"Hoaaaaammm..."
di sebuah padang rumput yang membentang luas, ada seorang pemuda yang sedang tiduran dengan tangan nya sebagai bantalan menguap malas.
POV
Hidup seperti ini... sangat membosankan, aku bisa melakukan segala hal yang ku mau seorang diri, kenapa? karena aku adalah seorang esper.
aku yakin hampir semua orang di dunia ini tau apa itu esper, kebanyakan orang pasti ingin jadi esper karena jika kau menjadi seorang eaper kau pasti akan menjadi sorotan dunia, sebabnya adalah karena esper itu merupakan manusia yang memiliki kemampuan di luar akal sehat dan juga keberadaan esper itu sangatlah langka.
mungkin ada beberapa contohnya aku, oh ya saat ini aku sedang ada di ehhmmm... entahlah aku juga tak tahu, aku tadi berteleport secara acak saat jam istirahat berbunyi, dan tentunya aku mencari tempat aman dulu saat berteleportasi.
aku sih berharap ada esper lain yang kekuatannya sebanding dengan ku untuk ku ajak bermain (bertarung) tapi sayangnya dari sekian banyak esper di dunia ini, semuanya lemah.
sebagian dari mereka mungkin memiliki kemampuan yang kuat dan luar biasa, tapi sayang Mereka tak bisa menggunakannya dengan benar, mereka tak bisa mencapai ke tingkat yang sama dengan ku.
yah... bukannya sombong, jujur saja dengan kekuatan ku ini, aku yakin bisa menguasai dunia atau menghancurkannya, tapi tentu saja tidak ku lakukan karena itu akan sangat merepotkan.
bicara soal kekuatan, aku bisa mengatakan kalau kekuatan ku itu sangatlah luar biasa, aku memilki lebih dari lima puluh kekuatan kinesis.
tentu saja aku tak menggunakan semuanya, hanya beberapa saja yang aku gunakan untuk memudahkan kehidupan ku.
contohnya seperti telekinesis, aku menggunakannya saat sedang malas bergerak atau saat ingin mengambil sesuatu yang ada di luar jangkauan tangan ku(aku menggunakannya saat di rumah atau tempat sepi dimana tak akan ada orang yang melihat), aku juga sering menggunakan teleport untuk pergi ke berbagai tempat(sama).
haaaahhh...
semakin memikirkannya membuat ku semakin bosan, tak ada hal yang menantang di dunia ini, jika saja keberadaan yang di sebut 'Dewa' itu bisa ku temukan, aku pasti akan mendatanginya dan mengacungkan jari tengah ku.
untuk mengisi kebosanan ku, kadang aku iseng berlagak seperti pahlawan dengan menangkap para penjahat yang meresahkan masyarakat, dan tentunya aku mengenakan penyamaran.
dalam penyamaran ku, aku mengenakan pakaian Butler dan topeng guy Fawkes untuk menutupi wajah ku, dan aku juga menyisir rapi rambut ku kebelakang.
mungkin agak terlambat untuk mengatakannya, tapi biar ku perkenalkan diri ku.
perkenalakan, namaku : Uzumaki Naruto, umur : 16 tahun, ciri-ciri : rambut pirang acak, mata biru cerah, kulit putih dan aku ini sangat tampan, cita-cita : tidak pernah ku pikirkan karena aku bisa menjadi apapun yang ku mau, yang ku suka : Ramen, yang tak ku suka : banyak dan tidak pasti karena terkadang ketidaksukaan ku berubah-ubah.
saat ini aku masih seorang murid kelas dua yang bertempat di Kyoto, aku tinggal seorang diri karena Orang tua ku sudah meninggal sebelum aku bisa mengenal mereka.
terdengar menyedihkan memang, tapi... aku ini orang yang kuat kok, aku tak pernah mengeluh ataupun menyerah pada diriku sampai menjadikan ku yang sekarang ini.
untuk pertemanan, aku punya beberapa teman yang bisa aku percaya, tapi aku masih tetap menyembunyikan kebenaran tentang diriku yang seorang esper, mereka akan heboh dan menyuruh ku untuk melakukan hal-hal konyol pastinya.
aku terkadang juga usil sih, mgengerjai mereka dan kadang melakukan hal konyol, aku sendiri juga heran kenapa bisa sampai terbawa suasana.
oke sudah cukup untuk perkenalannya, aku harus segera kembali ke sekolah supaya tak terkena hukuman pak Ibiki, guru killer di sekolah ku.
POV End
Sring
muncul kilatan kuning di atap bangunan sekolah, Naruto celingak-celinguk mengawasi keadaan sekitar.
"Fyuuhh... untung saja tak ada orang"
Naruto pun langsung pergi menuju kelasnya dengan santai dan bersenandung ria.
Srek Stab
Naruto membuka(menggeser) pintu kelasnya dengan wajah datar.
seluruh kelas pun memandanginya, wajah Naruto menjadi pucat dengan keringat sebiji jagung di pelipisnya.
alasannya? hahaha, itu karena si guru killer Ibiki sudah berdiri di depan kelas sambil memegang buku dan melotot kepadanya dengan tampang yang horor.
