Kim Junmyeon yang sekarang berumur 25 tahun berbeda dengan Kim Junmyeon yang berumur 20 tahun. Tentu ia lebih dewasa, jelas.

Ia bukan lagi perempuan yang suka keluyuran tidak jelas tiap malam, bukan.
Ia bukan lagi perempuan yang harus ditelfon agar pulang cepat lagi, bukan.

Kim Junmyeon yang sekarang adalah Kim Junmyeon yang bisa mengatur waktu. Pekerjaan nya sebagai guru TK dan SD membuatnya bisa mengatur waktu. Mengajar saat pagi dan bahkan sekarang ia sudah mempunyai toko kue yang di berikan oleh mama mertuanya.

Mama mertua.

Mengingatnya membuat Junmyeon sedih.

Diumur 19 tahun Junmyeon dijodohkan oleh Ayah dan Ibunya dengan anak rekan kerja mereka. Namanya Wu Yifan. Bodohnya Junmyeon yang masih labil dan bocah itu tentu tidak menerima dan memberontak. Padahal calon suaminya sendiri menerima apa adanya.

"Myeon!"

"Eh iya?"

"Kau tidak mendengarku daritadi?"

Junmyeon melihat ke sekeliling nya, ia masih di ruang guru. Berkumpul dengan beberapa temannya, maksudku rekan gurunya.

"Eh iya kenapa, eonnie-ah?"

Minseok menunjukan list anak kelas satu sd.

"Ini!"

"Ini?"

Junmyeon masih antara sadar dan tidak sadar.

"Kau tau kan ada anak baru dikelasku?" Junmyeon mengangguk pelan dengan wajah tidak mengertinya,
"Nah. Kamu harus lihat informasi dari anak tersebut."
"Informasi apa?" Jujur saja, Junmyeon tidak terlalu tertarik.

Minseok memutar bola matanya sedikit kesal.
"Myeon. Namamu menjadi nama orangtua dari anak tersebut. Tidak hanya itu, informasinya juga sama. Persis."
"Eh?"

Minseok memberikan buku yang depannya bertuliskan:

WU SHIXUN - TAHUN AJARAN 2017/2018. SM SEOUL KINDERGARTEN-ELEMENTARY SCHOOL.

"Wu?"

Junmyeon membuka buku tersebut.

Halaman pertama hanya berisi logo sekolah dan visi-misinya.

Ia lanjutkan lagi membuka halaman kedua.

INFORMASI ANAK.

Cocok.

Nama Panjang: Wu Shixun.
Nama Panggilan: Shixun, Sehun (ditulis disampingnya nama koreanya).
Tempat, Tanggal Lahir: Seoul, 12 April 2012.
Umur: 5 tahun.

Nama Orangtua:
Ayah: Wu Yifan.
Umur: 28 tahun.
Tempat, Tanggal Lahir: Guangzhou, 6 November 1989
Status: Warga Negara Asing
Ibu: Kim Junmyeon.
Tempat, Tanggal Lahir: Seoul, 22 Mei 1992
Umur: 25 tahun.
Status: Warga Negara Korea

Anak (mencoret kata tiri/angkat)(menyisakan kata kandung) dari …. (dituliskan 0) bersaudara.

Pindahan dari: Shanghai International Elementary School, kelas …. (dituliskan 1)

Komunikasi antara orangtua dan anak:

Bahasa Mandarin, Inggris, dan sedikit Korea.

Prestasi anak:
-Juara 1 bermain baseball di tingkat nasional antara tim anak sd lainnya.
-Juara 1 spelling bee Bahasa Inggris yang digelar oleh Wall Street di Shanghai antara anak berumur 4-5 tahun.

Junmyeon membuka lembaran berikutnya.

Tidak ada informasi lain.
Ia kembali melihat halaman sebelumnya. Ada beberapa arsip seperti sertifikat kelahiran dan bahkan juara-juara yang dimiliki Shixun atau lebih mudahnya Sehun.

Nama ibu Kim Junmyeon? Bahkan tempat tanggal lahir sama persis dengannya? dan nama Ayahnya itu… Nama mantan, ah bahkan mereka belum bercerai. Namanya persis. Wu Yifan. Masa lalunya.

Ia menghitung umur Sehun. 5 tahun. 5 tahun yang lalu…. mengingat segalanya dan. Ia dulu hamil. Hamil yang tidak bisa disangka. Dulu ia tidak mau hamil di umurnya yang masih muda.

Junmyeon menutup mulutnya.

