'Wish You Love Me'

Naruto © Masashi Kishimoto

Nara Shikamaru X Sabaku no Temari

Rate: T

Setting/ Genre: AU/ Romance

Warning: typo, cerita mainstream, missing word, OOC, dll.

Summary: 'Hm, Karena kau menyambut kedatanganku dengan cara yang tak biasa, maka aku pun akan melakukan hal yang sama terhadapmu, bocah! Semoga kau merasa terkesan atas apa yang akan aku lakukan terhadapmu nanti/Cukup, tidak ada lagi perdebatan diantara kita, Nona! Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni sikap kekanak-kanakanmu ini/Kau lupa, siapa yang sebenarnya bocah diantara kita, bodoh?!/[Shikamaru-Temari Fanfic-'for ShikaTemaDay Event: Voice for You']

Author by: Hikaru Sora 14

Don't Like Don't Read!

Please Enjoy Reading!

No Flame!

ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

"Permisi Nona. Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang pelayan pria kepada seorang gadis blonde yang sejak lima menit kedatangannya ke dalam restoran bintang lima tersebut, tampak kebingungan mencari keberadaan seseorang di dalam sana.

"Ah, Tentu. Apa kau tahu dimana letak meja yang telah dipesan atas nama Nara Shikamaru?" Tanya gadis cantik bernama Sabaku no Temari tersebut kepada sang pelayan pria di hadapannya.

Sang pelayan pria tersebut mengulum sebuah senyuman tipis ke arah Temari. "Mari saya antarkan Nona. Tuan muda Shikamaru telah menunggu Anda sejak setengah jam yang lalu," Temari tampak tersenyum canggung mendengar perkataan sang pelayan pria tersebut.

Pasalnya, Temari memang sengaja datang terlambat pada pertemuan pertamanya dengan sang calon tunangan yang dijodohkan oleh Ayahnya kepadanya tersebut, karena jujur saja Temari sama sekali tidak berminat terhadap perjodohan konyol dan menggelikan ini!

Tentu saja Temari mengatakan jika hal perjodohan ini konyol dan menggelikan, karena pemuda yang dipilihkan oleh Ayahnya itu adalah seorang bocah laki-laki yang masih berusia lima belas tahun! Itu artinya pemuda itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama tingkat tiga, sama seperti adik bungsunya yang bernama Gaara.

Sementara Temari sendiri kini telah menginjak usia delapan belas tahun dan tengah mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah atas tingkat tiga.

Tsk, Apa Ayahnya itu telah salah meminum obat atau kepalanya pernah terbentur suatu benda keras, yang mengakibatkan jalan pikirannya menjadi kacau seperti ini, eh?

Hah~... Jika saja Ayahnya tidak mengancam Temari dengan mengatakan bahwa ia akan mengurangi jatah uang jajan bulanannya selama masa akhir sekolah menengah atasnya dan tidak akan membantu biaya kuliah Temari nantinya, Temari benar-benar merasa tidak sudi untuk menyetujui perjodohan dengan pemuda Nara-putra tunggal dari sahabat Ayahnya-yang sama sekali tidak ia kenali itu!

Alasan yang lebih parahnya lagi adalah Temari akan dicoret dari silsilah keluarga Sabaku jika ia berani menentang perjodohan ini! Hah~... Dunia sungguh kejam! Kenapa ia tak diberikan hak kebebasan untuk memilih calon pendampingnya sendiri?

Tapi, mau bagaimana lagi? Temari terpaksa menyetujui perjodohan tidak masuk akal ini, jika ia tidak ingin aliran dana keuangan dari Ayahnya dikurangi dan dihentikan. Terutama lagi, Temari belum siap-bahkan tidak siap sama sekali untuk menjadi gelandangan baru di kota Tokyo ini karena telah dicoret dari daftar anggota keluarga Sabaku.

Temari tampak menghela napas pasrah sebelum akhirnya memberikan jawaban atas penawaran sang pelayan pria tersebut untuk mengantarkannya ke meja yang telah ditempati oleh calon tunangannya.

.

.

.

Kedua iris teal-nya tampak menatap horor ke arah seorang pemuda yang tengah terlelap nyaman dengan menyanggakan kepala berhelaian raven-nya pada lipatan kedua tangannya di atas meja makan yang dipesannya.

