Disclaimer: I didn't own DanganRonpat/ Genre:Hurt&Angst/ Rate:R/ No flame/ No bash/ R&R pls!/ Chihiro's PoV/ Multichapter: 2

Ima Koso, Ima Dakara Koso; Tsuyoku ni Kawarerun da!~First Chapter

"Ahahaha, dasar lemah! Laki-laki macam apa kamu?!"

"Kau terlalu lemah untuk jadi cowok! Pakai rok saja sana!"

Mereka berteriak dan menunjuk kearahku dengan tawa mereka yang memuakkan.

Hari ini aku ditindas seperti biasa. Jika ada temanmu jatuh dari tangga karena sengaja disenggol oleh seorang murid, apa yang akan kamu lakukan? Kalau mereka, yang mereka lakukan setelah membuatku terjatuh adalah; menertawakanku, mengejekku, dan terus menjatuhkanku setiap kali aku mencoba untuk berdiri.

Entah kenapa, mereka begitu membenciku. Meskipun ayahku seorang system engineer di perusahaan besar The Togami Conglomerate dan nilai-nilaiku sempurna di semua pelajaran, aku tak pernah menyombongkan diri pada mereka semua. Seandainya aku diperlakukan dengan baik, aku pasti mau dengan senang hati berbagi ilmu. Meskipun begitu, mereka cukup sering merampas bukuku dan menyalin semua jawaban dengan ancaman "kuhajar kau" jika aku mulai berontak.

"Chihiro?! Kenapa bisa babak belur begini?" Seru ibu ketika aku baru saja memijakkan kaki di dalam rumah. Aku diam saja. Ibu menghela nafas. "Kau adalah laki-laki, Chihiro. Kau tahu itu. Sebentar lagi akan lulus dan masuk SMA, apakah kamu akan tetap begini?" katanya.

"Entahlah, ibu. Aku terlalu lemah untuk jadi lelaki." Aku menunduk dan berlalu dari situ, berjalan lemas menuju kamarku.

Jika melihat kamarku, ini sama sekali bukan kamar anak laki-laki. Kamar lelaki tak punya cermin besar, meja rias, dan cat tembok berwarna lembut. Tapi, sungguh, aku menikmati semua ini. Kamarku adalah satu-satunya tempat yang nyaman dan membuatku tenang. Disinilah semua rahasiaku berada.

Kubuka lemari pakaianku yang besar itu. Aku mulai memilah-milah baju dan menarik sebuah terusan berwarna putih. Ini terusan favoritku, bahannya lembut dan sejuk jika dipakai saat musim panas. Aku memasukkan terusan itu kedalam ranselku yang berwarna cokelat. Setelah itu, aku keluar dan mengobati luka-lukaku, lalu kembali ke kamar untuk mengambil ransel.

"Oh, Chihiro. Mau kemana? Kenapa belum ganti baju?" tanya ibu saat melihatku hendak keluar dengan masih menggunakan seragam sekolah.

"Aku... Ada janji untuk mengajari temanku algoritma. Jamnya sudah mepet, tidak sempat ganti baju. " Aku berbohong dan memasang senyum palsu. Seragam sekolah ini adalah satu-satunya baju cowok yang kumiliki.

"Aku tidak tahu kamu punya teman. Baiklah kalau begitu, pulanglah sebelum makan malam." Pesan ibu sebelum aku berangkat. Aku mengangguk dan pamit pergi.

Aku sebenarnya hendak pergi ke mall. Ada pameran komputer disana. Aku mengganti bajuku didalam kamar mandi. Fisikku yang seperti anak perempuan bisa mengelabui, sehingga masuk ke dalam kamar mandi wanita pun tak akan ketahuan.

Ya, aku suka sekali memakai baju terusan ketika berada diluar jangkauan orang-orang yang kukenal. Hanya aku dan Tuhan yang tahu aib ini. Aku.. memutuskan untuk menjadi perempuan untuk melarikan diri dari kenyataan bahwa aku adalah laki-laki. Laki-laki yang terlalu lemah untuk disebut laki-laki.

