Summary: AU. Gokudera Hayato adalah seorang detektif swasta yang bisnisnya tengah berada di ambang kebangkrutan. Sebuah kasus yang melibatkan percobaan pembunuhan seorang desainer terkenal ini mungkin tidak hanya akan mengubah masa depan bisnisnya, melainkan juga masa depan dirinya sendiri. Eventual 5986.

Disclaimer: Katekyo Hitman Reborn! (c) Amano Akira. All rights reserved. Jika saya adalah orang yang memiliki hak cipta KHR, pastinya Hibari akan saya paksa mengenakan pompadour. (Di mana-mana, seorang pemimpin harus bisa menjadi contoh baik bagi anak-anak buahnya! :( Memaksa anak-anak buahmu melakukan sesuatu yang tidak mau kaulakukan sendiri itu bukan contoh pemimpin yang baik, Hibari-san!)

Oh, please, enjoy yourself.


Deflagrasi: Proses terbakarnya sebuah zat atau senyawa dengan cepat; dengan bantuan api.


1

eF

.

.

Diberi tubuh utuh tanpa rasa sakit mungkin bisa jadi sebuah kemewahan tak terkira. Itulah yang dipikirkannya setiap kali ia menarik napas yang terasa bagai siksaan tanpa batas. Meski demikian, pada saat-saat seperti ini, ia tahu lebih baik daripada untuk berhenti.

Sayangnya, tidak semua orang memahami hal itu.

Seorang pria berusia awal tiga puluhan setengah-berjalan-setengah-berlari menyusuri jalan, langkahnya terseok-seok. Nyaris tak lebih dari dua langkah sekali ia tersungkur di tembok gang sempit tersebut. Peluru yang menembus tungkai kaki kirinya tanpa kenal ampun hanya mampu membantunya dengan berdiam diri, terus bersarang di dalam sana. Tajam menusuk dagingnya, meretakkan tulangnya, melukainya lebih dalam dengan setiap serpihnya seiring dengan bertambah cepatnya gerakannya.

Seiring dengan bertambah putus asanya dirinya.

Jantungnya berdetak menyakitkan, tanpa belas kasihan pula menyiksa rongga dadanya. Memukul dindingnya, membengkakkan otot tulang rusuknya. Barangkali telah sadar bahwa malaikat maut tengah mengejarnya; maka makin keraslah ia bekerja mempertahankan hidup pemiliknya. Sama saja putus asanya.

Jangan, jangan berhenti berlari, bisiknya keras kendati paru-parunya melolong memohon ampun. Karena jika ia berhenti di sini, semua berakhir. Habis sudah. Baik Sawada, masa depannya, masa depan dirinya sendiri. Semua berakhir. Semua—

Suara desingan peluru lain yang membelah udara, menghentikan rantai pikirannya. Pria tersebut mendesis tertahan menyadari bahwa peluru tersebut terbang membawa secuil kulit dan daging dari bahu kanannya.

Waktunya kini telah habis.

Kini, malaikat maut telah berada tepat di hadapannya.

Sekali lagi, udara terbelah tanpa suara. Kedua tempurung lutut pria berambut gelap tersebut menghantam jalan berlapis aspal sementara sang pemilik jatuh tersungkur. Dapat dirasakannya asam lambungnya merayap keluar, membakar organnya, mengurainya perlahan menjadi jaringan-jaringan tipis sementara darah perlahan mengucur, bergabung menodai aspal dalam warna cokelat gelap yang menakutkan.

Ia bahkan tidak mampu barang sekadar untuk melihat penyerangnya.

"Maafkan aku," kata pemburunya tanpa simpati tercermin dalam nada bicaranya. "Tetapi kau tidak memberiku pilihan lain."

Tembakan keempat menyarangkan peluru tepat di tengah dadanya, menyelamatkannya dari siksaan tak tertahankan akan bertahan hidup.


Sementara itu, berpuluh-puluh kilometer jauhnya, sebuah siluet bergerak di balik keremangan pencahayaan kamar hotel murah yang disewanya. Tampak tangannya bergerak, jemarinya menelusuri telepon yang baru terpakai, turun ke permukaan meja melalui kertas-kertas yang separo terketik, kusut setelah teremas berkali-kali—

Mengalihkan tatapannya ke bawah, ke arah sepi dan damainya Kota Namimori malam hari, ia memandang. Kebencian menggebu-gebu memberatkan hatinya, menusuk dadanya, membakarnya dengan semangat pembalasan dendam.

Sawada Tsunayoshi akan membayar untuk ini.