Summary : Bercerita tentang seorang Erza Scarlet, si maniak buku yang setiap hari menghabiskan waktunya dengan membaca. Suatu hari dia menemukan sebuah blogger dan tertarik dengan penulisnya, karena alamat rumah si penulis tertera di sana Erza pun memutuskan untuk pergi menemuinya, tetapi ternyata...
Fairy Tail bukan punya author, tetapi punya Hiro Mashima
Awal selalu dimulai dengan perkenalan. Semuanya namaku adalah Erza Scarlet, berumur enam belas tahun kelas sepuluh SMA, bersekolah di Fairy Tail Senior High School. Seorang maniak buku yang sangat suka membaca, bahkan, hampir tiga per empat dari isi kamarku adalah jajaran rak berisik macam-macam buku, mulai dari novel, anatologi cerpen, puisi, buku ilmu pengetahuan populer dan masih banyak lagi. Kalian menginginkan rekomendasi buku yang bagus? Aku selalu siap menolong kapan pun!
Selain itu juga, aku menerima usulan buku apapun selama itu menarik dan mudah dimengerti. Setiap hari pekerjaanku adalah berada di perpustakaan, ketika jam istirahat pertama, kedua, pulang sekolah, itu adalah tempat nongkrong favoritku sampai kapan pun. Jika tidak percaya, tanyakan saja pada penjaga perpustakaan di sekolah, dia pasti akan berkata "Erza memang selalu membaca buku di sini, padahal tempat ini paling terlupakan di sekolah" Kira-kira begitulah jawabannya.
Tentu saja, aku si kutu buku ini juga memiliki teman dan namanya adalah Neko-chan! Ah ya, sebenarnya dia itu kucing peliharaanku hehehe...tetapi tidak salah bukan menganggapnya sebagai sahabat dekat? Jika hal yang ingin kalian tanyakan adalah teman manusia, aku memilikinya, tetapi belum lama mengobrol...
Flashback...
"Maaf Erza-san, aku rasa kita tidak bisa berteman. Setiap hari kamu selalu membicarakan buku, buku dan buku, jujur saja aku merasa sangat bosan mendengarnya! Carilah orang lain yang mungkin bisa mengerti hobbymu itu, sampai jumpa"
"TIDAKKKK!"
End flashback...
Namanya sama sekali tidak penting, tetapi apa yang dia katakan jauh lebih penting, dan itu amat menusuk hatiku. Anak zaman sekarang sama sekali tidak mengerti keasikan dari membaca, lebih senang memainkan gadget, ataupun pergi nongkrong ke mall, dan dimataku sama sekali tidak bermanfaat! Bagaimana masa depan cerah akan menghampiri mereka, jika terus bersikap seperti anak kecil?! Meski sebenarnya manusia juga membutuhkan hiburan, namun remaja seumuranku melakukannya terlalu berlebihan.
Karena hobby yang amat mengasyikkan ini kacamataku bertambah tebal saja, tetap tidak perlu khawatir. Aku selalu menjaga jarak antara mata dengan buku, sekitar lima puluh centimeter, sehingga kerusakan yang ditanggung akan berkurang cukup banyak. Lebih baik kita sudahi dulu pembicaraan tentang buku, pasti kalian juga merasa bosan seperti mantan temanku itu.
Masa-masa di SMA yang baru saja aku mulai, sekitar dua minggu ini tidak membuahkan banyak hasil manis, aku masih saja makan di kantin sendirian, ketika berada di dalam kelas pun pekerjaanku hanyalah bermain handphone sambil membaca cerita buatan penulis blogger dan dia benar-benar hebat! Bisa dimasukkan sebagai penulis nomor dua favoritku, setelah Lucy Heartfilia, apalagi di sana tertera alamat rumah sang penulis, dan pada hari ini aku berencana untuk mengunjungi rumahnya.
Waktu berjalan sangat lambat ketika kamu seorang diri, merasa bosan aku ingin sekali pergi ke perpustakaan, meski akhirnya niat tersebut dibatalkan. Ketika melihat seorang lelaki berambut biru dengan tato di mata kirinya tengah diganggu, oleh beberapa anak nakal cukup menyita perhatianku untuk sesaat. Dia benar-benar berada dalam masalah saat harus menghadapi Natsu dan Gray, si duo berandal yang sangat menyeramkan dan lagi mereka benar-benar terlihat seperti preman.
