Sinar matahari pagi meliputi seluruh dataran bumi.

Sinar itu hangat, nyaman, dan sehat. Itulah pemikiran dari berbagai orang. Kebanyakan orang akan memulai aktivitas mereka dengan bangun tidur, membersihkan diri, dan berangkat pergi ke sekolah atau bekerja.

Sinar itu menyinari hari dimana seorang pria tidur. Dia tertutupi oleh sebuah kain putih yang lembut. Perabotan yang berada disekitarnya termasuk klasifikasi benda mahal. Walaupun tampaknya seperti itu, berdasarkan jumlah dari barang-barang miliknya yang berada disitu membuktikan bahwa pria itu hanya akan berada disana untuk sementara waktu.

Pria itu sudah siap untuk sinar matahari itu. Selimut sutera yang ia gunakan sebagai perisai sedang melidungi tubuhnya. Logikanya itu walaupun meragukan tampaknya sedang berhasil. Semuanya tidak dapat gagal. Kecuali sesuatu yang tidak beruntung terjadi.

Jendela yang tertutup membuat udara dingin maupun hangat tidak bisa masuk maupun keluar. Tampaknya sebuah penjara. Tetapi penjara yang melupakan aspek terpenting. Aspek itu sepenting tembok kokoh yang melindungi sisi-sisinya.

Kordennya terbuka.

Sebuah kesalahan yang sederhana itu terbukti fatal. Karena setelah sinar matahari tersebut menyentuh kulit sang pria itu–

"...agh. Lima menit lagi."

–sebuah suara datang dari dalam selimut yang menutupi pria itu. Sebuah komplain tampak cocok untuk menjelaskan perkataan dari gundukan tersebut.

Tangannya keluar dari dalam selimut itu dan menyambar bantal putih, seputih awan transparan, tidak dapat dibantah lagi milik seorang pria. Tangan itu juga memiliki otot yang besar dan tampaknya cukup kuat untuk mengangkat barang-barang yang tidak bisa diangkat oleh manusia biasa.

Tetapi itu tidak menampilkan kenormalan. Kulit putih tersebut tampak seperti cahaya surga yang dikristalkan dan ototnya terasa abnormal. Bukan secara fisik tetapi secara auranya saja menjelaskan—orang ini bukan orang biasa.

Itu benar. Orang biasa apa yang tampak sedang menutupi kepalanya dengan bantal layaknya seorang anak.

Orang itu. Pria itu. Adalah aku.


Suara air mengalir memenuhi ruangan.

Bagaikan hujan yang tebal, air itu terdengar bergerak dengan deras. Tetapi berbeda dengan hujan secara umum, air itu hangat–mungkin saja lebih mirip dengan panas.

Air shower ini merelaksasi tubuhku. Panasnya membuat semua otot tegang mananpun menjadi lega.

Setelah sebentar lagi, airnya berhenti mengalir dan aku keluar dari shower tersebut dengan mengenakan handuk di pinggangku. Aku mendekati cermin yang berada di depanku dan melihat refleksi dari bayanganku.

Kulit putih seperti salju, mata biru cobalt, rambut panjang pirang keemasan, dan wajah yang tampan adalah hal yang kulihat pertama kali. Dan tidak akan berhenti kulihat sebelum aku mati.

Tubuh yang memiliki otot yang cukup besar, dan jumlah lemaknya yang sedikit menyimpulkan bahwa tubuh ini berumur di akhir 20 tahunan. Walaupun pada kenyataannya aku jauh lebih tua daripada itu.

Aku mengambil sebuah sisir dan mulai menata rambutku. Surai yang mencapai pundakku itu telah aku jaga selama yang kuingat. Aku menjaganya sebagai warisan dari keluargaku yang dibawah dan yang diatas.

Setelah selesai aku mengeringkan diri dan mulai berpakaian.

Aku memakai sebuah kaos putih, jeans berwarna hitam, dan jaket hitam yang memeluk figurku dengan baik dan sempurna.

