Di hadapannya bergelimpangan tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa. Tubuh dari teman-teman yang menemani hari-harinya. kini mereka hanyalah tubuh tanpa jiwa, dengan lubang menganga, beberapa organ berceceran, bagian tubuh yang tidak lengkap.
Seorang Anak bersurai pirang kemerahan, menatap pemandangan disekitarnya dengan tatapan kosong, kelopak mata kirinya tertutup, dengan luka vertikal yang masih sedikit mengalirkan darah di mata kirinya. Sedangkan mata kanannya tidak menunjukan tanda kehidupan, namun ia masihlah bernafas. Ia masih berdiri tegak di antara tubuh-tubuh tak bernyawa itu.
Di sekitarnya, berdiri beberapa pria bersetelan hitam. Mereka bukan pria biasa, atau mungkin bisa di katakan bukan sebagai manusia, dengan sayap hitam sekelam malam di punggung mereka, dan sebuah cahaya berbentuk pedang digenggaman mereka yang berlumuran darah. Merekalah penyebab semua ini, sebuah mimpi buruk bagi seorang anak yang masih tersisa.
Seorang dari mereka berjalan mendekati anak itu, mengangkat pedang cahaya di tangan kanannya, ia bersiap untuk menebas anak terakhir. Belum sempat pedang itu terayun, ia, pria itu tidak dapat merasakan tangan kanannya. Dalam gerak lambat mereka melihat tangan pria yang akan menebas anak itu melayang jatuh. Kembali, belum sempat pria yang tangan kanannya telah putus itu berteriak, kini kepalanya yang terpisah dari tubuhnya menghasilkan semburan darah.
Mereka yang menyaksikan salah satu rekan mereka terbunuh dengan tempo yang sangat cepat, dilanda keterkejutan mereka terlambat mengambil posisi siaga. Namun apa yang akan mereka lakukan, itu semua sia-sia, di balik darah yang berhamburan, mereka melihat iris yang bercahaya berwarna biru, yang bersinar dengan redup dan mengeluarkan aura misterius. Sesuatu melesat kearah mereka, sesuatu itu berhasil menebas tiga dari lima belas orang dari mereka. Lalu, dimulailah sebuah teater penuh darah dan teriakan kedua dimalam itu.
•
•
•
Cahaya bulan kini menyinari seorang anak yang memegang sebuah katana yang berlumuran darah. Di sekitar tubuhnya, berhamburan bulu-bulu hitam yang mengambang di atas genangandarah.
Iris saffir miliknya melirik kearah pintu masuk panti asuhan yang selama ini menaunginya dengan pandangan kosong. Di pintu masuk itu, kini berdiri seorang pria yang sosoknya tertutupi sinar cahaya rembulan, sehingga sosoknya tidak begitu terlihat jelas.
Lalu, Pria itu mulai bicara "Hei nak, maukah kau ikut bersamaku?".
Anak itu hanya diam menatap pria di hadapanya. Menghela nafas pendek pria itu melanjutkan "aku anggap diammu itu sebagai jawaban iya".
"baiklah kalau begitu, namaku Azazel, gubernur malaikat jatuh" ucap pria itu memperkenalkan dirinya, lalu di balik punggungnya terbentang enam pasang sayap gagak sewarna malam. Tatapan anak itu tetap tidak berubah.
•
•
•
"I'm not a hero"
•
•
•
Di pagi hari disebuah hutan yang rindang, terlihat seseorang yang tertidur di sebuah dahan pohon yang cukup besar dengan posisi bersandar.
Lalu kemudian ia pun terbangun yang mungkin, dikarenakan tidurnya terusik oleh sinar mentari yang menyusup melalui celah dedaunan. seseorang itu yang ternyata adalah pemuda. Ia perlahan bangkit dari posisi bersandarnya pada batang pohon, kemudian ia melompat turun dari dahan tempatnya beristirahat.
Ia mendarat dengan tenang di atas tanah, pemuda itu tampak menggenggam sebilah katana dengan sarung dan gagang yang berwarna merah darah di tangan kanannya, ia sedikit melakukan peregangan pada otot-otot tubuhnya yang sedikit surai pirang kemerahannya, ia pun mulai berjalan entah kemana.