Satu hal lagi yang sangat kusukai; komputer. Aku mengenal komputer seperti aku tahu caranya berjalan setiap hari. Aku menikmati komputer begitu ringannya seperti membalikkan telapak tanganku sendiri. Komputer adalah diriku. Komputer adalah hidupku. Semua berawal sejak aku masih kecil. Aku terlalu lemah untuk bermain di luar. Jadi aku sering menghabiskan waktuku dengan komputer di ruang kerja ayah. Ada satu program yang belum selesai. Itu adalah program semacam question-answering program. Aku mulai 'bermain-main' dengan program ayah dan menambahkan fitur ini-itu. Program itu berubah menjadi weak AI dan itu adalah software pertama yang pernah kubuat. Program itu adalah satu-satunya teman yang kupunya. Sejak saat itu, kecintaanku pada dunia komputer dan programming tidak bisa diukur dengan apapun.

Pameran komputer hari ini sangat menyenangkan. Banyak gadget baru dan ada lomba robotik juga. Aku tak dapat menahan diri untuk membeli hard disk 2 terra byte dan sebuah ponsel setara iPhone 5. Ya, aku tidak memiliki ponsel selama ini. Tapi akhir-akhir ini aku menyadari bahwa aku memerlukan ponsel.

"T-Togami-kun..!" Seruku dalam hati seketika saat melihat sesosok yang kukenal berada tak jauh dariku. Ia adalah Togami Byakuya, anak satu-satunya dari bos besar The Togami Conglomerate, sang pewaris. Gawat, kalau dia menemukanku, tamatlah riwayatku. Tapi, terlambat, ia menangkap keberadaanku.

"Fujisaki..?" gumamnya ketika sudah berada tepat didepanku.

"A-ah..! Anda.. Anda... Se-Sepertinya anda salah orang." Aku buru-buru pergi dari situ, sebelum jati diriku terungkap.

Setelah insiden yang cukup membuat dag dig dug itu, diriku berjalan keliling mall untuk mencari restoran. Restoran yang menyediakan kue-kue kecil atau makanan ringan yang manis-manis. Aku suka makanan manis.

Ada satu maid café langgananku. Aku akan mampir untuk membeli parfait dan cheese cake sambil mengutak-atik ponsel baru. Disana ada wi-fi juga.

"Selamat datang, oneechan~" sambut seorang maid disana. Aku hanya tersenyum, duduk, dan menyebutkan pesananku. Berry parfait dan ice cream waffle. Cheese cake sedang kosong.

"Ah, oneechan, itu ponsel model paling baru, itu 'kan?" Seru maid tadi. "Togami", lanjutnya. Memang, The Togami Conglomerate punya segalanya. Perusahaan alat-alat elektronik, perusahaan tekstil, perusahaan bahan-bahan bangunan, perusahaan makanan olahan, perusahaan kendaraan dan angkutan, dan lain sebagainya. Semua berlabel "Togami", dengan slogannya "We Work, We Gain, We Rule". Dan semua produk perusahaan itu adalah yang paling sukses nomor 1 di dunia. Togami is a family that rules the world, begitu kata Togami Byakuya-kun.

"Iya, aku baru saja membelinya di pameran hari ini." Jawabku sambil tersenyum. Maid tadi tampak sangat antusias dan bersemangat. Bahkan ia begitu berterima kasih setelah kuizinkan memakainya untuk beberapa menit. Gadis yang manis. Untung saja chief maidnya tidak melihat.

Setelah jam digital di ponsel menunjukkan pukul 06.15 PM, aku memutuskan untuk segera pulang. Sebelum itu, aku kembali mengganti bajuku.

"Kamu datang terlambat, Chihiro." Omel ibu.

"Ma-Maaf, bu, tadi aku ikut temanku ke pameran. Sekalian beli ponsel." Ujarku, yang kemudian langsung berlari kecil ke kamar. Kukeluarkan terusan yang tadi kukenakan untuk dibawa ke laundry besok. Kuganti bajuku dengan kaos hijau kebesaran (punya ayah) dan celana hitam pendek. Segera aku turun ke bawah, ke ruang makan, lalu bergabung untuk makan malam. Ayah ada didepanku, baru pulang kerja.

