Hhehehe kit balik lagi. Adakah yang kangen ?#plak
Kit balik dengan fic multi-chap*gak ada yang tanya*, ini project baru author. Semoga gak jadi sampah di fandom Naruto hahaha.
Selamat membaca.
Like a Girl?
Naruto © Masashi Kishimoto
I don't own all chara in this story, but
I claimed this story.
Warning!
Cerita ini mengandung unsur yang tak pantas anak dibawah ini baca, typo bertebaran, OOC, yaoi content, bishounen boy, BL, calm!Naru, sangar!saku, miss typo, etc.
Harap pahami peringatan diatas sebelum anda membaca fanfic ini.
Segala keputusan ada ditangan reader.
Chapter 1
Pagi yang suram di kelas 2-3 SMA Suna, dimana seluruh anak perempuan disana memandang benci pada seorang siswa yang tampan-cantik duduk dipojokan ruang kelas. Uzumaki Naruto seorang putra dari Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina, keluarga dengan kemampuan ekonomi rata-rata kaya yang tinggal di kota terpanas abad ini.
Kelebihan wajah Naruto sudah terkenal di seluruh SMA Suna dan hal tersebut menyebabkan banyak nasib sial Naruto selama ini. Ia lebih banyak memiliki teman cowok daripada cewek, banyak anak cowok yang sering salah sangka dengan gendernya. Namun setelah dijelaskan secara jelas, mereka malah makin nempel pada Naruto. Entah apa tujuan mereka Naruto tak tahu dan tak akan mau tahu.
Hidup Naruto sangatlah rumit saat ini. Dia dituduh sebagai penyebab menyebarnya virus gay di SMA Suna saat ini, hell no! Naruto tak akan mau dituduh penyebab virus menjijikan itu. Walaupun hal tersebut memang terjadi karenanya, ia tak akan pernah mau menerima tuduhan menyakitkan seperti itu.
Setiap akhir pekan selalu ada saja cowok yang mengajaknya pergi keluar, apa author perlu memberi garis bawah kata cowok. Hal tersebut membuat geram ayahnya yang sering menjadi penerima tamu dadakan itu, dia heran kenapa selau cowok yang datang untuk ngecengin Naruto tiap malam minggu. Apa tak ada cewek yang mau ngecengin cowok cakep seperti anaknya ini. Apa kurangnya Naruto coba? Perasaan anaknya itu ganteng sangat malah hingga cenderung cantik.
Naruto yang tidak sudi melihat tingkah gila teman satu sekolahnya, selalu menendang bokong mereka kesal. Mereka kira ia banci apa, mau diajak cowok malam mingguan bareng. Ck dia masih sayang sama pacarnya tercinta meskipun wajah ceweknya sangar kayak preman. Tapi cinta itu memang tak memandang wajah kan. Nyatanya Sakura gadis paling tomboy di SMA Suna tak memandang wajah cantiknya ini.
Ngomong-ngomong tentang Sakura ia belum melihat gadis preman itu dari tadi. Biasanya gadis itu langsung nangkring didepan mejanya sambil mengeluarkan unek-uneknya tentang pengalaman saat ia membantai anak-anak sekolah tetangga yang sering mengejek wajah sangarnya atau curhat tentang ia yang lagi-lagi ditembak oleh kouhai cewek mereka, sungguh ajaib. Nasib mereka serasa ditukar saat ini.
"NARUTOOOOOO." Terdengar teriakan cetar membahana Sakura yang sedang berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya, kesal.
Sungguh panjang umur gadis itu, baru juga ia memikirkan keadaan gadis tengil itu.
"Ada apa Sakura?" tanya Naruto kalem.
"Tadi aku ditembak lagi." Jawab Sakura kesal, sambil duduk tenang di meja Naruto.
'Lagi?' Naruto mengernyitkan alisnya bingung.
"Hm, oleh siapa lagi tadi?" Respon Naruto santai.