Memutuskan aku sudah selesai aku mengambil kedua sepatuku dan mulai keluar dari kamarku. Setelah keluar aku meniju ke lift yang berada disampingku dan menekan tombol 'Lobby'.

Suara digital dari lift itu memasuki ruangan sempit tersebut. Tidak lama suara 'ding' terdengar dan liftnya berhenti. Aku keluar dan melihat tempat ini.

Sebuah ruangan yang besar dan agak luas memenuhi pandanganku. Orang-orang datang dan pergi. Kebanyakan ingin masuk kedalam kamar masing-masing, lainnya ingin pergi dan menjelajahi tempat ini, dan beberapa ingin keluar dari tempat ini.

Hotel "de Casa". Hotel bintang lima ini adalah hotal yang sedang kugunakan untuk menginap selama seminggu lebih. Hotel ini berada di Spanyol didekat ibukotanya, Madrid.

Aku mendekati meja resepsi dan memanggil salah satu anggotanya.

"Permisi."

Seorang gadis menjawab panggilanku.

"Si, apa yang saya bisa bantu, senõr?"

Aku menjawab pertanyaan gadis tersebut.

"Aku ingin Check Out pada pukul 15:00. Suruh seseorang untuk mengambil barang-barangku di kamar. Jangan khawatir mengenai barang apa yang perlu dia bawa. Semuanya sudah aku kemas dan aku label selotip merah."

Sang anggota staff itu mengetik perimintaanku selama aku berbicara. Setelah aku selesai dia menghadap kepadaku dengan senyumannya.

"Ada yang lain?'

"Tidak, terima kasih."

Sang gadis itu mengangguk dan melanjutkan tugasnya.

Baiklah, saat ini pukul 09:13. Apa yang harus kulakukan untuk menghabiskan waktu 'ya?

Aku menggali sakuku, dan menemukan buku kecil berwarna hitam. Buku itu memiliki judul 'Quest Log' di sampulnya. Aku membuka buk tersebut dan melihat berbagai kata-kata dalam bahasa Scandanavia kuno. Kata-kata itu bersi tentang jadwal, deskpripsi, dan garis merah yang menandakan bahwa mereka sudah selesai.

Buku ini merupakan buku memo untuk mengingatkanku atas penyelesaian tugas-tugasku yang pernah kulakukan di masa lalu.

Saat ini aku membuka halaman yang terakhir. Di halaman tersebut ada sebuah nota.


Misi: Cari dan bunuh Vampir yang berada di sekitar Madrid.

Nama target: Antonio Caldrez.

Deskripsi target: Antonio Caldrez adalah seorang magus datang dari keluarga Caldrez. Mereka adalah keluarga Magus yang memiliki kemampuan untuk memanipulasi tanah disekitarnya.

Origin: Tanah.

Element: Tanah & Konstruksi.

Tingkat kesulitan: Medium.


Hmm. Sepertinya aku telah menemukan sesuatu untuk membebaskanku dari kebosanan itu sendiri. Seorang Vampir huh? Dan sepertinya ini akan cukup menarik.

Aku sudah mengetahui posisinya. Pada jam ini dia pasti sedang mengurung dirinya didalam Workshop-nya utnuk berlidung dari sinar matahari.

Aku tersenyum. Makhluk hina itu tidak akan mengetahui bahwa aku akan datang.

Aku berjalan ke arah lift lagi. Kali ini lebih waspada terhadap sekelilingku. Aku memencet tombol di samping pintu elevator tersebut dan menunggu.

Setelah beberapa saat aku melihat pintu elevator terbuka dan beberapa orang keluar dari dalamnya. Sebuah keluarga sepertinya.

Aku memasuki pintu elevator tersebut dan melihat-lihat apakah ada orang. Setelah tidak ada aku tersenyum dan memencet tombol kamarku.

Dalam perjalanan tersebut aku menghitung waktu aku akan tiba di lantai tujuanku sambil menyiapkan sesuatu. Sesuatu yang membuat siapapun dari keluarga Magi terkejut. Sesuatu yang hanya para Magician saja miliki. Sesuatu yang bahkan membuat Ach-Magus kebingungan.

