Jar of Hearts


disclaimer:

Sherlock Holmes is original work of Sir Arthur Conan Doyle, any additional characters are based on Sherlock BBC

note:

#Octoberabble [Day 3 – Collect]

.

.

.

.

.

Ada masanya dimana John Watson pikir ia telah membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dan semua itu dimulai sejak ia berpapasan dengan Mike Stamford. Andaikan ia tak bertemu rekan lamanya itu, akankah semuanya berbeda? John tidak tahu. Cara kerja takdir tak pernah bisa ditebak.

Hanya satu yang pasti. Jika telah ditakdirkan, maka sekeras apapun usahamu menghindarinya, kau akan kembali pada lingkaran yang telah ditentukan. Seperti itu mungkin. John bisa saja memilih pulang ke rumah Harriet dan menetap di sana; meski kakaknya itu tak pernah ramah pada dirinya. John bisa saja memilih tak melewati taman dekat Rumah Sakit St. Bart. Bahkan bisa jadi, John tak ditugaskan di Afghanistan.

Dan akankah semuanya berubah?

Tidak, jika bertemu Sherlock Holmes telah menjadi takdirnya. Tidak, jika kemanapun ia melangkah, tindakan apapun yang ia lakukan, akan tetap menggiringnya pada sang detektif konsultan.

John bisa saja memecah kerangka takdir; memutus benang penghubung. Tapi, ia bukanlah siapa-siapa. Ia tak akan kuasa.

"Kau mengerutkan kening." Sebuah suara menelusup lembut. Sepasang mata dengan manik yang berubah-ubah antara hijau dan biru menatapnya. Seulas senyum tersungging. "Apa yang kau pikirkan?"

John berusaha menarik sudut bibirnya. "Tidak ada."

Tidak ada. Karena saat John melihat pada sosok di depannya lagi, orang itu telah menghilang. Senyum itu tak lagi kelihatan. Mata tadi menatapnya kini tak ada. John menarik napas, panjang. Sangat panjang. Andaikan ia tak bertemu Sherlock Holmes, akankah ia memeluk diri sendirinya, mencoba mengumpulkan kepingan-kepingan hatinya yang hancur?

.

.

.

.

fin


a/n:

Bukan kenapa2 kok ini langsung lompat ke day #3 :'')

Saya posting yang lebih lengkap di AO3 karena masalah guidelines yang bentrok /w\