berakhir kemudian bersih-bersih dan tidur.
Ia menutup matanya dan menghela nafas. Kemudian kembali menghirup udara segar malam hari yang mengelilinginya.
Taehyung melangkah mundur berniat untuk berkeliling koridor istana. Sekarang umurnya 24 tahun. Akan jadi 25 Desember nanti. Sudah lebih dari dua belas tahun dirinya bekerja sebagai babu.
Apa yang kalian rasakan ketika sedang asyik bermain petak umpet bersama teman-teman lalu tiba-tiba ada seseorang tak dikenal membopongmu dan membawamu pergi?
Tentu saja pasti kalian ketakutan dan kebingungan bukan. Itulah yang dirasakan si kecil Taehyung dulu. Rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya namun apa daya, mulutnya sudah disumpal terlebih dahulu oleh penjahat tersebut.
Disekap dan tak diberi makan selama beberapa hari kemudian dijual kepada kerajaan. Setelah sampai di istana tak juga diperlakukan baik.
Bentakan dan omelan jadi makanan sehari-hari. Tak jarang pula Taehyung dipukuli atau disabet dengan rotan.
Semuanya sudah pernah Taehyung jalani. Beruntungnya sekarang ia sudah tak lagi sering dipukuli. Meski masih sering dimaki.
Kim Taehyung hanyalah anak petani biasa. Tak sekolah, membaca menulis hanya sedikit dikuasai. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk pergi ke ladang membantu Ayah.
Satu hal yang Taehyung syukuri, walau memang dia terlahir dari keluarga yang sederhana (kadang melarat kadang cukup) kedua orangtuanya benar-benar menyayangi Taehyung.
Yang Taehyung tahu, kini tujuan hidupnya adalah melihat kedua orang tuanya walau hanya sekali saja.
Taehyung tersadar dari lamunannya setelah mendengar teriakan dari seorang prajurit.
"Perhatian! Yang mulia pangeran akan segera datang. Semua harap berbaris!"
Taehyung segera celingukan melihat sekelilingnya. Ia ikutan baris di sebelah pelayan lain yang kebetulan saat itu juga sedang berjalan melewati koridor. Larangan ibu kepala terus terngiang di dalam kepalanya.
Taehyung menundukkan kepala. Tak berani melihat wajah sang pewaris takhta. Berbeda dengan pelayan wanita disebelahnya yang sengaja meninggikan pandangannya kearah si pangeran.
Jujur sekali lagi, Taehyung benar-benar tak tertarik untuk mengetahui ataupun berusaha menggoda si pangeran agar derajatnya naik atau dengan kata lain, menjadi herem milik pangeran Jungkook. Alasannya ia semakin menundukkan kepalanya saat merasakan langkah kaki di depannya.
Langkah kaki itu terhenti. Tepat dihadapannya.
Taehyung memainkan jarinya gugup. Tak tahu harus berbuat apa. Haruskah ia mengadahkan kepalanya atau tetap diam tergagup seperti biasanya.
Sebelum Taehyung selesai berpikir langkah kaki itu mulai berjalan menajauh. Taehyung menghela nafas lega. Pelayan sebelahnya mulai berbicara tentang seberapa tampannya si pewaris takhta.
Tentang seberapa manis senyumnya saat ia membalas senyuman wanita itu.
Taehyung hanya diam dan melangkah kembali keluar dari sana. Dia memutuskan untuk pergi ke aula membantu pelayan lainnya mempersiapkan piring dan sebagainya.
.
.
"Siapa namanya?" Jungkook terus berjalan menuju ruang kuasa.
"Maafkan hamba tuan, tetapi yang mana yang anda maksud?" Prajurit itu terus mengikuti langkah Jungkook dari belakang. Tetap menjaga jarak beberapa senti darinya.
"Yang paling terakhir. Laki-laki berambut cokelat tua."
"Kim Taehyung, tuan. Dia baru saja dipindah dari istana Rose beberapa hari yang lalu." Jungkook menyeringai.
"Beritahu aku lebih banyak tentangnya."
.
Taehyung mendengus sebal. Lagi-lagi dirinya diperintahkan untuk membersihkan kandang kuda. Kandang kuda yang letaknya menjurus kedalam hutan. Meski jaraknya tak begitu jauh dari istana, tetap saja diperlukan waktu sekitar lima belas sampai dua puluh menit kalau berjalan kaki. Dan jika malam tiba, suasana menjadi begitu menyengkak.
Si brengsek Hoseok kembali menyuruh Taehyung untuk membuang kotoran-kotoran kuda yang belum ia sentuh selama tiga hari itu. Padahal sebenarnya ini adalah tugasnya karena dialah yang bekerja sebagai penjaga sekaligus pelayan kuda.