Setalah lift-nya tinggal 5 lantai lagi aku menutup mataku.

Persepsi waktuku menjadi lambat.

Ding.

Ruang dan waktu menjadi bergetar.

Ding.

Sebuah pasokan Prana dari dalam diriku terkumpul.

Ding.

Mataku berubah menjadi oranye.

Ding.

Dan...

Ding.

Setelah pintu dari elevator itu terbuka tidak ada buki bahwa ada seseorang disana. Bagaikan sulap orang yang seharusnya berdiri disana dengan tersenyum telah tidak dapat ditemukan oleh siapapun.

Mesin yang diam sejenak tersebut mulai menutupi pintunya dan mulai turun kearah dimana seseorang memerlukan bantuannya. Melanjutkan fungsi awalnya.

Tidak ada yang menyadari bahwa aku hampir seperti tampaknya menghilang dari udara kosong. Bahkan kamera pun tidak dapat mengakses rekaman tersebut.

Setelah melanggar hukum kenyataan dengan menggunakan Sihir Kedua, Kaleidoscope. Aku telah berpindah tempat di tempat yang lain.

Aku membuka mataku dan melihat ruangan gelap dan pengap yang tidak memperbolehkan oksigen masuk. Di dalam situ terdapat berbagai banyak kertas-kertas dan buku yang jelasnya tampak seperti hasil penelitian.

Didepanku terlihat targetku.

Dia sedang menggunakan jubah coklat tua dan berbagai aksesoris lainnya melengkapi tubuhnya. Tidak, mengatakan itu sebagai tubuh merupakan penghinaan.

Bagian atas torsonya itu cukup kerdil, tangannya kurus, dan kulitnya sepucat mayat. Semuanya tampak persis seperti seorang Dead Aposte. Tetapi itu bukan masalahnya. Bagian dimana pinggang, kaki, dan beberapa tempat di perutnya itu secara singkat, tidak ada.

Melainkan, sebuah debu-debu berwarna hitam bergerak kesana-sini bagaikan kaki untuk berjalan.

Hmm, dan itu juga memiliki kemampuan untuk terbang. Menarik.

Aku bergerak dengan berjalan, mengagetkan Magus tersebut dari penelitian apapun yang barusan dilakukannya.

"S-Siapa kau! Bagaimana kau bisa disini?"

Sebuah golem bangkit dari tanah dan dengan kecepatan bagaikan seorang atlet marathon bergerak kearahku.

Aku hanya tersenyum kembali dan menendang golem tersebut. Hasilnya sudah terlihat. Golem itu tidaklah retak, hancur berkeping-keping, maupun terdorong. Melainkan sebuah efek telah terjadi di tubuhnya.

Golem itu berubah menjadi pasir. Apakah akibatnya dari Magecraft yang kugunakan atau kekuatanku sendiri, Magus tersebut tidak tahu. Yang kutahu adalah aku berjalan kembali dan mencapai di depan Magus tersebut.

Setelah berada didepannya aku menjulurkan tanganku. Sebuah kata keluar dari bibirku sambil aku melihat ke arah Magus ini yang sedang terdiam.

Dia tidak terdiam akibat melihat aksiku yang menghancurkan Familiar-nya dengan mudah. Tidak, dia terdiam akibat melihat mataku.

Mata merah, semerah darah segar. Mata itu adalah sebuah ekspresi emosi dari apa yang dilakukan olehku sekarang. Itu bukanlah Mystic Eyes dalam bentuk manapun, tetapi reaksinya tampak seperti bagaikan aku memiliki Mystic Eyes of Enchantment bagaikan kaumnya.

Tanganku itu terdiam didepan mukanya. Aku mengatakan sebuah kata. Kata yang sederhana tetapi mengandung kekuatan yang luar biasa.

"Hancurlah."

Dan setelah itu, tubuh Magus tersebut jatuh dilantai tak bernyawa. Bukan berarti dia memiliki nyawa pada awalnya.

Setelah selesai, aku melihat tubuhnya.

