Aloha reader, sebenernya rada ragu buat ngepublish fic ini. Kenapa? Selain masih banyak fic saya yang terlantar, yah kalo boleh jujur sih fic ini hampir sama kayak fic Lavendervioletta, sama-sama terinspirasi drama korea Nice Guy/ Innocent Man. Bukan bermaksud buat ikut"an atau plagiat *amit-amit, cuman saya keduluan start sama Lavender-san. Udah lama mau post fic ini, rencananya sehabis lebaran, tapi karena kesibukan OSPEK dan lainnya, jd belum sempet. Eh, pas buka fic, err-...rada syok liat fic Lavender-san *maaf-ya-lavender-san. Saya udah PM Lavender-san, dan dia bilang oke-oke aja kalo saya ikut ngepublish :) *peluk-lavender-san *dibuang-ke-laut. Mudah-mudahan aja reader masih berkenan membacanya walau berbeda pairing :D. Fic ini juga udah aku rombak abis, jd gak terlalu mirip sama dramanya *teringat Song Joon Ki dan Moon Chae Woon. Oke, just read...

Title: Cruel Temptation

:

:

:

Disclaimer : Masashi Kishimoto and Pemilik Nice Guy (MBS? KBS? Maaf Lupa)

:

:

:

If You Don't Like, Don't Read, Just Leave


-Cinta bagaikan air, mengalir mengikuti arah, membawa kesejukan hati, transparan bagai cerminan jiwa namun juga merusak setiap hal yang dilaluinya— Anymous


Iris laut itu terbuka lebar, peluh membasahi setiap inci tubuhnya. Rambut pirang emasnya terlihat acak-acakan, namun tetap mempesona bagi siapapun yang melihatnya.

Naruto, nama pemuda tersebut. Dirinya menghela napas kesal, diliriknya jam dinding kamarnya menunjukan angka dua dini hari.

"Sial, lagi-lagi aku terbangun-..." Umpatnya pelan.

Matanya tertutup, mencoba kembali kedalam pelukan mimpi. Tapi memang kami-sama tidak mengizinkannya membuat Naruto memukul bantalnya keras.

Mimpi itu, mimpi buruk yang sudah setahun belakangan ini selalu menghantuinya. Tiap kali terbangun, Naruto akan merasa sesak seolah napasnya hilang dari paru-parunya. Dan kini yang paling tidak diinginkannya terjadi. Setetes air mata turun melewati pipinya. Dirinya, Uzumaki Naruto kini menangis.

Tidak peduli seberapa kuatnya Naruto mencoba bertahan dari masa lalunya, kekecewaan dan penyesalan tidak pernah bisa benar-benar hilang dari hatinya.

Juga kehidupannya.

Terkadang Naruto ingin sekali memutar waktu, agar dirinya tidak bertemu dengan gadis itu. Gadis yang begitu dicintainya dan sekarang dibencinya dengan setiap deruan napasnya.

Naruto tidak akan pernah lupa apa yang gadis itu ambil dari hidupnya.

Di tengah lamunannya, suara ketukan halus menyapa indera pendengarannya. Dengan perlahan Naruto bangkit dari tempat tidur kemudian membuka pintu kamarnya. Terlihat sesosok pria bergigi taring agak panjang menyeringai ke arahnya sambil menggaruk kepalanya.

"Aku hanya ingin melihat keadaanmu. Dan bisa kau tebak? Dugaanku benar bahwa kau masih memimpikan hal yang sama." Ujar Kiba nyengir sesaat.

Naruto mengangkat kedua bahunya, "Aku hanya merasa lelah." Mencoba memberikan alasan logis pada sahabat –penyuka anjing—kentalnya itu.

Kiba memutas kedua bola matanya bosan, "Yeah, mengingat kau baru saja pulang 'bermain' bersama gadis-gadis kalangan atas kemarin. Kau pasti merasa lelah." Sindir Kiba kemudian masuk tanpa izin ke dalam kamar Naruto.