Bukankah anaknya meninggal saat ia melahirkannya?

"Myeon?"
"Eonnie….. Apa anak ini masuk sekarang?"

Minseok mengangguk.

"Kelas musik. Pergilah lihat. Sehun, rambutnya sedikit coklat."

Junmyeon membawa buku tadi dan langsung lari keluar dari ruang guru. Kaki kecilnya melangkah ke ruang musik yang berada di lantai 2. Sesampainya di ruang musik, ia intip dari jendela. Menatap satu-satu anak kecil yang berlarian didalamnya.

Sehun. Ia mengulang nama tersebut. Sambil melihat nametag yang digunakan anak-anak tersebut.

Matanya tiba-tiba tertuju di anak yang sedang duduk sendirian dengan biola ditangannya. Rambutnya coklat. Ah sayang sekali Junmyeon tidak dapat melihat wajahnya. Eh wajah. Harusnya di buku tadi ada wajah anak tersebut. Ia buka lagi.

Wajahnya… mirip sekali dengan Yifan. Bentuknya. Hidungnya. Ah mata dan warna kulit, mirip dengan milik Junmyeon.

Ia harus melihat langsung anak tersebut.

Diliriknya jam tangan. 10 menit lagi kelas selesai dan anak-anak sd ini akan makan siang.

"Menunggu sebentar, tidak apa-apa."


Bel berbunyi dan Junmyeon sudah siap menunggu didepan pintu ruang musik. Pintu ruang musik terbuka, banyak anak kecil lewat didepannya. Ah banyak sekali ia tidak bisa melihatnya. Sampai ada dua anak terakhir yang tersisa. Sehun posisinya masih membelakanginya.

"Sehun-ah, makan siang bersamaku bagaimana?"

"Hng?"

"Makan." Junmyeon bisa melihat bahwa teman Sehun ah namanya Jongin. Nametagnya terlihat dari mata Junmyeon. Si Jongin menggerakan tangannya, gerakan makan.

Sehun mengangguk.

"Denganku." Jongin menunjuk badannya.

"Do you mean we're eating lunch together?"Sehun membalasnya dengan Bahasa Inggris.

Jongin panik.

"Duuuhh kenapa Sehun tidak bisa bahasa Korea sii."
Ia loncat-loncat dan kemudian melihat Junmyeon yang mengintip dari pintu.

"Bu guru Kim!" Jongin memanggilnya dengan semangat.

Sehun ikut menengok ke arah mata Jongin juga.
Kini Sehun menatap Junmyeon. Junmyeon terkesima. Warna kulit pucatnya Sehun benar-benar menurun dari dirinya, bibir kecilnya juga menurun dari dirinya.

"Bu guru Kim, sini! Bantu Jongin memberitahu Sehun-ie kalau Jongin mengajaknya makan siang." Junmyeon dengan pelan masuk ke dalam lalu membungkukan badannya ke arah kedua anak kecil ini.

"Um ada apa Jongin-ah?"
"Tolong jelaskan dalam Korea apa yang Sehun ucapkan kepadaku."

Junmyeon menatap Sehun, meminta Sehun untuk mengulang kata-katanya. "Did he just asked me to eat lunch together with him?"Bahasa Inggris Sehun lancar keluar dari mulutnya.

Junmyeon kembali melihat Jongin,
"Dia bertanya, apakah Jongin mengajaknya makan siang bersamanya?"

Jongin mengangguk mengerti dan mulutnya membentuk 'O'.

"Iya. Bilang kita makan siang bersama."

Junmyeon kini menatap Sehun. "Iya dia mengajakmu, kamu mau kan Shixun-ah?"

Sehun tersenyum lebar mendengar guru Kimnya kini mengobrol dengannya menggunakan bahasa Mandarin. "Iya. Shixun mau kok. Jongin ayok makan siang. Eng…. bu guru juga ikut saja. Membantuku dan Jongin agar kami bisa mengobrol." Sehun membalasnya dengan Mandarin dan menyisakan senyum manis diakhirnya.

"Ah Jongin, Sehun mau kok. Tapi dia mengajak aku juga, apa tidak apa-apa?"

Jongin mengangguk lalu menggenggam tangannya.

"Iya bantu aku agar bisa mengobrol dengan Sehun. Kajja Sehun-ah!" "Kajja!"

Keduanya kini saling berjalan berdampingan, membuat Junmyeon dibelakangnya tersenyum lebar.

Sehun.

Wu Sehun.

Ia harus tau banyak mengenai anak itu.