"jadi apa alasan mu kali ini, shounen?"tanya Ibiki dengan suara yang berat dan menggetarkan.
"a-anu... itu tadi... sa-saat aku sedang keliling sekolah, aku melihat seorang nenek yang kesulitan untuk menyebrangi jalan, ja-jadi aku membantunya" jawab Naruto dengan senyum yang di paksakan untuk mencairkan suasana meskipun tak ada efeknya.
"hooo... baik sekali, lalu... kenapa kau tidak langsung kembali ke kelas?"Ibiki bertanya lagi dengan atmosfer yang lebih berat.
"ugh! saat aku ingin kembali... a-ada kucing hitam y-yang menghalangi jalan ku, jadi... untuk menghindari sial, aku mengambil jalan memutar"Naruto masih memasang senyumnya.
"pfftt"
Naruto melirikan matanya ketika mendengar suara tawa yang tertahan, ia mendapati best friend nya, Kiba tengah menahan tawa setengah hidup.
'Kono... Inu-Yaro...!1!1!1'Naruto membatin kesal kepada kiba.
"hehe... lalu setelah itu?"Ibiki bertanya lagi masih dengan atmosfer Yang sama, kali ini sambil mengelus janggutnya yang tak kunjung tumbuh rambut.
(Ibiki:brisik kau thor, mangnya knapa kalo gak tumbuh rambut T_T
Author:yee... malah ngegad :v)
Naruto berkeringat memikirkan alasan yang logis untuk di berikan ke guru killer nya ini, Ting! Naruto pun mendapat pencerahan.
"aku... te-terseat ke dunia lain?"Naruto menyatakan alasannya dengan nada bertanya.
swuuuusshhhhh~~~~~
Hening...
seluruh kelas terdiam termasuk Ibiki, guru killer itu ekspresinya kini menjadi sangat datar dengan bayangan yang menutupi daerah mata.
Naruto juga ikut-ikutan memasang ekspresi yang datar, ia sudah tahu akhirnya akan jadi seperti apa.
"Heh!"Sasuke... yang tengah duduk di pojokan mendengus remeh kepada Naruto dengan senyum miring, dan di balas dengan tatapan tajam Naruto meski tak ada gunanya sama sekali.
"bbrrfffttt"
Kiba... kapalanya terbenam pada lipatan tangan yang ia taruh di atas meja, bahunya bergetar hebat, dan itu membuat pelipis Naruto mencetak perempatan merah, ia sungguh kesal.
dan kelas pun dilanjutkan tanpa Naruto karena ia harus mengelilingi sekolah lima kali menggunakan tangan.
"Bwahahahahaha..."Kiba tertawa ngakak setelah keluar kelas karena pelajaran telah usai.
"Urusai"ucap Naruto datar.
"kan sudah ku bilang, tidur saja di kelas- Hoaaammm..."ucap Shikamaru sambil menguap malas.
Naruto tiba-tiba menghentikan langkahnya, dan itu membuat teman-teman seperjalanan pulang nya ikut berhenti melangkah.
"ada apa Naruto-kun?"tanya Sai.
"ah! iya, kalian duluan saja, sepertinya aku melupakan sesuatu"ucap Naruto kemudian berbalik dan berlari ke arah yang berlawanan dengan teman-temannya.
"dia kenapa"
"entah, mungkin dia mau bundir"
"woy, jangan bercanda"
"hoaammmm... tadi dia bilang melupakan sesuatu, mungkin ada yang ketinggalan"
jujur saja, akhir-akhir ini Shikamaru penasaran pada Naruto, contohnya seperti tadi, saat jam istirahat berlangsung ia iseng keluar kelas karena kelasnya terlalu ribut, saat sedang berjalan santai ia melihat Naruto berada di atap bangunan sekolah, jaraknya tak terlalu jauh dan Naruto tak melakukan pergerakan, ia pun menghampirinya, dan saat sampai Naruto sudah tak ada di tempat.
Shikamaru yakin tak berhalusinasi, ia yakin kalau yang waktu itu Naruto tapi... ah sudahlah, mungkin akan ia tanyakan lain kali.
sebenarnya walau pun raut wajahnya terlihat datar, Sasuke juga penasaran.
malam hari
Naruto masih berjalan tak tentu arah, kemudian melihat sebuah lapangan dan menghampirinya lalu berdiri di tengah-tengah lapangan.
"haaaahhh... kau tidak lelah mengikuti ku terus?"ucap Naruto entah pada siapa.
kemudian tiba-tiba muncul seseorang didepannya, menggunakan setelan jas hitam, mata yang menyipit dan tersenyum, rambut hitam, yah lumayan ngganteng.
"yah... aku tidak terkejut kalau bisa merasakan hawa keberadaan ku"
"siapa kau?"
"ah! maaf tidak sopan, perkenalkan namaku Shimazaki, aku seorang esper sama seperti mu"
"namaku Uzumaki Naruto, seorang siswa SMA kelas dua, dan... yah aku seorang esper, aku tak akan menutupinya kalau kau memang sudah tau"
"baguslah kalau begitu"
"jadi... apa maumu Shimazaki-san?"
swuussshh~
Shimazaki pun ter senyum tipis, kemudian...
Bersambung~ :v