"Siapa lagi kalau bukan anak cewek kelas 1. Uh mereka menyebalkan." Gerutu Sakura.
"Oh." Jawab Naruto maklum, pacarnya kan wajahnya lumayan cowok juga meskipun ia memakai seragam sailor setiap ke sekolah. Jadi adegan penembakan sesama cewek yang sering dialami Sakura sudah biasa untuknya. Ah untung dia punya rambut panjang sebahu yang menandakan kalau ia punya sisi cewek.
'Pletak'
"Aduh, kau ini apa-apaan Sakura? Sakit tahu." Protes Naruto saat kepalanya jadi sasaran kekerasan Sakura saat ini pada kepalanya.
"Hanya seperti itu responmu saat kekasihmu sendiri mengalami kejadian memalukan he?" kata Sakura marah-marah melihat respon damai dari Naruto yang notabennya adalah kekasih sahnya.
"Terus kau mau aku melakukan apa eh? Memukul cewek itu? No way! Aku masih tahu cara menghormati cewek." Protes Naruto tak terima dengan kelakuan brutal Sakura.
"Yah paling tidak kau bisa marah pada anak itu, minimal jambak dia kan bisa?" Kata Sakura enteng sambil pura-pura meniup kuku jarinya.
"Grr , kau kira aku cewek apa? Kamu saja yang jambak dia." Kata Naruto geram dengan perkataan gila Sakura.
"Iya, nyatanya banyak anak cowok yang sering nembak kamu." Jawab Sakura sambil menyeringai setan. Gila ini anak, pacarnya ditembak cowok malah dibuat senjata. Gak takut apa kalau pacarnya yang cowok beneran diembat cowok.
"Jangan ingatkan aku dengan kejadian gila itu kura-kura. Dan selesaikan masalahmu tanpa melibatkanku." Kata Naruto lelah dengan keadaan sekarang. Kapan ceweknya tobat? Dia akan berterima kasih pada siapapun orang yang membuat ceweknya tobat saat itu juga.
"Tentu saja sayang." Kata Sakura melihat Naruto dengan pandangan seduktif. Mencium bibir Naruto mesra. Ah melihat ekspresi merana cowok cantiknya adalah suatu hiburan yang menyenangkan di hidupnya yang penuh kekerasan.
Sedangkan anak-anak satu kelas dengan sakuNaru hanya memandang pemandangan yang tersaji dengan tatapan heran. Sumpah, adegan tadi terlihat bahwa Naruto adalah cewek sedangkan Sakura sebagai cowok. Apakah saat pembagian gender mereka salah baris atau bagaimana, hal tersebut masih menjadi rahasia dan hanya tuhan yang tahu.
Levfus kit
Sepulang sekolah pasangan yang paling fenomenal diseluruh SMA Suna ini sedang pulang bareng dengan jalan kaki. Jangan heran jika mereka jalan kaki untuk menuju dan pulang dari sekolah mereka, hal tersebut karena larangan dari pihak SMA sendiri yang melarang anak didiknya membawa kendaraan pribadi kedalam wilayah sekolah. Katanya untuk mengurangi pemanasan global.
Jadi terpaksa mereka pulang pergi hanya jalan kaki romantis saat ini, diselingi canda tawa dari sepasang sejoli yang tertukar gendernya.
"hei manis. Baru pulang sekolah eh?" tanya salah seorang pemuda sangar yang menggoda mereka berdua saat lewat di gang sepi saat ini. Naruto yang mengetahui seorang pemuda berusaha menggoda Sakura hanya ketawa cekikikan. Dan entah kenapa terlihat anggun saat ini dimata para pemuda tadi.
"Nah kura-kura, akhirnya ada yang bilang kamu manis." Kata Naruto berusaha membesarkan hati Sakura sekaligus meledek Sakura yang selalu mendapat fans cewek baru setiap hari. Sakura yang dikatai seperti itu oleh Naruto hanya dapat blushing.
