Disclaimer: #insert standard disclaimer here
Warning: ini fic sesuai dengan gaya bicaraku yang amburadul kayak anak sd, bear with me, ini fic mengandung ke-GAJE-an, ke-Abal-an, ke- Aneh-an de'esbe. Don't like don't read. Oh, ini juga; OOC.
A/N: `…` = roh berbicara (bisa Kiriya atau Len)
"…" = bicara biasa
'…' = didalam batin/pikiran
An Unlucky Girl
and
a Man Who Has a Soul Keeper
Ch 1
Normal PoV
Dipagi yang indah dan cerah ini ternodai oleh bisikan-bisikan yang tidak mengenakkan telinga. Apalagi untuk gadis berambut merah ini. Ya, itu karena dialah bahan bisikan dari orang-orang yang ia lewati.
Sebelum berangkat sekolah, gadis ini berharap hari akan tentram seperti pagi yang sejuk ini, tetapi harapannya lagi-lagi tidak terkabul lantaran saat ia pergi kesekolah dan hendak menuju kelasnya, ia diberi tatapan tajam sekaligus jijik dan bisikan-bisikan yang seolah-olah berkata jangan-dekati-gadis-sial-itu dari murid-murid SMA Seisou.
Betapa tak nyamannya bagi gadis yang diketahui bernama Kahoko Hino ini, karena setiap hari, bayangkan, SETIAP hari ia diperlakukan seperti itu. Bahkan tak jarang teman—ah, hapus itu—murid satu kelasnya mengerjainya habis-habisan. Dan dia telah menjadi langganan tetap pasien di UKS.
Memangnya ada apa sehingga ia diperlakukan seperti itu dikelas, bahkan disekolahnya? Murid se-kelas, semua kelas bahkan, membenci dirinya, selalu memakinya, megerjainya, tidak menghiraukannya seperti ia tidak pernah ada didunia ini dan diperlakukan kejam yang kebanyakan dilakukan oleh kaum Hawa.
Dicemoh, difitnah, dikatai kata-kata kotor/kasar, itu makanan sehari-hari Kahoko. Dikerjai, didorong dengan sengaja, ditampar sengaja atau tidak sengaja (kata mereka, ga sengaja nampar? bullshit) itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Tapi, kenapa mereka melakukannya pada gadis malang itu? Yah, karena nama lainnya Kahoko; 'Gadis Pembawa Sial'.
Begitulah mereka memanggil Kahoko
5-bulan lalu, gadis yang masih kelas 2 SMA ini pindah sekolah dari SMA Corda ke SMA Seisou. Dihari pertama ia masuk sudah bikin kekacauan. Dan(katanya)bila berdekatan dengan Kahoko maka orang itu akan ketiban sial. Contohnya saja ada seorang murid sekelasnya yang ingin menyapa Kahoko dijalan, tiba-tiba saja ia terjatuh tanpa sebab. Contoh lainnya, siswa yang satu kelompok dengan Kahoko di lab kimia, saat mencampurkan bahan-bahan kimia tiba-tiba saja meledak padahal siswa tersebut sudah yakin bahwa percobaanya itu akan berhasil dan akibatnya ia terkena luka bakar dan terpaksa dirawat dirumah sakit berminggu-minggu. Dan sialnya setiap murid yang berpasangan dengan Kahoko mengalami musibah bahkan dipelajaran yang lainnya juga seperti itu. Jadinya, ia tak pernah dipasangkan oleh siapapun. Sejak itu lah Kahoko dicap sebagai 'pembawa sial'.
Dihari ini juga ia tahu apa yang akan terjadi saat ia memasuki kelas, bukannya dia peramal atau orang pintar, tapi itu lah yang dilakukan oleh murid sekelasnya hampir setiap hari.