Suasana kembali hening, keduanya terdiam menikmati apa yang ada dalam pikiran mereka masing-masing.

"Aku-.." Suara Kiba memecah keheningan, "Seandainya kau tahu, Naruko mungkin akan muak melihat adik satu-satunya terus seperti ini."

"Heh-...kau benar." Salah satu alis Naruto terangkat, "Mungkin dia akan menamparku dengan keras kemudian tak akan pernah mengakuiku sebagai adik kandungnya."

Perih, itulah yang dirasakan Kiba saat mendengar lelucon sakit Naruto.

"Lalu sampai kapan kau terus seperti ini, Naruto? Kuharap kau mulai menata kehidupanmu. Semua yang kau lakukan saat ini tidak berguna sama sekali." Suara Kiba mulai meninggi.

"Dan kau pikir aku harus melakukan apa?" Tanya Naruto sarkastis, "Hanya Naruko, juga dia alasan aku hidup. Dan sekarang aku kehilangan keduanya. Puas?"

Kiba terdiam mendengar penuturan Naruto, dirinya juga tak mengerti mengapa waktu begitu cepat merubah segalanya. Cintanya, sahabatnya, serta gadis yang ia percaya. Bila reinkarnasi ada, apa salah Naruto hingga mengalami semua kepahitan ini?

"Bukan hanya kau yang kehilangan Naruko. Aku, Hana-neesan, kami turut merasa kehilangan. Sebagai sahabatmu, aku berharap kau dapat melupakan Shion-..."

"JANGAN MENYEBUT NAMA WANITA ITU DIHADAPANKU!" Potong Naruto marah.

"CIH...KAU PIKIR UNTUK APA AKU MELAKUKAN SEMUA INI? NARUKO MEMINTANYA PADAKU! JIKA TIDAK, TENTU AKU TAKKAN BERTAHAN DENGANMU! KAU DENGAR?!"

Tentu Naruto tahu Kiba tak bersungguh-sungguh. Namun kemarahan yang terlanjur Kiba berikan karena menyebut nama gadis yang dibencinya membuatnya tak dapat berpikir jernih.

"Sebaiknya kau kembali ke kamarmu, Kiba! Aku sedang lelah dan tak ingin berdebat denganmu." Usir Naruto tajam.

Kiba tidak mempercayai apa yang Naruto katakan. Bukan, bukan karena sahabat kuningnya mengusirnya terang-terangan, tapi karena masih saja temannya itu mengacuhkan perkataannya. Tidakkah ia tahu betapa Kiba menunggu saat-saat dimana mereka dapat berbicara tenang seperti saat ini tanpa wanita berpakaian minim di sekitar Naruto?

"Oke, terserah padamu. Tapi jangan harap aku akan berhenti." Tukas Kiba jengkel.

Ekor mata Naruto melihat sahabatnya menutup pintu kamarnya keras sebagai pelampian kekesalannya. Masih mematung di tempatnya, Naruto memijat keningnya pelan kemudian tersenyum sinis, "Aku juga tak akan berhenti seperti saat ini, Kiba. Sampai seseorang dapat menghentikanku sepenuhnya."


Seorang gadis berambut indigo melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Dengan percaya diri ia berjalan menenteng map ungu hasil pekerjaannya semalam. Beberapa bawahan yang melihatnya menunduk hormat dengan balasan tanpa ekspresi miliknya.

Namanya adalah Hinata, gadis berparas cantik ini merupakan salah satu kandidat heiress perusahaan Hyuuga selain kakak sepupunya, Hyuuga Neji.

Mata amethys Hinata berubah tajam ketika melihat sosok kakak sepupunya berjalan angkuh diikuti seorang gadis manis berambut pirang. Mau tak mau Hinata menunduk hormat, membuat Neji menarik ujung bibirnya sedikit, sangat sedikit.

"Ohayu, Hinata-chan." Sapaan ramah dari gadis pirang disamping sepupunya terdengar oleh Hinata.

Dan Hinata memilih mengabaikannya, membuat gadis pirang tersebut diam.