"Hahaha." Naruto tak dapat menahan suaranya saat melihat wajah Sakura saat ini, kejadian langka dapat melihat wajah memalukan Sakura saat ini. Dan hanya Naruto yang tahu bagaimana cara mengeluarkan wajah tak wajar Sakura setiap hari.
"Cowokmu aneh gadis pirang?" ucap pemuda tadi bingung, yang digoda siapa yang merona siapa? Hei dia menggoda si 'gadis' pirang, menurut persepsinya.
Pemuda yang tadi menyapa mereka berdua hanya menatap heran Naruto dan Sakura yang terlihat aneh saat ini. Hei ia tak slah lihat kan kenapa blushing malah cowoknya (Sakura)? kan yang digoda gadisnya (Naruto). Pemuda tersebut salah sangka, benar-benar tak tahu dengan keadaan aneh saat ini.
"Apa maksudmu dengan gadis pirang?" tanya Naruto memastikan pendengarannya masih normal saat ini.
"Kamu lah pirang manis." Jawab si pemuda tadi tersenyum charming.
Naruto hanya memasang wajah kesal dan menggembungkan pipinya, berbanding terbalik dengan Sakura yang merasa dunianya runtuh. Gila! Tadi ia blushing gak jelas hanya karena pujian gak jelas dari kekasih pirangnya yang tidak terbukti kebenarannya.
"Ck, aku rasa kau salah sangka dengan gender kami eh?" kata Sakura kasar.
"Aku buka cewek, yang cewek tuh dia." Sahut Naruto sinis, sambil menunjuk Sakura dengan jempol tangannya.
Pemuda tadi memandang Naruto dari kaki sampai kepala dengan teliti. Kaki jenjang, tubuh ramping, tak ada dada dalam gakuran berwarna hitamnya.
"Kau tak usah mengelak, meskipun kamu tomboy kamu tetep cantik kok." keukeuh pemuda tadi tetap tak percaya pada ucapan Naruto saat ini.
'ctak'
Muncul perempatan didahi putih Naruto saat ini. Sungguh ia saat ini sangat ingin meremukkan pria didepannya saat ini. Sakura melirik Naruto yang memasang wajah sebal, meminta ijin secara tidak langsung untuk menghajar pria tengil itu saat ini.
Sakura tak akan mau nanti diomeli Naruto akan sikap seenaknya menghajar orang nantinya, jadi dia lebih memilih minta persetujuan Naruto saat ini. hell! Omelan Naruto lebih mengerikan daripada ceramah ibunya saat marah dan ia tak akan mau mendengarkannya besok.
"Silahkan kura-kura, aku sudah mulai sebal dengan sikapnya." Jawab Naruto menyetujui permintaan Sakura saat ini.
"Ah, kau memang kekasih yang pengertian." Sakura menyeringai sadis.
Pemuda tadi memandang takut pada senyuman mengerikan Sakura saat ini.
"Err, sudah dulu ya pirang. Aku rasa aku harus pergi saat ini heheh." Kata pemuda itu gugup serta merasa perasaan buruk mengintai saat ini.
Pemuda itu membalikkan badannya dan bersiap-siap pergi menjauh dari dua orang itu, tepatnya hanya Sakura saat ini.
"Eits tunggu dulu. Aku masih ada hal yang harus kulakuakan padamu." Desis Sakura mematikan.
Bug
Bug
Bug Duak
'Ugh'
Duak
Brak
Sakura menatap puas hasil karyanya saat ini, sambil menggandeng tangan Naruto melewati gang sepi itu. Naruto hanya menatap bosan kekasihnya yang langsung meninggalkan korban kekerasan gadis perkasa itu.
'Untung Sakura tak pernah menghajarku.' Batin Naruto bersyukur pacarnya tak pernah berlaku kasar padanya, meskipun ia sering meledek gadis sangar itu.