'Tsk, Apa-apaan bocah ini! Masih sempat-sempatnya dia tertidur di acara sepenting ini! Terlebih lagi, apa dia tidak malu tertidur di tengah-tengah keramaian restoran bintang lima ini?! Oh Kami-sama! Untuk apa Kaa-san repot-repot mendandani wajahku dan memaksaku untuk memakai gaun panjang yang membuatku sedikit kesulitan saat berjalan, jika penampilan calon tunanganku saja terkesan cuek seperti itu!'

Gerutu Temari panjang lebar di dalam hatinya mengomentari sikap dan penampilan sang calon tunangan yang hanya mengenakan setelan kaos hitam lengan panjang yang dibalut dengan rompi berwarna hijau, serta bawahan celana jeans berwarna dark blue.

"Maaf Nona. Apa perlu saya membangunkan tuan muda Shikamaru terlebih dahulu?" Tanya sang pelayan pria kepada Temari yang tidak mengeluarkan suaranya sejak ia mendapati kondisi sang pemuda Nara yang menurutnya sangat memalukan!

Temari tampak menyeringai penuh arti tatkala sebuah pemikiran jahil terlintas di kepalanya.

'Hm, Karena kau menyambut kedatanganku dengan cara yang tak biasa, maka aku pun akan melakukan hal yang sama terhadapmu, bocah! Semoga kau merasa terkesan atas apa yang akan aku lakukan terhadapmu nanti.'

"Aa, Tidak perlu. Biar aku saja yang membangunkannya," tolak Temari secara halus seraya tersenyum tipis ke arah sang pelayan pria tersebut.

"Baiklah kalau begitu. Saya permisi, Nona," sang pelayan pria itu pun undur diri dari hadapan Temari.

.

.

.

Kaki-kaki jenjangnya yang beralaskan sepatu high heels berwarna kuning keemasan, perlahan melangkah ke arah kursi kosong yang berada tepat di seberang kursi yang diduduki oleh Shikamaru.

Temari mendudukkan dirinya secara hati-hati pada kursi tersebut karena ia tak ingin mengusik ketenangan sang calon tunangan yang tengah berlabuh ke alam mimpi.

Sejenak kedua manik indahnya tampak mengamati wajah polos pemuda yang tertidur dengan napas teratur di depannya, sebelum akhirnya tangan kanannya meraih gelas berisi air putih dingin dengan bongkahan es kecil di dalamnya, yang memang tersedia di hadapannya.

Temari sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Shikamaru dan tanpa ragu sedikitpun ia mulai menumpahkan isi gelas tersebut di atas kepala Shikamaru dengan bentuk rambut yang terkuncir menyerupai buah nanas.

Seringai kepuasan tampak terukir pada wajah cantiknya tatkala mendapati pergerakan kecil dari kepala dan tubuh Shikamaru.

Sepasang onyx yang sejak tadi tersembunyi di balik kelopak mata sayu itu, kini mulai menunjukkan keberadaannya karena sang empunya merasakan sensasi dingin yang begitu menusuk pada bagian tubuh atasnya.

Alih-alih berteriak karena merasa terkejut, pemuda itu justru tampak terdiam tenang dalam posisinya semula selama beberapa saat, mencoba untuk mencerna apa yang tengah terjadi kepadanya saat ini.

Ah, Shikamaru ingat! Ia kini tengah berada di sebuah restoran bintang lima dan tanpa sadar ia tertidur saat menunggu kehadiran calon tunangannya yang ia ketahui bernama Sabaku no Temari.

Dan pikiran Shikamaru pun mulai menyimpulkan jika sang calon tunangannya telah datang ke restoran ini, dan dengan sengaja menumpahkan segelas air putih dingin di atas kepalanya untuk membangunkannya.

Tsk, Benar-benar cara yang tidak sopan untuk membangunkan seseorang dari tidurnya! Terlebih lagi jika pelakunya adalah orang yang sama sekali tidak-atau baru akan-Shikamaru kenali.

Dengan malas, Shikamaru pun perlahan mengangkat kepalanya dari atas meja dan berusaha untuk menegakkan posisi duduknya.

Segera saja Temari memasang pose manisnya dengan menyanggakan kedua sikunya pada meja makan dan menangkupkan kedua telapak tangannya pada kedua pipinya yang chubby, tatkala mendapati sorot datar yang terpancar dari kedua pasang onyx di hadapannya.

"Tsk, Mendokusei!Apa yang sudah kau lakukan padaku, Nona?!" Keluh Shikamaru berdecak kesal kepada gadis blonde berkuncir empat di hadapannya.