Hmm, dia cukup tua. Dan itu sebelum dia menjadi Dead Apostle. Apakah dengan statsunya sebagai Incarnation dia menemukan sebuah mantra untuk mengikat eksistensinya dengan Gaia dan memperlama hidupnya 'ya?

Sudahlah, aku akan mengkhawatirkan itu nanti.

Aku melihat bahwa ada suatu pintu di kiriku yang mencapai area selanjutnya. Berdasarkan pengamatanku yang sudah kulakukan 2 minggu yang lalu, area dibelakang pintu itu adalah gudang penyimpanan penelitian Magus tersebut.

Aneh, Clock Tower tidak menginginkan catatan atau hasil penelitian Thaumaturgi manapun dari Magus ini didalam kontrak. Hmm, jadi aku dapat mengambil semua hasil penelitiannya semauku?

Hmm, umu umu. Apabila aku mengetahui isi dari penelitiannya maka aku bisa mennjualnya ke orang-orang yang kurasa akan tertarik dengan apa hasil yang dia lakukan.

Nah, sekarang setelah memutuskan apa yang akan kulakukan aku membuka pintu tersebut dan melihat isinya. Didalamnya ada tumpukan dengan tumpukan kertas dan barang-barang lainnya termasuk beberapa artefak memenuhi area di kanan dan kiri. Meninggalkan sebuah lorong yang tidak tertutupi oleh halangan apapun.

Aku berjalan menuju koridor yang disiapkan ini sambil menunggu perangkap yang akan teraktifkan.

Diluar dugaanku tidak ada perangkap atau semacamnya yang menungguku.

Sebaliknya diujung dari koridor ini adalah sebuah meja dengan sbeuah brankas yang menempel dan menjadi satu dengan dinding.

Aku mendekati brankas tersebut dan menaruh tanganku dipintunya. Dengan mudah aku membukanya. Sepertinya Antonio tidak menguncinya karena dia tidak memperikan bahwa ada seseorang yang akan menyerangnya di tengah sinar matahari.

Aku melihat isi brnkas itu untuk menemukan sebuah kristal berwarna putih yang nampaknya memproduksi cahayanya sendiri dan sebuah surat.

Aku mengambil surat tersebut dan membacanya.


Bagi Magus atau Magi yang telah membunuhku.

Halo, namaku adalah Antonio Caldrez.

Aku dulu lahir dengan nama Fredrick Caldrez. Saat itu aku masih berada di Ottoman untuk mengungsi dari pasukan Anti-Magi yang ditugaskan oleh Gereja Suci. Mereka menemukan ibuku dan kakakku. Kemudian mereka membunuhnya.

Walaupun itu aku tidak membenci mereka atau organsiasi mereka. Mereka hanya melakukan tugas mereka sebagai orang kristen dan aku melakukan tuugasku sebagai magus, yaitu: Mencapai Root.

Nah, saat itu tahun 1114. Aku sudah mencapai umur 25 tahun. Dan ayahku telah memutuskan habwa ini sudah waktunya untuk melepaskanku. Jadi aku mengambil kesempatan itu untuk pergi dan mencapai tujuanku pada saat itu.

Menjadi abadi.

Aku menggunakan beberapa teori Kabalah dan mencari para ahli herbalis dari Timur untuk memperlama umutku. Itu berhasil tetapi hanya demi dengan sementara.

Aku kemudian mencari para tetua di Yunani untuk menciptakan sebuah koneksi ke Gaia. Mereka setuju. Dan aku diberi mantra untuk menjadi satu dengan Gaia membuatku abadi.

Itu adalah tahun 1456. Banyak telah terjadi. Aku berteori bahwa jalan ke Root akan terjadi apabila aku menyaksikan kematian Gaia. Itu adalah salah satu teoriku. Tetapi aku sudah berguru ke berbagai tempat. Dan mereka memiliki pendapat yang berbeda dengan satu sama lain.

Jadi walaupun salah satu teoriku gagal aku masih mempunyai alternatif lainnya.

Guruku, Palimedes, selagi aku di Yunani memberiku nasehat.