Mereka meninggalkan pemuda tadi dengan keadaan yang mengenaskan saat ini. terkapar disamping tong sampah yang isinya berhamburan, wajah yang berantakan dan baju yang sudah tak berbentuk serta darah yang mengucur pelan didahi serta sudut bibirnya.
Sangat miris.
Levfus kit
Sesampainya Naruto dirumah, ia melihat ayahnya sedang menerima seorang tamu pria yang sedang bersimpuh dikaki ayahnya. Sedangkan wajah ayahnya terlihat bingung saat ini, seperti bingung antara memberikan harta paling berharganya atau memberikan istrinya kepada orang lain. Perumpamaan yang buruk dalam otaknya.
"Selamat datang, Naru." Sapa ayahnya saat melihat Naruto berdiri memandang ayahnya heran.
"Aku pulang ayah." Kata Naruto membungkukan badannya sedikit pada ayahnya.
Pemuda yang masih bersimpuh pada Minato memandang Naruto dengan wajah gembira. Lalu memandang Minato lagi dengan tekad besar yang terlihat jelas dimatanya.
"Kumohon paman, terimalah lamaranku. Aku berjanji akan membahagiakannya." Kata pemuda itu yakin.
'Whut? Jangan bilang apa yang tadi ia pikirkan benar. Ayahnya harus merelakan ibunya dipinang orang lain.' Pikir Naruto ngaco.
"Tidak, kimimaru-kun." Tolak ayahnya tegas.
Naruto menyeringai senang dengan keputusan ayahnya, jadi ia tak akan mempunyai ayah tiri yang usianya hampir sama dengannya.
"Tapi aku sangat mencintainya paman. Kumohon aku akan berusaha menjaganya dengan taruhan nyawaku." Ucap pria bernama kimimaru tadi.
"Naruto masih dalam proses belajar, kau harus memakluminya." Kata Minato memberi alasan yang logis. Tidak mungkin kan ia bilang jika Minato tak akan mau menikahkan anaknya dengan cowok gay, meskipun anaknya gay. Toh masih ada sakura yang jadi pacar Naruto, jadi Naruto bukan gay. Aduh kepalanya jadi pusing dengan nasib anak semata kucingnya, pikir Minato miris.
Perasaan Naruto mulai tak enak mendengar namanya disebut dalam ucapan ayahnya saat ini. ditambah dengan tatapan aneh pemuda itu padanya saat ini.
"Ayah, apa maksudnya ini?" Naruto memberanikan diri untuk bertanya pada ayahnya saat dirasanya suasana semakin tak biasa.
"Emm dia Kimimaru, salah satu direktur perusahaan hebi. aku rasa kau masih mengingatnya saat ayah mengajakmu ke pesta Hebi Corp, dan mengenalkannya padamu beberapa hari yang lalu."
"Iya. Lalu?" Naruto menganggukkan kepalanya pelan.
"Dia ingin menikahimu." Kata Minato dengan nada suara yang terdengar miris. Naruto sendiri hanya melebarkan matanya, syok.
Pemuda itu beranjak dari duduk bersimpuhnya saat ini. Lalu menghampiri Naruto yang masih berdiri mematung disamping sofa ruang tamu.
"Maukah kau menikah denganku, tuan putri?" lamar Kimimaru sambil mencium punggung tangan Naruto gentle. Tersenyum charming pada Naruto.
Duak
"Keluar dari rumahku saat ini." teriak Kushina setelah menendang kimimaru dari rumahnya. Dia tak akan terima Naruto yang masih SMA saat ini dipersunting orang. Dia masih mau melihat Naruto tumbuh menjadi pria yang dapat dibanggakan, meskipun dengan wajah yang sangat cantik.
"Dan kau Minato tolak lamaran tak berguna dari pria-pria itu dengan tegas. Aku tak mau Naruto mendapat pasangan orang tua."
Kushina memarahi Minato yang tak bisa galak pada rekan-rekan kerjanya dan teman sekolah Naruto yang datang menemui Naruto dengan alsan yang mereka anggap konyol.