"Ah, Maaf karena aku sudah mengganggu kegiatan tidurmu, bocah! Aku hanya merasa penasaran terhadap rambut nanasmu. Apakah itu akan semakin tumbuh ke atas jika aku menyiramnya dengan air seperti tadi, eh?" Tanya Temari polos seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah surai nanas milik Shikamaru yang tampak basah kuyup.

Shikamaru tampak memutar kedua bola matanya bosan setelah mendengar perkataan-atau lebih tepatnya ejekan yang dilayangkan oleh gadis Sabaku itu. Merasa malas untuk menanggapi perkataan konyol sang calon tunangannya tersebut, Shikamaru pun hanya terdiam seraya menggerutu di dalam hati.

Hah~... Dengan sekali pertemuan pun Shikamaru sudah bisa menebak jika gadis yang ada di hadapannya ini merupakan tipe gadis yang merepotkan-jauh lebih merepotkan dari Ibunya.

.

.

.

"Hei bocah, katakan sesuatu?" Tanya Temari setelah sebelumnya melahap potongan kecil daging steak miliknya.

"Tentang apa?" Sebelah alis Shikamaru terangkat ke atas, merasa bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Temari.

"Tsk, Tentu saja tentang perjodohan konyol ini!" Temari berdecak kesal seraya memutar kedua bola matanya jengah menghadapi ketidakpahaman Shikamaru atas pertanyaannya.

"Aa. Aku sama sekali tidak tertarik dengan perjodohan ini. Terlebih lagi, setelah mengetahui jika gadis yang dijodohkan denganku adalah seorang gadis tua dan galak sepertimu. Ini semakin merepotkanku saja! Jika bukan karena untuk menyelamatkan diriku dari amukan dahsyat Ibuku, aku sama sekali tidak akan menyetujui perjodohan ini," jawab Shikamaru jujur mengutarakan pendapatnya mengenai perjodohan mereka kepada Temari, seraya kembali memasukkan potongan kecil daging steak ke dalam mulutnya.

"Barusan kau bilang apa, bocah? Aku, gadis tua dan galak?! Sialan kau!" Geram Temari seraya membanting pisau dan juga garpu yang dipegangnya ke atas piring steak-nya, membuat para pengunjung restoran yang berada di sekitar mereka tersentak karenanya.

Tanpa ragu, Temari melemparkan kain serbetnya ke arah wajah acuh Shikamaru yang terlihat begitu menyebalkan.

Namun, pemuda Nara itu dapat dengan mudah menangkapnya dan tanpa sadar menggunakan kain serbet-yang sebelumnya telah digunakan oleh Temari-untuk membersihkan kedua sudut bibir tegasnya dari bumbu steak yang masih tertinggal disana.

Hei, Apakah itu dapat disebut sebagai ciuman pertama tak langsung Shikamaru dan Temari?

"Tidak perlu merasa tersinggung, Nona. Bukankah kenyataannya memang seperti itu?" Shikamaru menyeringai tipis ke arah Temari yang tampak melayangkan tatapan intimidasi kepadanya.

"Kau! Bera-..." Belum sempat Temari melancarkan kata-kata amukannya, Shikamaru telah beranjak terlebih dahulu dari kursinya.

"Cepat habiskan makananmu, Nona! Aku akan menunggumu di parkiran," perintah tegas dari Shikamaru tersebut, sukses menambah tingkat kekesalan sang putri sulung Sabaku terhadapnya.

"Tidak perlu! Aku bisa menelepon supir keluargaku dan memintanya untuk menjemputku kesini," ucap Temari angkuh, menolak tegas pernyataan tersirat Shikamaru yang akan mengantarkannya pulang ke kediaman Sabaku.

"Aa. Aku lupa memberitahumu jika tadi Ayahmumemintaku untuk mengantarkanmu pulang, Nona," ucap Shikamaru menyeringai tipis seraya melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Tsk, Aku tidak ingin mempertaruhkan nyawaku ditanganmu, bocah!" Ucap Temari berdecak kesal seraya memutar kedua bola matanya bosan.

"Apa maksudmu?!" Shikamaru mengerutkan dahinya dalam, tak mengerti maksud dari ucapan sang calon tunangannya tersebut.