Setelah beberapa menit berjalan, ia pun menemukan sebuah aliran sungai di dalam hutan tempat nya beristorahat tadi.
Mendekati sungai, ia mulai melepas pakaian yang ia kenakan. Sebuah kemeja putih berlengan panjang, blazer hitam tanpa lengan, sebuah dasi berwarna merah, celana hitam panjang, sepasang sepatu pantofel(?) hitam, itu semua ia lepaskan dan menyisakan tubuh tanpa busana dirinya.
Selesai dengan membasuh tubuhnya ia kembali mengenakan pakaian yang tadi ia tanggalkan.
Ia pun masuk lebih dalam ke dalam hutan, untuk mengumpulkan beberapa kayu bakar, yang akan ia gunakan untuk membakar beberapa ikan yang ia tangkap saat ia membasuh tubuhnya.
Setelah lama mencari kayu bakar Ia kembali ke pinggiran sungai tempat ia membasuh tubuhnya, sambil membawa kayu bakar. Kemudia ia mengeluarkan sebuah pisau hitam dari tas kecil yang berada di pinggang nya, ia mulai membersihkan ikan yang ia tangkap tadi, untuk kemudian di bakarnya.
•
•
•
Setelah menghabiskan ikan bakarnya pemuda itu membersihkan tempat yang ia gunakan untuk membakar ikan. Setelah selesai membersihkan tempat itu, ia menatap kesekeliling selama beberapa saat.
Lalu, Pemuda itu kembali berjalan memasuki hutan. Tujuan ia berada dihutan ini adalah untuk menemukan sebuah tanaman herbal yang cukup langka. Tanaman itu akan ia gunakan untuk bahan eksperimentnya.
Eksperiment apa yang ia lakukan, pastinya sesuatu yang cukup penting.
Setelah lama berjalan, di antara pepohonan pemuda itu berhenti melangkahkan kakinya, karena ia merasakan sesuatu dari arah kanannya. Sesuatu itu ia rasa memiliki ukuran yang cukup besar. Pemuda itu masih diam menunggu apa yang menuju kearahnya.
Beberapa saat menunggu, pemuda itu pun segera melompat menjauh dari tempatnya berdiri tadi. Sesuatu melesat kearahnya lalu menimbulkan suara benturan yang cukup keras sehingga mengahasilkan getaran yang kuat dan menghasilkan kepulan debu.
Di balik debu, pemuda itu dapat melihat subuah bayang. Bayangan makhluk yang sangat besar. Bayangan itu kembali menerjang kearah pemuda itu dengan cepat. Pemuda itu berhasil menghidari terjangan makhluk itu.
•
•
•
Kini di bawah rindangnya pepohonan, sinar mentari yang berada tepat di atas kepala menyinari kedua makhluk berbeda jenis ini.
Salah satu makhluk yang memiliki ukuran tubuh yang cukup besar menggeram beberapa saat yang lalu masih tertutupi kepulan debu. Kini sosok besar itu terlihat jelas, seokor Naga bersisik hitam terdapat garis-garis biru di sisiknya, Naga itu memilki sepasang sayap kokoh.
Pemuda itu tetap diam tanpa bergeming dari posisinya. Walau kini di hadapannya berdiri seekor Naga, yang notabennya seekor makhluk yang lebih superior dari dirinya. Tapi pemuda itu nampak tidak menunjukkan ekspresi lain selain ekspresi kalem tanpa senyum. Mata kanannya hanya menatap Naga didepannya dengan tatapan kosong.
Sedangkan dengan sang Naga, Ia menatap dengan lekat kepada manusia di hadapannya. Iris emasnya mengamati gerak gerik manusia yang beberapa saat lalu menjadi target mangsanya.
Kedua makhluk itu hanya saling tatap menatao selama beberapa saat. Menimbulkan suasana sunyi di tengah hutan itu. Lalu terdengar suara berat dari sang Naga "apa yang kau lakukan di wilayahku Manusia!" Suara berat yang ternyata berasal dari sang Naga, menanyakan maksud Manusia dihadapannya memasuki wilayahnya.