Taehyung mengambil garpu taman dan mulai mengeruk. Dia sebal karena selalu diancam jika tidak mau melakukan pekerjaan ini dia akan diadukan yang macam-macam kepada ibu kepala (lagi).
Kadang kuda yang letaknya tak jauh dari sebuah arena pacuan kuda ini memiliki total delapan ruangan yang menjadi rumah bagi para kuda-kuda kesayangan. Setiap partisi diisi oleh satu kuda. Dibagi empat-empat, empat berderet di sebelah kanan dan sisanya berderet di sebelah kiri.
Struktur bangunan dibuat seklasik mungkin. Dindingnya terbuat dari batu bata yang kokoh yang tersusun rapih dan struktur yang membingkai pintu kandang dibagian atasnya dibuat setengah melengkung. Di sisi kanan dan kirinya dipasang pilar-pilar yang tersusun oleh bahan yang sama.
Atapnya dibentuk melengkung memanjang. Beratap namun tak sepenuhnya tertutup. Masih ada ruang untuk udara dan matahari masuk melalui celah-celah yang telah sengaja dibuat. Arsitekturnya terkadang masih membuat Taehyung takjub terperangah.
Saat ini telah terhitung kandang kelima yang telah Taehyung bersihkan. Dia mengelap keringat dengan lengan kemejanya. Dari luar terdengar samar-samar teriakkan pelatih atau suara peluit yang mengisi ruang gelanggang dan sekitarnya. Para prajurit kesatria maupun pangeran dilatih di satu tempat. Jadi bukan hal yang aneh kalau setiap hari gelanggang ini selalu ramai dari pagi hingga sore hari.
Taehyung kemudian membuka pintu kandang yang terbuat dari besi itu. Berjalan sambil mendorong gerobak roda tiga yang berisi bongkahan tinja ke sebuah ruangan yang terletak tepat disebelah bangunan ini.
Taehyung menghela nafas. Akhirnya tinggal beberapa kandang lagi yang perlu dibereskan. Ia tersenyum kemudian melangkah mundur. Tak disangka, ia tersandung dan jatuh terjungkal kebelakang dengan bokong terlebih dahulu menyentuh tanah.
Sialan, Taehyung mengumpat dalam hati.
Sambil meringis, ia bangkit kembali berdiri namun gagal. Ia terjatuh kembali. Taehyung berdecak sebal. Keberuntungan berpihak padanya. Dia tidak menduduki tahi-tahi kuda tersebut. Lagi, Taehyung menghela nafas berat.
Di sisi lain, matahari mulai tenggelam. Langit diatas terlihat begitu menawan dengan semburat oranye tuanya yang menjalar bergerak memenuhi langit. Taehyung mendongak. Dia selalu suka langit apapun kondisinya.
Saat mendung,cerah ataupun berawan, baginya langit tetaplah pantas untuk dipuja.
Kulit Taehyung yang agak kecokelatan karena terbakar sinar mataharipun tampak begitu berpendar menyatu dengan langit.
Dari seberang arena, Jungkook terus menatap Taehyung sedari tadi. Tentu saja si pangeran ikut tenggelam dalam pesona seorang Kim Taehyung.
Taehyung menoleh. Lantas seketika mata saling beradu tatap. Jungkook melengkungkan bibirnya keatas, tersenyum manis kearahnya. Taehyung mengedipkan kedua mata bulatnya berkali-kali kemudian buru-buru ia buang pandangannya dan berjalan dengan langkah cepat kembali menuju istana kuda.
Jungkook cemberut. Senyumnya yang sudah ia buat dengan susah payah hanya dibalas dengan buangan muka. Dengan wajah lecek ia kembali melanjutkan latihan rutinnya.
Namun,
satu hal yang tak Jungkook ketahui.
Kalau saat ini,
pipi Taehyung benar-benar merona merah sampai ke telinga.
Halo semuaa ༼ノຈل͜ຈ༽ノ︵┻━┻
saya kembali dengan cerita baru dan as always, rating M (HEHEh)
rencana sebenarnya pengen bikin oneshot,
tapi setelah dipikir lagi ternyata kepanjangan..
jadi saya putuskan untuk membaginya ke beberapa chapter,
mungkin hanya sampai 3 atau 4 chapter.
Terima kasih untuk semuaa yang sudah mau mampir membaca cerita inii,
semoga ceritanya tidak membosankan atau alay?
(kalau memang dirasa seperti itu mohon maaf tolong dimaklumi hhhh)
((psst jangan lupa tinggalkan jejak ya heheh))
sampai jumpa di chapter selanjutnya! 3 3