"Apa kau sudah menyiapkan materi untuk rapat hari ini, Hinata?" Suara berat Neji memecah keheningan di antara mereka. Bukan menjawab pertanyaan yang jelas-jelas ditujukan untuknya, Hinata melangkah pergi melanjutkan perjalanan menuju ruangannya.

Gadis pirang atau Shion terperangah melihat kelakukan calon adik sepupunya pada tunangan sekaligus atasannya. Sementara Neji malah tersenyum kemudian berjalan meninggalkan Shion yang masih terperangah. Andai seseorang tahu arti dibalik senyuman Sang Jenius Hyuuga.

Tentu saja, senyum kemenangan.


Hinata menghempaskan tubuh mungilnya pada sofa empuk dalam ruangannya. Matanya terpejam, merasa lelah padahal ia belum melakukan apapun. Mencoba mengabaikan rasa lelahnya, Hinata bangkit kemudian meraih ponsel pintarnya, mengecek daftar kegiatan yang akan ia lakukan hari ini.

Sebenarnya Hinata bisa menggunakan jasa sekertaris untuk mengatur jadwal pekerjaannya yang padat, namun rasa percaya-nya telah hilang. Kini ia tidak mempercayai siapapun, karena baginya orang yang perlu ia percayai adalah dirinya sendiri.

Hinata sedikit tersentak dengan ketukan halus yang berasal dari pintu, dengan cepat ia mempersilahkan masuk. Terlihat Shizune –orang kepercayaan ayahnya melangkah masuk ke dalam ruangan.

"Hinata-sama, saya membawakan jadwal baru. Sore ini ada pertemuan rapat dengan para pemegang saham. Mereka akan membahas mengenai-..."

"Cih, mengenai umurku yang masih muda, bukan?"

Shizune terdiam sesaat, "Menurut saya selama dua tahu ini anda sudah berusaha keras dan membuktikan pada mereka bahwa anda mampu."

Hinata tersenyum sinis, "Benarkah? Tapi menurutku masih belum cukup, Shizune. Bagi mereka Neji adalah segalanya."

"Sebaiknya anda menghentikan semua ini, Hinata-sama."

Hinata mendelik tajam, "Tidak akan pernah!" Jawabnya tegas.

Kali ini Shizune memandang Hinata khawatir, "Semua cara sudah kita lakukan, Hinata-sama. Anda pun tahu maksud dari Neji-sama pada anda."

Sontak Hinata bangki dari duduknya, "SHIZUNE!" Kemarahan terkilat jelas di mata Hinata. "Hentikan omong kosong ini! K-Kaupun tahu ji-jika aku menyerah sekarang ti-tidak ada lagi yang bisa aku perjuangkan."

"Tapi Hinata-sama, jika terus seperti ini tidak sehat untukmu. Dan lagi kau terlalu keras pada dirimu sendiri. Sebelum pergi, Hiashi-sama memintaku untuk menjaga dan mengawasimu, dan aku sudah berjanji-... Hinata-sama, k-kau menangis?" Shizune tersentak mendapati sebulir air mata menetes di pipi mulus Hinata. Kakinya perlahan mendekati sang heiress.

"J-jangan mendekat! A-aku tidak apa-apa." Sangkal Hinata cepat.

"Baiklah, sebaiknya aku pergi. Maafkan saya Hinata-sama."

Dengan penuh perhatian Shizune pamit undur diri, meninggalkan ruangan Hinata. Perlahan tangannya meraba tempat ginjalnya berada.

"Hiashi-sama, lindungilah Hinata-sama." Gumamnya pelan.


Pagi ini cuaca tidak bersahabat, hujan turun bersamaan dengan awan mendung yang menggumpal, membuat genangan air air di sekitar pekarangan kecil milik pria beriris biru laut berumur dua puluh lima tahun itu. Sang pemilik hanya terdiam memandangi hujan yang turun semakin deras. Kembali mengingat kenangan dimana ia begitu menyukai hujan dan kemudian begitu pula membencinya. Semua dikarenakan dua alasan berbeda dengan dua gadis berbeda dalam hidupnya.