Pemuda itu tetap diam mendapat pertanyaan dari sang Naga. Ia hanya diam tanpa bergerak layaknya sebuah patung. Kembali sang Naga menanyakan maksud pemuda itu memasuki wilayahnya, kali ini sang Naga menggunakan nada keras.
"SEKALI LAGI KUTANYA, APA MAKSUD KEDATANGANMU MANUSIA!" Petanyaan itu diakhiri dengan raungan keras dari sang Naga. Mendapati Manusia itu hanya diam, kini sang Naga telah mencapai puncak amarahnya.
Tanpa menunggu jawaban manusia itu, sang Naga kembali menerjang si pemuda itu. Dengan gerakan yang sangat cepat, sang Naga berhasil menerkam pemuda manusia itu, yang kini hanya menyisakan tangan kiri si pemuda yang menggantung di sudut mulutnya dan masih memegang katananya.
Tangan yang masih menggantung di antara mulut Naga itu perlahan bergerak, dengan sentakan kuat tangan itu melempar katana digenggamannya. Katana itu melayang jauh dan berakhir menancap di sebuah pohon yang berada cukup jauh dari tempat itu. Lalu tiba-tiba tangan yang masih menggantung itu berubah menjadi kepulan asap.
Hal ini tentu saja menimbulkan keterkejutan dari sang Naga. Karena tiba-tiba manusia yang berhasil ia terkam, manusia yang masih berada dimulutnya, tiba-tiba menghilang dan yang ia rasakan hanya kekosongan di mulutnya.
Membuka mulutnya, keluarlah sisa kepulan asap yang berwarna putih. Sedangkan di tempat katana tadi menancap, timbul ledakan kecil yang menghasilkan kepulan asap putih. Setelah asap menghilang, kini berdiri pemuda yang menjadi korban dari sang Naga. Pemuda itu berdiri dengan tenang seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Tangan kirinya masih menggenggam katana miliknya.
Pemuda itu kemudian melangkah mendekati Naga itu. Setelah berada didekat sang Naga pemuda itu kemudia sedikit membungkukkan tubuhnya sembari berucap "maaf, saya hanya ingin melewati tempat ini, Nona Naga" ucapnya dengan nada yang tidak begitu jelas.
Sang Naga terdiam membeku akan apa yang diucapkan pemuda itu. Dengan suara beratnya sang Naga menanggapi dengan nada yang cukup tinggi.
"Dari mana kau mengetahuinya, Manusia?!".
Tanpa menggubris sang Naga pemuda itu menegakkan tubuhnya dan kemudian berbalik, berjalan kembali memasuki hutan. Tapi, sebelum ia dapat berjalan lebih jauh, ia harus kembali menghindar saat merasakan bahaya dari belakangnya.
"KUTANYA SEKALI LAGI!, BAGAIMANA KAU BISA MENGETAHUINYA!", Kembali sebuah raungan marah terdengar dari dalam hutan, raungan yang berasal dari seekor naga yang sedang diliputi amarah.
Pemuda itu yang kini membelakangi sang Naga, hanya menolehkan sedikit kepalanya. Ia tetap berekspresi kalem, sebelum tercipta sebuah senyum tipis. Dan wujudnya tiba-tiba tertutupi asap putih, pemuda itu menghilang tergantikan sebongkah kayu.
Kembali sang Naga hanya mampu terpaku, karena baru kali ini ada manusia yang berhasil lolos setelah menjadi targetnya. Apa lagi manusia itu mengetahui identitas atau mungkin yang lainnya dari dirinya. Menatap sebentar kearah sebongkah kayu, ia mendapati selembar kertas yang tertempel pada sisi kayu itu.
Berjalan mendekat Naga itu melihat serangkaian tulisan pada kertas itu, yang tertulis
'Soal identitasmu aku hanya menebaknya saja, lalu sampai bertemu lagi'
'TTD : Naruto'
Lalu naga itu pun tertutupi cahaya berwarna hitam. Setelah cahaya menghilang berdirilah seorang gadis muda di tempat naga tadi berdiri. Iris emasnya menatap kertas itu dengan pandangan sulit di artikan.