"Dan Naru ibu tak masalah jika kau menyimpang, tapi kau juga carilah cowok yang tidak memalukan." Omel Kushina beralih pada Naruto.
"Err, aku masih suka dengan Sakura jika ibu tak ingat." Sanggah Naruto tak terima pada tuduhan ngawur ibunya.
"Hah~ jika begini kau akan ibu pindahkan pada SMA Konoha." Gumam Kushina frustasi.
whut? Sekolah berasrama itu sungguh tak menyenangkan, apalagi khusus cowok. Dia tak akan pernah melihat cewek cantik kalau disana, dan ia akan terpisah pada kura-kura ninjanya. Pacar premannya akan semakin brutal kalau ia tinggal, meskipun sehari saja.
"Aku tidak mau." Tolak Naruto atas perkataan ibunya.
"Tak ada bantahan Naru." Sahut ibunya memandang Naruto galak.
.
Esok hari diruang kelas 2-3 SMA Suna, suasana kelas tetap berlangsung ricuh. Anak cewek yang memandang Naruto iri, anak cowok yang lirik-lirik Naruto tak jelas dan objek berambut kuning serta pink yang sedang mengobrol serius.
"Apakah akan pindah dari SMA ini Naru?" tanya Sakura memastikan.
"Iya." Jawab Naruto lesu.
"Lalu bagaimana dengan hubungan kita?" kata Sakura lirih. ia tak mau berpisah dengan Naruto, ia takut kalau Naruto mendapat penggantinya ditempat barunya. Mengingat wajah Naruto yang mengundang banyak mata cowok. Tak memiliki jaminan akan hubungan mereka akan bertahan lama, meskipun Naruto tidak memiliki ketertarikan pada bangsa sejenisnya.
Lebih tepatnya belum.
Levfus kit
Hari dimana Naruto pindah ke asrama SMA Konoha, ia diantar oleh Sakura dan kedua orang tuanya. Naruto masih ingat reaksi teman-teman sekelasnya saat ia pamit untuk pindah ke SMA Konoha. Betapa senangnya gadis-gadis disana serta kekecewaan yang sangat besar yang dirasakan oleh siswa sekelasnya. Ck ia baru sadar dengan nasibnya yang sangat buruk. Betapa banyaknya musuh (cewek) yang mengharapkan hilangnya dirinya dari hadapan mereka.
'Aku rasa mereka sangat senang dengan kepergianku." batin Naruto miris.
Sakura yang melihat Naruto melamun sepanjang perjalanan ke kamar asrama Naruto mengernyitkan alisnya heran. Pemuda itu terlihat sedih sekaligus miris disaat yang bersamaan tidak seperti tatapan biasanya. Bukankah ia harusnya senang dapat sekolah di SMA Konoha yang terkenal sekolah khusus cowok, jadi ia tak perlu merisaukan kesalahan gender lagi.
"Kau kenapa jeruk?" tanya Sakura tak dapat menahan rasa penasarannya.
"Hanya memikirkan teman-teman sekelas kita. Mereka pasti sangat senang dengan kepergianku" Jawab Naruto enteng.
Sakura hanya bergumam oh lalu menatap kedepan, melihat ayah dan ibu Naruto yang telah berhenti didepan kamar Naruto, menunggu mereka yang tengah berjalan berdua.
"Nah Naru, kami harus pergi sekarang." Kata Kushina tak melepas anaknya saat ini, memeluk tubuh putranya erat.
"Iya bu. Aku akan merindukanmu." Sahut Naruto sedih. Balas memeluk tubuh mungil Kushina yang hampir sama mungilnya dengannya.
"Ayah akan merindukamu." Sahut Minato sambil mengusap kepala Naruto sayang.
Hah~ Minato dan Kushina berat meninggalkan anak mereka satu-satunya, Naruto terlalu rentan jika ditinggalkan sendiri. Bagaimana jika anaknya akan dirape oleh bocah mesum disini, pikir Minato ngawur. Jika bisa ia lebih memilih agar Naruto home schooling saja daripada dilepas dialam liar seperti ini.