Hari ini adalah hari terburuk dalam hidupku. Penindasan paling keterlaluan dari segala penindasan yang pernah kuterima di sekolah. Seseorang menguntitku ketika aku di mall kemarin. Memotretku ketika aku membeli hard disk 2 terrabyte, memotretku ketika aku membeli ponsel terbaru setara iPhone 5 berlabel Togami, memotretku ketika aku berhadapan dengan Togami Byakuya-kun, memotretku ketika aku berada di dalam maid cafe... Memotretku ketika aku sedang mengenakan terusan.

Foto-foto itu dicetak dan ditempel di papan tulis. Papan diitulisi dengan kapur berwarna, "Anak si buruh perusahaan Togami membeli produk mahal dari perusahaan Togami", "2 terrabyte= 2000 gigabyte; apakah dia akan menyimpan seekor gajah di dalam situ?!", "SCANDAL: Fujisaki-san dan Togami-sama; tidakkah Togami-sama sadar ia sedang mengencani BANCI?", dan kata-kata mengejek lainnya seperti "trap", "banci", "crossdesser", dan lain sebagainya.

Aku tak pernah merasa sekesal ini. Aku sangat panas sampai-sampai terasa akan meledak. Tangisku pecah, tangis yang histeris.

"Apa salahku?! Apa yang pernah kulakukan pada kalian?! Kenapa kalian melakukan ini?! Kenapa? Kenapa? Kenapa?!" Aku menjerit-jerit sambil menyobek foto-foto yang ditempel di papan itu. Semua yang menyaksikanku diam dan kaget. "Apa kalian akan menyebarkannya –bahwa aku crossdressing?! Menghinaku dan menginjakku seakan-akan aku ini rendahan!" Kusobek jadi serpihan semua bukti pahit itu. Aku sangat marah. Terlalu marah dan panas, hingga akhirnya aku mencapai klimaks dan kemudian hilang kesadaran.

Keesokan harinya, orang tuaku dipanggil ke sekolah. Guru tak satupun tahu soal rahasiaku –bahwa aku ini crossdresser. Itu membuktikan bahwa mereka tutup mulut soal masalah ini. Namun semua guru tahu bahwa aku ditindas selama ini.

Sejak hari itu, aku home schooling. Ayah dan ibu kecewa pada sifat lemahku. Aku tak bisa menanggung pengharapan ayah dan ibu yang sangat tinggi. Semua ini beban. Beban yang aku tak kuat untuk mengatasinya. Beban yang menimbunku dan menindihku hingga aku sulit untuk bangun. Realita menindasku terlalu keras.

Setahun setelahnya, aku lulus dari sekolah menengah. Kibougamine Gakuen mengirimiku sebuah undangan. Aku mendapat titel Super High-School Level Programmer dan menjadi murid yang terpilih untuk menimba ilmu di sekolah asrama super elit tersebut. Kabarnya Togami Byakuya-kun juga akan bersekolah di situ.

Beberapa bulan sebelum kelulusanku, ayah menangkap basah diriku sedang mengutak-atik programnya. Kukira ia akan memarahiku, tapi ayah justru memuji pekerjaanku. Aku langsung membuat kontrak dengan The Togami Conglomerate dan akan menggantikan ayah setelah lulus. Togami Byakuya-kun juga akan mengambil alih perusahaan nomor satu di dunia tersebut setelah lulus bersamaku.

Di hari keberangkatanku, aku menerima puluhan pesan di ponselku. Semuanya mengucapkan "Selamat, Fujisaki-san!" "Berjuanglah!" "Jadilah kuat!" "..Kami ingin bertemu denganmu. Sering-seringlah pulang, ya...". Semuanya.. Adalah teman-teman di sekolah menengah. Hari ini, aku memijakkan kaki penuh yakin dan bersumpah pada diriku sendiri: sekarang, sekarang juga, aku harus jadi lebih kuat!

Kibougamine Gakuen: Kibou no Gakuen, tunggulah aku!

To be continued . . .