"Huh, Ingat jika kau masih berusia lima belas tahun? Bagaimana bisa bocah dibawah umur sepertimu sudah diijinkan untuk membawa mobil sendiri? Aku tidak mau mati bodoh karena kecelakaan mobil yang dikendarai oleh seorang bocah!" Terang Temari memberikan penjelasan kepada Shikamaru akan maksud perkataannya sebelumnya.

Tentu saja, itu hanya akal-akalan Temari saja membuat alasan seperti itu. Temari hanya merasa tidak sudi jika harus diantar pulang oleh bocah berkepala nanas, yang entah mengapa selalu menyebabkan sisi emosi dalam dirinya timbul, bahkan sebelum mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya malam ini.

"Tsk, Mendokusei! Pikiranmu sungguh konyol, Nona! Asal kau tahu saja, aku sudah terlatih mengendarai mobil dan aku juga sudah memiliki KTP serta surat ijin mengemudinya," ucap Shikamaru penuh penekanan di setiap kata-katanya. Tampaknya Shikamaru sudah mulai gerah dengan sikap calon tunangannya tersebut.

"Bagaimana mungkin? Surat itu hanya bisa diperoleh setelah usiamu menginjak tujuh belas ta-..."

"Cerewet! Ada suatu kepentingan tertentu yang menempatkanku sebagai pengecualian dalam hal ini," Shikamaru kembali memotong ucapan Temari. "Cukup, tidak ada lagi perdebatan diantara kita, Nona! Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni sikap kekanak-kanakanmu ini!" Tegas Shikamaru tatkala melihat gelagat Temari yang hendak melayangkan kata-kata protesannya kepada Shikamaru.

"Huh, Kekanak-kanakan katamu? Kau lupa, siapa yang sebenarnya bocah diantara kita, bodoh?!" Teriak Temari kesal kepada Shikamaru yang kini sudah berjalan menjauh dari hadapannya.

.

.

.

"Bagaimana acara pertemuan pertamamu dengan putriku, Shikamaru?" Tanya Ayah Temari seraya menyerahkan segelas sake kepada Shikamaru yang tengah duduk pada sofa di ruang tamu kediaman Sabaku.

Ya, Shikamaru diminta untuk tinggal lebih lama di kediaman Sabaku oleh Ayah Temari, karena ada hal yang ingin ia bicarakan terlebih dahulu kepada pemuda Nara tersebut.

Sementara itu, Temari langsung bergegas pergi ke kamar pribadinya di lantai dua, begitu ia dan Shikamaru tiba di kediaman Sabaku. Tampaknya putri sulung Sabaku itu terlalu malas untuk ikut serta dalam perbincangan antara Ayah dan calon tunangannya ini.

"Aa. Cukup menarik Paman. Aku rasa kami dapat beradaptasi dengan cepat satu sama lain," Shikamaru tersenyum palsu seraya meraih segelas sake secara sopan dari tangan calon Ayah mertuanya.'Ya, Kami memang cepat beradaptasi dalam hal perdebatan dan pertengkaran 'kan?' Ucap Shikamaru meringis di dalam hatinya.

"Hahaha ... Aku senang mendengarnya," Ayah Temari tertawa penuh kepuasan atas ucapan Shikamaru tersebut. "Kalau begitu kapan kalian ingin menyelenggarakan acara pertunangannya?" Tanya Ayah Temari, langsung masuk ke dalam pokok pembicaraan yang memang ingin ia bahas bersama Shikamaru.

"Untuk masalah itu, kami berdua sepakat untuk menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Anda dan Ayahku," lagi, Shikamaru mengarang ucapannya kepada Ayah Temari.

"Ah, Kau benar. Kau pasti terlalu sibuk dengan pekerjaanmu sebagai detektif," perkataan Ayah Temari tersebut, sukses mengukir sebuah senyuman simpul pada bibir tegas sang pemuda Nara.

Ah, Rupanya calon Ayah mertuanya ini memiliki pengertian juga terhadap kesibukan pekerjaan yang dimiliki oleh Shikamaru sebagai seorang detektif di salah satu kantor kepolisian ternama di Tokyo.

Apakah kalian merasa bingung mengenai Shikamaru yang bekerja sebagai seorang detektif di usianya yang masih terbilang sangat muda?

Ah, Untuk ukuran bocah jenius seperti Shikamaru, hal tersebut tidaklah mustahil untuk terjadi.

Dianugerahi kemampuan otak yang memiliki IQ diatas rata-rata, Shikamaru pun mulai menempuh pendidikan sekolah dasarnya pada usia empat tahun, dengan mengikuti kelas akselerasi selama empat tahun.