"Manusia memiliki nafsu, keserakahan, dan keinginan. Ketika mereka terlalu terpaksa mencari keinginan tanpa mendapatkan solusi setelah mencari solusi tersebut mereka pasti akan menciptakannya. Itulah keajaiban manusia."

Aku pertama-tama ragu dan tidak memahami maksudnya bahkan setelah kematiannya.

Namun, pada tahun 1800 aku melihat sebuah keajaiban. Anggota dari keluarga Tohsaka, Makiri, dan Einzbern bersatu demi menciptakan jalan ke Root. Mereka membuat sebuah sistem. Sistem yang nantinya akan dinamakan sebagai Cawan Suci.

Pada awalnya sistem itu gagal. Membuat Zolgen Makiri membuat tambahan untuk mengendalikan sistem itu lebih baik. Setelah implementasi itu, keadaan telah menjadi kacau. Maka pertarungan untuk mendapatkan Cawan Suci mewajibkan supaya salah satu pihak, yaitu Gereja Suci, untuk mengawasi kejadian Perang Cawan Suci.

Tugas mereka supaya sistem itu tidak diperlihatkan kepada dunia luar.

Aku pernah bepartisipasi di Perang Cawan Suci yang pertama hingga yang ketiga.

Bagi para Magi pada abad ini Perang Cawan Suci telah tersebar luas. Mereka mengetahui bahwa itu adalah sebuah benda yang dapat mengabulkan permintaan penggunanya. Menurutku itu adalah sebuah sistem yang apabila digunakan dan bahkan dieksploitasi dapat mengabulkan setiap permintaan pengguna dengan jumlah yang tak terhingga.

Namun, waktuku sudah habis. Kepotensi dari mantra penyambung energi hidupku ke Gaia telah dipotong oleh Counter Force 100 tahun yang lalu. Aku tidak punya pilihan lain selain menjadi Dead Apostle untuk melanjutkan penelitianku.

Oleh karena itu, wahai orang yang telah memotong garis kehidupanku. Aku mempunyai keinginan terakhir. Keinginan setelah mati yang pertama yang diluar ekspektasi maupun rencanaku.

Aku ingin kau memasuki Perang Cawan Suci yang Keempat dan menjadi Master dari Servant-Servant yang akan memperebutkan Cawan Suci.

Caranya mudah. Aku menaruh beberapa catatan dan benda-benda yang akan menjelaskan niat dan struktur dari sistem Cawan Suci. Di sistem tersebut ada sebuah sub-sistem yang akan mengaktifkan sebuah fitur dari Cawan Suci.

Fitur itu digunakan sebagai cadangan dan hanya bisa digunakan apabila Garis Ley di sebuah daerah itu cukup kuat. Aku menyarankan Trifas, Romania sebagai contoh gambaran kasar daerah yang perlu kalian gunakan.

Perang Cawan Suci keempat akan aktif pada tahun 1994. Aku berharap kau bercepat.

Nah, salah satu aturan supaya masuk kedalam Perang Cawan Suci adalah memiliki 'Mantra Perintah'. Mereka adalah semacam tato berwarna merah yang berarti kau memiliki hak untuk memerintah Servant-mu.

Mantra Perintah ini akan muncul di tubuh para Master, biasanya d belakang telapak tangan. Setiap Mantra Perintah memiliki 3 Perintah dimana Master dapat memerintahkan Servant. Apabila seorang Master telah menggunakan ketiga Mantra Perintah maka kontrak mereka dengan Servant tersebut terpotong.

Alasan aku menuliskan Command Spell selain sistem dari Cawan Suci adalah aku telah mendapatkan cara untuk memodifikasi Mantra Perintah.

Aku mengambil dan menyimpan Mantra Perintah milik Master lainnya yang sudah mati dan milik diriku sendiri dan membuat 7 buah Mantra Perintah palsu. Bagikan Mantra Perintah ini ke kolega dan rekan-rekanmu untuk mendapatkan hak asli berpartisipasi apabila kau sudah mengaktifkan fitur dari Cawan Suci.