Tepat didepan pintu 2-1, Kahoko segera menghela napas panjang-panjang. Oke, apapun yang terjadi, Kahoko harus tetaplah kuat, dia sudah menjalani hidup seperti ini selama ia dilahirkan dimuka bumi. Sebab, sudah terbisa karena bukan hanya disekolah, dilingkungan tempat tinggal bahkan dikeluarganya pun ia diperlakukan sebagai 'gadis pembawa sial', tapi untunglah kedua orang tua Kahoko dan kedua kakaknya masih menyayanginya meskipun dia adalah 'pembawa sial'. Namun, ibu Kahoko yakin Kahoko bukanlah 'pembawa sial' dan keyakinan dari ibunya itu lah yang membuat Kahoko sampai saat ini berusaha agar tetap tegar.
Suatu hari nanti, pasti, ia akan menemukan orang yang tidak akan menganggapnya 'Gadis Pembawa Sial'. Dia bahkan bermimpi akan ada 'Pangeran Tampan' yang akan menolongnya dan tidak menganggapnya si 'pembawa sial'. Heh, impian masa kecil memang menggelikan, 'Pangeran'? tidak ada orang seperi itu didunia ini. Sejak dikhianati untuk dimaanfaatkan oleh seorang pria yang ngaku-ngaku 'Aku cinta kamu', Kahoko tidak percaya lagi dengan 'cinta'. Mustahil ada orang baik didunia ini selain keluarganya, bahkan guru-guru ada juga yang menganggap Kahoko seperti itu.
Selangkah saja ia melangkahkan kakinya kedalam kelas, air sudah jatuh dengan tidak indahnya dari atas kepala Kahoko dan membasahi bajunya. Untunglah hanya baju, bisanya sih sampai ke rok dan tembus kecelana dalam. Ouch!
Belum puas hanya membasahi Kahoko, merekapun dengan SENGAJA mendorongnya sampai terjatuh dan secara SENGAJA menendang tas Kahoko dan tidak lupa menendang Kahoko juga, oh dua lagi; hinaan dan bergemanya tawa seluruh murid disana.
"Aduh…" rintih Kahoko sambil mencoba untuk berdiri. 'Dimana tasku?' batinnya.
"Heh gadis 'sial', ternyata kamu sial banget ya? Nyari tas'sial'mu itu? itu tu, disana!" ucap seorang perempuan yang dari mukanya sudah ketahuan kalau sifatnya itu jahat, dia menunjuk kearah dibawah kaki seorang pria tampan. "Ouch, dibawah, tepat dibawah, 'Pangeran Es'! Sial sekali kau!" katanya dan diikuti tawaan dari semua orang.
'Bagus, kali ini aku benar-benar menganggap diriku memang sial!' pikir Kahoko.
Apalagi kalau nggak sial banget kalau sudah berhadapan dengan si 'Pangeran Es' apalagi ia sudah mengeluarkan yang namanya 'Deathglare'. Kahoko sudah merinding duluan saat menerima 'tatapan tajam' itu.
'Mantap, mudahan aja aku ga dikutuk jadi batu sama mata tajamnya itu,' batinnya, keringat dingin sudah meluncur dari pelipis Kahoko, tapi tidak bisa dibedain soalnya mukanya basah karena diguyur air dingin tadi.
Kahoko berjalan menuju tas-nya yang berada tepat dibawah kaki murid sekelasnya itu. Murid laki-laki. Laki-laki pendiam. Pendiam tapi keren dan juga banyak fans-nya. Dan juga orang yang paling ditakuti sekaligus dikagumi oleh siswa-siswi di SMA Seisou. Sifatnya dingin dan ia antisosial, berani menghalangi jalannya bisa mati muda. Berani berurusan dengannya, nyali ciut duluan. Pokoknya dia adalah 'The Most Handsome', 'The Most Cooler', 'The Most Scarier' dan 'The Most Smarter' man in the School! Tapi, karena antisoisal-nya itu yang bikin ia hanya memiliki sedikit teman. Namun, karena keren dan tampan sekaligus pintar-nya itu yang bikin ia memiliki banyak fans.
Kahoko menelan ludah. Uh oh.