Menggelikan.

Naruko, kakak perempuan kandungnya, gadis yang kuat, tegar, pemberani dan ceria. Sosok panutan dalam hidupnya. Mereka berdua kehilangan ibu sejak kecil sehingga Naruko sebagai anak tertua mengambil peran sebagai ibu, sahabat, dan tentu saja tempat ia bersandar. Mereka berdua bertahan dari kerasnya hidup ibukota, saling menjaga dan menyayangi satu sama lain.

Naruto ingat hari dimana Naruko mendapat pekerjaan baru. Tanpa mempedulikan hujan lebat, ia menerobos pulang sambil membawakan ramen kesukaan Naruto.

Saat Naruto berhasil masuk Jurusan Kedokteran Universitas terkemuka Jepang dengan beasiswa penuh, gilirannya yang berlari menerobos hujan untuk memberitahukan kabar gembira itu pada kakaknya.

Ia sangat ingat pelukan hangat Naruko dan ekspresi bangga yang ditunjukan padanya.

Tapi sayangnya Naruto-pun tak dapat melupakan seseorang dalam ingatannya. Seorang gadis yang dulu ia anggap spesial dan berharga setelah Naruko. Masa dimana ia dan gadis itu bertemu di halte bus saat hujan, kencan pertama mereka dibawah payung yang sama, dan ciuman panas serta pelukan mesra. Semuanya terjadi saat hujan turun, menebarkan wangi tanah yang khas.

Dia terlalu naif menganggap hujan mendatangkan keberuntungan dalam hidupnya.

Kami-sama tidak mungkin semurah hati itu padanya. Semestinya ia lebih awal menyadari ada maksud Kami-sama memberikan kebahagiaan yang begitu membutakannya.

Jika saja Naruto tidak terbuai akan gadis itu, ia pasti dapat melihat kebusukan tertanam dalam hatinya. Memang mereka sama-sama tumbuh di tengah kerasnya kehidupan. Namun Naruto mempunyai Naruko sebagai pegangan hidupnya, begitu pula sebaliknya.

Sementara Ayuzawa Shion? Cih-... hanya seorang gadis yatim piatu yang memiliki obsesi begitu besar.

Sungguh Naruto ingin tertawa, setelah sekian lama akhirnya ia menyebut nama gadis itu. Gadis yang menjadi penyebab kehancuran hidupnya. Kematian kakaknya, hancurnya mimpi-mimpinya, hilangnya rasa cinta dan kepercayaan dalam dirinya.

Baginya kini ia hanya sebuah boneka tak bertuan. Berpindah dari peluka satu wanita pada wanita lainnya. Bersenang-senang walau hatinya merasa kehampaan yang mencekiknya secara perlahan.

Naruto menyadari bahwa ia masih terbelenggung dalam pesona sang gadis. Tak tahu seberapa kuat belenggung itu, ia-lah yang yang harus mencoba melepaskannya.

Dan balas dendam merupakan pilihan terbaik saat ini.


Ya ya ya, saya tahu Hinata dan Naruto sangat OOC sekali. Tapi untuk karakter Naruto sudah saya pikirkan baik-baik. Kalau di drama kan Song Joon Ki awalnya pemuda yang ceria, tapi berubah jadi dingin dan sinis. Disini Naruto-pun begitu, karena dendam ia berubah drastis, hohoho, jadi kebayang seksi sekali ya? *Mesum, sementara Hinata juga memiliki perubahan karakter juga, yang pasti kuat dan pantang menyerah! *go-Hinata-hime :). Dan buat penggemar Neji, maaf banget ya ngebuat dia jadi jahat *dibakar-Neji-FC. Habis saya suka banget cousincest, apalagi kalo Hinata dipasangin sama Neji, khekehe *ketawa-jahat.

Oke, jika berkenan berikanlah review pada author tersayang ini *kedip-kedip ^^