Setelah beberapa saat gadis itu mengalihkan pandangannya kearah langit yang telah berubah menjadi jingga, pertanda sang surya akan kembali ketempat peraduannya. "Lain kali jika kita bertemu lagi aku tidak akan melepaskanmu" gadis itu mengucapkan sebuah janji yang jelas akan ia tepati.
•
•
•
Sementara itu jauh di dalam hutan, pemuda bersurai pirang kemerahan yang kini diketahui sebagai Naruto, tampak berjalan dengan pelan di antara pepohonan. Semakin jauh ia menelusuri hutan ini, semakin pekat hawa mistis yang ia rasakan. Beberapa kali ia menemui tumbuhan yang cukup aneh, bahkan ada tumbuhan yang memangsa seekor rusa.
Setelah bejalan cukup lama Naruto menghentikan langkahnya, karena kini ia telah menemukan apa yang ia cari di dalan hutan ini. Di tepi sebuah danau, Naruto berdiri menatap kearah tengah-tengah danau dihadapannya, tepatnya kumpulan bunga teratai yang mengerumuni sebuah bunga teratai yang berbeda dari yang lainnya, Sebuah teratai berwarna biru cerah.
Naruto kemudian mulai menanggalkan pakaian yang ia kenakan, baru ia melepas blazernya ia menyadari sesuatu, atau bisa dikatakan baru teringat sesuatu. Mengenakan kembali blazer yang terlanjur ia lepaskan, ia mulai berkonsentrasi.
Lalu Naruto kembali menatap teratai biru ditengah danau itu, sambil menengadahkan tangannya seolah menerima sesuatu. Lalu sedetik kemudian muncul kilatan merah yang berselang singkat, hanya satu detik.
Kini ditangannya ia memegang sebuah teratai biru, teratai yang sebelumnya berada di tengah danau kini sudah berada di tangannya.
Menatap teratai biru di genggamananya selama beberapa saat, kemudian teratai itu hilang dalam kepulan asap putih di atas tangannya.
Setelah merasa teratai itu telah benar-benar hilang, Naruto berbalik dan mulai melangkah. Belum sampai tiga langkah Naruto telah lenyap dari tempat itu, seolah ia tidak pernah berada disana.
•
•
•
Di sebuah kota yang berada di perfektur Tokyo, kota Kuoh. Sebuah kota yang masih bisa di bilang kota yang asri, dengan banyak wilayah hijau atau wilayah pepohonan di kota itu. Kota ini bukanlah kota yang padat seperti Tokyo atau kota lainnya, namun juga bukan kota terpencil. Bisa dikatakan kota ini adalah kota yang biasa-biasa saja, atau itulah yang diketahui oleh penduduk kota itu.
Kini hari telah menjelang petang, di tepi danau yang berada di daerah pinggir kawasan kota Kuoh, terlihat seorang pria paruh baya yang sedang melakukan aktifitas yang bisa di katakan membosankan, apalagi kalu bukan memancing.
Pria paruh baya itu memilki surai coklat dengan ujung rambut yang bergaya spiky itu berwarna pirang. Ia juga memiliki janggut tipis dirahangnya, Ia mengenakan kimono pria berwarna coklat yang agak longgar.
Kini diwajahnya menampilakan ekspresi kekesalan, bagaimana tidak ia telah sejak pagi buta telah berada di sini untuk memancing dan hanya baru mendaoatka tiga ekor ikan, bayangkan tiga ekor! Siapa yang tidak kesal coba.
"cih, kemana perginya ikan-ikan itu!? Sialan! Bahkan bocah itu juga belum kembali! Apa lagi Vali, dia malah tambah gak jelas juga! haah, nasibku benar-benar sial hari ini" pria paruh baya itu terdangar menggerutu pada beberapa hal yang tidak penting. Lama menunggu, dan entah apa yang pria paruh baya itu tunggu. Tanpa ia sadari di sebelah kirinya telah berdiri seorang pemuda bersurai pirang kemerahan. Ya, pemuda itu adalah Naruto yang pagi tadi masih berada di hutan mistis dan ia mendapat panggilan melalui sihir komunikasi yang dikirim pria paruh baya di sampingnya.