"Hoi, apa maksudmu menumpahkan air putih ke baju seragamku, huh..?!" tanya Natsu setengah berteriak sambil menarik kerah baju anak lelaki itu, sedangkan dia sendiri malah memasang tampang mengejek dan lebih terkesan meremehkan
"Ekspresimu benar-benar membuatku kesal, jika kamu masih menyayangi nyawamu patuhilah perintah kami berdua!" ancamnya terlihat tidak main-main dan adegan tadi mengingatkanku pada novel buatan Lucy-sensei yang berjudul 'Nomor 666'
"Ah ya aku selalu menyayangi nyawaku seperti anak sendiri, ahahahaha..." dan lagi balasan yang diberikannya sama sekali tidak biasa, semakin membuat kedua anak berandal tersebut marah
"Jangan bercanda dan lagi itu sama sekali tidak lucu!"
"Siapa juga yang sedang melawak bapak Natsu Dragneel? Aku Jellal Fernandes hanya seorang murid biasa dan apa yang kukatakan tadi adalah benar"
"Terserah kamu saja! Sebagai balasannya bersihkan air yang membasahi seragamku!"
"Dengan menggunakan lap atau sapu tangan?" apanya yang sayang nyawa, dia terus mengejek Natsu sedari tadi tanpa rasa gentar sedikitpun
"Tentu saja menggunakan sapu tangan! Kalau bisa bersihkanlah dengan wajah jelekmu itu!"
"Hahahaha...tidak perlu sampai semarah itu pak, santai saja, santai"
Lelaki yang kini kuketahui bernama Jellal mengeluarkan sapu tangan dari kantung celananya, mengusap baju Natsu perlahan-lahan namun semakin lama semakin cepat, bahkan dia juga mengelap tangannya seakan sedang memberikan pelayanan khusus. Sambil memasang wajah masam Natsu menyingkirkan tangan Jellal dengan kasar, membuat siapa pun yang memandang ekspresinya itu, akan merasakan firasat buruk bahkan ketakutan setengah mati.
"Apa maksudmu mengelap tanganku seperti tadi sialan?!"
"Bukankah seharusnya kamu senang, karena aku telah memberikan pelayanan khusus?"
"Pelayanan khusus apanya, kamu membuat tanganku terasa panas tau!"
"Mungkin aku terlalu cepat saat melakukannya, ya, kamu hanya perlu memaafkanku dan menganggap hal tadi tidak pernah terjadi"
"Sudah cukup atas basa-basimu itu! Gray kita beri dia pelajaran sekarang!" ajak Natsu sambil memasang kuda-kuda, bersiap untuk menghajar Jellal sampai dia babak belur
5 menit kemudian...
"Wah, kalian berdua sangat menyeramkan, aku sampai ketakutan tadi" ucapnya santai melempar sapu tangan tersebut, melayang-layang di atas udara dan kemudian menutup wajah Natsu secara keseluruhan
"Di-dia seperti setan..." gumam Gray tengah mengatur nafasnya, merasa lelah karena terus bergerak sedari tadi
Dengan sangat cepat, Jellal dapat menghindari pukulan beruntun dari Natsu dan Gray, seakan dia sudah mengetahui kemana arah serangan akan dilayangkan, berapa timing yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Secara mendadak aku menepuk jidat sendiri, bagaimana bisa aku mengingatnya sekarang? Jellal juga tak kalah nakal dari mereka berdua, ketika jam pelajaran berlangsung dia malah enak-enakkan tidur meski sudah dihukum guru berulang kali. Nilai ulangan pun selalu mendapat nol begitu juga dengan remedial, bahkan dia jauh lebih buruk dari Natsu dan Gray.
Ding...dong...ding...dong...
Selanjutnya adalah pelajaran matematika, gumamku pelan sambil melihat jadwal pelajaran dan lagi, mengapa guru yang mengajar harus Laxus-sensei? Jujur saja, aku sendiri agak takut ketika disuruh maju ke depan lalu mengerjakan soal di papan tulis, meski sebenarnya beliau hanya memanggil murid yang sering mendapat nilai jelek dalam pelajaran matematika, jadi aku selamat. Usai ketua kelas memberi, salam sensei langsung menjelaskan bab baru yang akan dipelajari seminggu ke depan, bisa dibilang cukup terburu-buru, apalagi kami baru saja memulai semester satu sebagai murid kelas sepuluh.
PLUKK! PRAK!