Dasar son-complex.
.
Hingga malam menjelang Naruto telah selesai merapikan baju-bajunya ke dalam lemari yang berada disamping ranjangnya. Ia sungguh bosan berada didalam kamar asramanya saat ini.
Biasanya kalau dirumah ia sudah berkutat dengan komputer dan bermain game online sampai ibunya datang dan mencabut daya listrik dengan kesal karena bermain sampai tengah malam.
Betapa senangnya jika di asrama ia boleh membawa komputer atau paling tidak psp miliknya dari rumah, tanpa game hidupnya sangat membosankan. Apalagi teman sekamarnya belum terlihat dari tadi. Bukankah kelas sudah selesai dari jam 3 sore tadi? Padahal sekarang sudah menunjukkan waktu tengah malam. Ck Naruto butuh teman saat ini.
Naruto melamun hingga ia tak sadar telah terlelap, tak tahan menahan kantuk yang menghampirinya. Hingga ia tak mendengar keributan diluar kamar asramanya.
" Menjauh dari kamarku dasar banci." Suara bariton terdengar dari luar kamar dengan nada yang dingin.
"Ayolah Sasuke, aku mencintaimu." Sahut suara cowok tapi terdengar centil dan agak melambai.
"Pergi." Balas suara bariton itu lagi risih.
"Tidak sampai kau mau menjadi kekasihku." Keukeuh suara cowok centil lagi menolak.
"mati saja kau." Suara bariton itu terdengar geram dengan perkataan cowok centil itu.
"Sasuke-kun, kenapa kau selalu menolakku?"
"hn."
Cklek
"Jadi ini alasanmu menolakku sasuke-kun?" bisik cowok centil itu merana, saat melihat sesosok manis Naruto yang tertidur diranjang sasuke saat ini. setelah sasuke membuka pintu kamar asramanya.
Sosok itu tidur dengan meringkukkan badannya kedinginan, terlihat getaran pada pundak mungilnya yang terbalut piyama berwarna baby blue. Terdengar erangan halus dari bibir cherry sosok bidadari itu, tak nyaman dengan suhu yang ada dikamar saat ini. ah
sasuke sendiri hanya memandang sosok cantik itu dengan mata berkedip tak percaya, bagaikan bidadari yang tengah terdampar dikamarnya saja.
Well, kalau begitu ia akan senang hati menyambut bidadarinya kalau hal itu benar terjadi. Daripada ia berpacaran dengan banci kaleng yang sedang memandang sosok yang ada dikamarnya tak terima. Ia bahkan rela meluruskan kembali orientasi seksnya jika sosok itu adalah wanita. Tapi seandainya sosok itu pria, maka ia akan langsung menerimanya dengan lapang dada.
"Bukankah sangat indah? Sai?" kata Sasuke meminta pendapat cowok centil tadi dengan suara baritonnya. Tanpa mengalihkan pendangannya dari sosok Naruto, terpesona. Hingga sosok itu mengerang pelan lalu membuka kelopak matanya perlahan, memandang pemuda bernama sasuke dan sai tadi.
"I-iya." Jawab sai lesu. Dia kalah telak dengan pilihan sasuke.
Sungguh ia ingin mewek saat itu juga, tak terima dengan nasib dari tuhan untuknya. Sosok itu tak dapat terkalahkan, terlalu menawan untuk dilawan.
"Uh~ selamat datang, maaf aku ketiduran." Lirih Naruto sambil mengumpulkan kesadarannya.
Sosok itu mengucek matanya yang masih terasa berat, tapi ia harus sopan pada teman sekamarnya. Uh~ pose Naruto saat ini sungguh menggemaskan bagi sasuke.
tbc
Jelekkah? Atau mengecewakan?
Yang pasti hanya satu kalimat yang akan kit katakan.
Mind to review minna-san.