Tunggu tunggu tunggu! Tadi tertulis sihir komunukasi bukan? Apa pemuda itu, Naruto adalah seorang penyihir? Jika bukan lalu bagaimana ia bisa menggunakan sihir? Jawabanya adalah entahlah. Baiklah, kembali ke cerita.
Pria paruh baya itu masih saja menggerutu, tanpa menyadari Naruto yang berdiri di sampingnya. Sedangkan Naruto, ia hanya diam tanpa niat mengganggu pria itu.
Setelah sang surya kembali ke peraduannya. Prua paruh baya itu bangkit dari acara memancingnya, ia menarik senar pancingnya, lalu membereskan peralatannya. Setelah selesai membereskan peralatannya, ia kemudian berbalik sebelum terkejut dan terjungkal kebelakang karena ada seseorang yang berdiri disana.
Ia kembali mencoba berdiri dari acara terjungkalnya, kini di wajahnya tergambar ekspresi lelah. "Naruto..." setelah berhasil berdiri pria itu memanggil pemuda itu a.k.a Naruto dengan nada lelah.
Lalu ia melanjutkan "sejak kapan kau berdiri disana" tanyanya.
"sejak tadi siang" Naruto menjawab pertanyaan yang di ajukan kepadanya dengan nada kosong.
Ekspresi pria itu semakin bertambah mendengar jawaban pemuda di hadapannya.
"lalu, jika kau sudah ada di sana sejak siang tadi, kenapa kau tidak memanggilku!?" ucap pria paruh baya itu dengan nada super jengkel.
Naruto tetap diam selama beberapa saat sebelum menjawab, "kau hanya menyuruh ku datang, Azazel. kau tidak menyuruhku untuk memanggilmu".
Mendapat jawaban seperti itu, Pria paruh baya itu, atau bisa di panggil Azazel hanya bisa menampakkan ekspresi masam di wajahnya.
"ugh! Naruto, apa kau tidak menggunakan otakmu? Setidaknya gunakanlah logikamu! Ya ampun, kau ini benar-benar... Haah" setelah mengucapkan serangkaian kata, Azazel mengusap wajahnya dengan tangannya yang bebas.
"Baiklah lupakan itu, seka-"
"lupakan" belum sempat Azazel menyelesaikan ucapnnya, Naruto dengan santainya memotong ucapannya, sehingga menghasilkan ekspresi kesal di wajah Azazel. 'Oh... Sabar Azazel, sabar, kau harus sabar menghadapi makhluk ini! ' batin Azazel mencoba tabah pada cobaan yang diberikan kepadanya.
"baiklah, cukup Naruto jangan diteruskan lagi..." terjadi jeda sama beberapa saat sebelum Azazel melanjutkan ucapannya.
"... Naruto, aku punya misi untukmu..."
"...yaitu..."
ToBeContinue
End of Chapter 0 : Dimulai dengan awal yang aneh.
Title : "I'm Not Hero : The Second Stage"
Rate : T (semi M)
Genre's : Adventure, Supranatural, Gore(maybe), (etc).
Warning : OC, OOC, Mainstream, alur ngaco, miss-typo, gaje, author-newbie, Unknown!Naru, (cerita ini mempuyai alur yang cukup membingungkan(maybe))
etc
Not like, don't read
A/N : yah, bagaimana ya. Bisa dikatakan cerita ini membosankan, wajar lah, karena saya masihlah pemula. Jadi, saya mohon maaf bila terdapat benyak kesalahan-kesalahan yang tidak sadari. Juga saya berharap reader sekalian mau memberi masukan ataupun kritik, saya alan berusaha semampu saya. Bagi yang tidak menyukainya silakan untuk tidak membacanya. Baiklah mungkin hanya ini yang bisa saya sampaikan, sekali lagi Terima kasih. :). By the way, jika ada yang ingin bertanya saya usahakan untuk menjawabnya.
Shiro : Off...