Begitupun dengan pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atasnya. Hanya memerlukan waktu masing-masing dua tahun untuk lulus, dengan raihan nilai-nilai sempurna dalam setiap mata pelajarannya.

Dan di usianya yang menginjak tiga belas tahun, Shikamaru pun melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah di Universitas Tokyo, dengan mengambil S1 jurusan hukum.

Waktu tiga tahun, cukup bagi Shikamaru untuk menyelesaikan pendidikannya secara keseluruhan. Dan di tahun terakhir perkuliahannya, Shikamaru bergabung dengan salah satu kantor kepolisian ternama di Tokyo, guna melakukan penelitian tugas akhir kuliahnya.

Karena merasa puas akan kepiawaian Shikamaru dalam membantu setiap penyelidikan di TKP dengan menemukan bukti-bukti yang luput dari pengamatan para penyidik, serta kemampuannya dalam menganalisis keadaan dan memecahkan setiap kasus pembunuhan yang terjadi, maka kepolisian Tokyo pun akhirnya merekrut Shikamaru sebagai anggota tetap mereka disana, meski Shikamaru sama sekali belum menempuh kuliah profesinya.

Hal inilah yang menjadi salah satu alasan terkuat, mengapa Ayah Temari begitu ambisius untuk menjodohkan putrinya dengan Shikamaru-putra tunggal dari sahabat dekatnya, Nara Shikaku.

Ayah Temari berpikir bahwa ia harus secepatnya mengikat pemuda Nara itu dengan putrinya dalam sebuah ikatan pertunangan, sebelum Shikamaru beranjak dewasa dan jatuh cinta kepada gadis lain. Tentu saja, karena Ayah Temari tak ingin melepaskan pemuda genius yang akan menghasilkan cucu-cucu kebanggaannya kelak.

Memang hal ini terdengar egois karena ia telah memaksa dua orang yang tidak saling mencintai untuk bersama. Namun, Ayah Temari yakin jika rasa cinta dapat tumbuh diantara Shikamaru dan Temari, seiring dengan intensitas pertemuan dan kebersamaan mereka nantinya.

Dan mengenai Temari, ia sama sekali tidak tahu menahu mengenai fakta sang calon tunangannya tersebut. Ya, disamping karena Shikamaru merasa malas untuk menggembar-gemborkan prestasi luar biasanya kepada Temari, gadis blonde itu juga tampaknya tidak berminat untuk bertanya dan mengetahui hal tersebut, bukan?

"Lantas kasus apa yang tengah kau selidiki saat ini, Shikamaru?" Tanya Ayah Temari seraya merebahkan punggungnya dengan nyaman pada sandaran sofa.

"Saat ini aku tengah menyelidiki kasus pembunuhan seorang putra pengusaha batu bara yang tewas saat tengah memantau konstruksi bangunan rumah pribadinya di kawasan perumahan elit kota Kiyose," terang Shikamaru menjawab pertanyaan sang calon Ayah mertuanya, mengenai kasus yang saat ini tengah ia tangani.

"Hm, Aku sempat melihat beritanya di televisi tadi. Semoga kasus ini dapat kau selesaikan dengan cepat, Shikamaru. Aku rasa mungkin acara pertunangan kalian akan dilakukan setelah kau menyelesaikan kasus itu terlebih dahulu, bagaimana? Aku akan langsung memberitahu Shikaku, jika kau menyetujuinya," ucap Ayah Temari mengambil keputusan mengenai hari pertunangan Shikamaru dan Temari.

"Aa. Tentu saja Paman," ucap Shikamaru menyetujui dengan patuh keputusan Ayah Temari tersebut.

-TBC-

ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

Ini pertama kalinya Hika beraniin diri buat publish fanfic dalam sebuah Event besar seperti ini. Jujur Hika gak percaya diri untuk ikutan event-event seperti ini Hehe

Tapi, entah mengapa rasanya penasaran juga pengen ikutan berpartisipasi, meski ternyata ide fanfic yang Hika bikin terlalu mainstream untuk dipublikasikan Kkkkk~...

Hika berharap, semoga ada yang berkenan untuk mampir dan R&R fic ini yahh Hehe

Sebelumnya terima kasih banyak kepada para panitia ShikaTema Day Eventyang telah mengundang Hika untuk berpartisipasi dalam Event ini yahh ^^

Salam Hangat,

Hikaru Sora 14