Suara dari kapur yang terjatuh sukses membuatku kaget setengah mati, apalagi lemparan super dari Laxus-sensei sukses mengenai jidat Jellal hingga berwarna kemerahan, dia pun bangun sambil melihat sekeliling kelas dengan wajah polos dan hendak melanjutkan aktivitas tidur siangnya kembali, namun langsung dicegat oleh beliau dengan suara teriakannya yang menggelegar seperti petir.
"JELLAL FERNANDES, KERJAANMU ITU TIDUR TERUS. KAPAN KAMU AKAN SERIUS MENGIKUTI PELAJARAN?!" kali ini kamu tidak akan selamat, aku yakin akan hal itu
"Kalau sudah waktunya saya akan serius, jadi sensei tenang saja"
"Murid macam apa kamu ini?! Jika sampai nilai matematikamu nol di rapot maka jangan salahkan bapak"
"Tidak akan kok, justru saya senang karena sudah mendapatkan telur untuk direbus sebagai makan siang" balas Jellal terdengar seperti bercanda, padahal sekarang Laxus-sensei sedang dalam mode serius
"Kerjakan soal di depan dan jangan sampai salah!"
"Baik..."
Saat menuliskan jawaban di papan tulis, dia cukup cepat dan tidak sampai sepuluh menit soal tersebut sudah selesai dikerjakan, membuat Laxus-sensei bengong karena jawabannya benar. Padahal aku sendiri memerlukan waktu sekitar lima belas menit dan itu sudah yang paling cepat. Tanpa menunggu perintah lagi Jellal keluar dari kelas sekaligus berterima kasih!
"Tugas saya sudah selesai, dan lagi karena sudah bertindak seenak jidat, maka saya pantas mendapat hukuman keluar dari kelas. Arigato ne Laxus-sensei, hukuman darimu sangat menyenangkan!"
Sangat menyenangkan...sangat menyenangkan...sangat menyenangkan...(efek suara bergema)
Apa telingaku tidak salah dengar? Anak itu benar-benar terkena gangguan jiwa! Padahal rata-rata murid akan merasa sangat bersalah jika menerima hukuman dari guru mereka, mungkin dia itu spesial, ucapku dalam hati sambil tersenyum-senyum tidak jelas, bukan berarti aku menyukainya! Lagi pula anak malas seperti Jellal pasti tidak akan betah berteman dengan seorang kutu buku sepertiku.
Ding...dong...ding...dong...
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, sekarang adalah kesempatanku! Sambil berusaha untuk menyalip kerumunan murid yang ingin keluar kelas, aku semakin mempercepat langkah kaki menuju alamat yang tertera di atas kertas. Kira-kira dia memiliki ciri fisik seperti apa, ya? Tinggi berani dan tampan? Semoga saja wajah sang penulis tidak mengecewakan sama seperti karya-karyanya. Terdengar ketukan sebanyak tiga kali, tetapi pintu tak kunjung dibuka. Apa mungkin dia sedang pergi? Karena tidak dikunci jadi kuputuskan untuk masuk ke dalam.
Kenapa gelap sekali di sini? Rumahnya jauh berbeda dari bayanganku, kebetulan di dekat sana ada tangga, jadi aku memutuskan untuk naik ke atas dan ternyata, tak jauh dari tempatku berdiri terdapat sebuah ruangan yang menyala! Pasti dia berada di dalam dan sedang sibuk membuat postingan baru, ya ampun, aku jadi semakin penasaran untuk melihat wajahnya.
BRUKK!
Kesan baik yang ingin kutinggalkan kini berubah menjadi buruk, tanpa sengaja aku terpeleset kulit pisang dan badanku langsung menghantam pintu dengan keras, membuatnya terbuka secara paksa dan yang lebih kutakutkan adalah dia terlihat sangat kaget dengan kedatanganku yang bisa dibilang mendadak ini! Masih ada kesempatan, masih ada kesempatan! Aku bangkit berdiri dan sekarang menatap wajahnya, tetapi...
"Tu-tunggu, bukankah kau...Jellal?!"
"Hey apa maksudmu masuk ke dalam rumah orang tanpa izin?!" teriaknya yang sama sekali tidak kuiindahkan, dan lagi apa maksud Jellal hanya menggunakan celana boxer sambil membiarkan laptop menyala, jangan bilang...
"Dasar hentai! Pergi kau, pergi!"
"Terbalik tau, seharusnya aku yang berkata seperti itu!"
Dan jangan bilang, jika dia adalah si penulis blogger idolaku...penulis favorit nomor dua setelah Lucy Heartfilia!
Bersambung...