Apabila teori dan hipotesisku benar maka Mantra Perintah palsu itu seharusnya akan berubah menjadi Mantra Perintah asli yang membuatmu menjadi faksi baru atau secara kacau menyerang Servant lain tanpa kooperasi dari Master dan Servant lain.

Command Spell tersebut aku simpan didalam Kristal disamping surat ini.

Sekali lagi, aku ingin kau melakukan apa yang tidak bisa kulakukan di Perang Cawan Suci sebelumnya: Menanglah. Aku tidak tahu apa yang kau inginkan dengan Cawan Suci. Tetapi setidaknya gunakan keuntungan ini.

Terima Kasih, Fredrick Caldrez.

O

Betapa penuh perjuangan, orang ini. Aku mulai menyesal bahwa aku telah membunuhnya. Tetapi surat ini dengan jelas ditujukan kepada 'seseorang yang telah membunuhnya'. Dia tidak mengetahui bahwa apakah orang itu sendiri atau banyak. Tetapi dia betul bahwa orang yang membunuhnya adalah seorang magus.

Walaupun aku jauh melebihi magus dari abad ini, aku dapat diklasifkasikan sebagai magus.

Hmm, baiklah. Aku akan melakukannya dasar bocah. Bukan berarti aku memiliki jadwal penting manapun. Selain itu, proses melakukan ini tampaknya juga menarik.

Tetapi, diatas segalanya.

"Cawan Suci 'ya?"

Aku tahu. Aku tahu ritual apa itu. Itu adalah sebuah perang dimana 7 Magus memanggil Servant atau Familiar yang berasal dari Roh Pahlawan di Singgasana Pahlawan. Sebuah dimensi diamana seseorang diangkat menjadi Roh Pahlawan setelah melakukan berbagai kegiatan yang legendaris.

Sebuah senyuman terbentuk dibibirku. Akhirnya, sesuatu yang dapat membuat diriku mengeluarkan kekuatanku dengan penuh. Dan selain itu, apabila aku kalah dalam perang itu setidaknya aku mendapatkan pertarungan untuk melepaskan kebosanan yang kualami. Dan jika aku menang aku dapat mendapatkan alat untuk mengabulkan segala permintaanku 'huh?

Menarik. Ini semua sangatlah menarik.

Terutama aku tidak kehilangan apapun apabila memasuki ke permainan Death March ini.

"Baiklah, aku setuju."

Taganku kananku mengambang diatas kristal berduri tadi. Dan setelah itu–––dari tanganku sebuah sinar berwarna merah bersinar. Cahaya itu menutupi ruangan ini dengan sinar merah yang kuat yang menutupi tangan kananku.

Setelah sinar itu berhenti bersinar aku melihat apa yang terjadi ke anggota tubuhku–dan mataku terbuka lebar akibat apa yang terjadi.

Hilang. Pakaian yang menutupi lengan kananku menghilang tanpa jejak. Tanpa bakaran, tanpa potongan, dan tanpa perubahan sama sekali.

Kecuali satu fakta yang sangatlah penting.

Tato merah yang memiliki motif seperti sebuah bahasa dalam bentuk garis bergaris dan sebuah gambar dari yang dapat kupastikan sebagai kepala naga berada di telapak tanganku. Tetapi mereka terasa sangatlah lemah. Bukti bahwa fungsi mereka sebagai pengikat kontrak sedang tertidur.

Baiklah aku akan melihat surat ini untuk pesan rahasia. Kebanyakan Magi menaruh informasi terpenting mereka di tempat terakhir yang kau duga. Itulah pengalamanku pertamaku sebagai Freelancer.

O

P.S. Selama kau membaca dan mengaktifkan Mantra Perintah ini aku telah menghapuskan segala penelitianku. Seorang Magus hidup di kerahasiaan. Dengan nama lain, Yew gott trlled, LoL.

O

Aku melihat ke arah belakangku hanya untuk melihat semua keras-kertas, artifak, Mystic Code lainnya menjadi abu, melapuk, dan hilang begitu saja.

Aku tarik kembali ucapanku. Aku berharap oang ini tetap mati di alam kubur saja.

Kalau begitu...

"Ayo kita mulai."