Dengan perlahan-lahan dan hati-hati, gadis berambut merah ini mendekati laki-laki itu. Takut menatap matanya, ia hanya fokus terhadap tas yang berada dibawah kaki 'Pangeran Es' tersebut.
Saat sudah berada didepan laki-laki itu, Kahoko merasa gugup sekali dan juga gemetaran berada didekatnya.
"Ma-maaf, Tsu-Tsukimori-san… a-aku mau mengambil ta-tas yang ada di-di bawah ka-kaki mu…" ucap Kahoko gugup.
"Berani sekali dia memanggil Tsukimori-sama dengan Tsukimori-san!"
"Pede banget dia bicara sama 'Pangeran Es' kita,"
"Dasar ga tau malu!"
Dan begitulah bisikan yang terdengar ditelinga Kahoko. Rasanya ingin menghilang saja dari didunia ini!
Merasa 'Tsukimori-sama' tidak menggubrisnya dan matanya tidak lagi menatap dengan 'Deathglare' malah sekarang membaca bukunya lagi—yang sempat terhenti dengan adanya tas Kahoko yang membentur kakinya—Kahoko pun langsung cepat-cepat mengambil tasnya dan buru-buru keluar kelas menuju ke UKS untuk meminjam baju kering.
Terdengar tawa yang keras dari dalam kelasnya saat ia keluar dari sana.
Kahoko's PoV
Astaga! Sial memang hari ini! Eh? Bukannya setiap hari sial ya? Aaargh! Sudahlah! Pokoknya hari ini yang paling sial!
Ditatap sama Tsukimori Len memang bikin merinding, sampai sekarang aja masih merinding. Badanku juga gemetaran. Dihadapannya aku merasa tidak bisa berbuat apa-apa, merasa lemah.
Dia satu-satunya orang yang tidak pernah menjailiku dikelas. Kalau sampai dia juga begitu, nggak tau deh nasibku akan jadi gimana. Bayangkan, didekatnya aja aku sudah ketakutan, ditatapnya apalagi, mendengar suaranya yang mengintimidasi pasti sudah bikin aku tepar duluan, apalagi kalau dia ikutan ngejailin aku! Ketegaran yang selama ini aku bangun bertahun-tahun pasti akan runtuh seketika bila ia ada diantara mereka, mending aku ga sekolah sama sekali! Baru kali ini aku merasa bersyukur kalau dia itu 'Anti-sosial' dan acuh pada orang lain.
Dia juga orang yang paling aku hindari dikelas, takut dia kena 'sial' gara-gara aku. Haah…
Eh? Ko' aku mikirin Tsukimori Len? Ah, tau ah! Pokoknya aku sekarang harus bergegas ke UKS untuk minjem baju kering dan segera ke kelas agar tidak terlambat dijam pertama.
Setelah memakai baju pinjaman dari guru UKS dan terus meminta maaf karena selalu merepotkan, aku langsung pergi dari sana. Sungguh, cuma guru UKS yang bisa 'terima' aku, yah karena aku sering ke UKS dan selalu minta bantuannya. Dia juga memberiku semangat agar selalu kuat menghadapi semuanya. Mungkin dia salah satu alasan mengapa aku masih bisa ada disekolah ini.
Saat aku buka pintu, napasku rasanya tidak ada, kenapa? Karena ga ada oksigen? Bukan! Karena si 'Pangeran Es' berada TEPAT didepanku, para pembaca sekalian!
"Tsu-tsukimori-san! Ngapain ka-kamu disini…?" tanyaku gugup.
Mukanya tidak berubah, masih saja tanpa emosi seperti dikelas tadi.
"Memangnya aku ga dibolehin kesini?" ucapnya dingin.
Oh tidak Tuhan! Aku seharusnya tidak menanyakan hal itu. Seharusnya aku langsung pergi aja, ga usah menyapa-nya!
"Bu-bukan itu ma-maksudku…" sanggahku. Astaga! Aku kehilangan kendali kalau terus bersamanya!
"Begitu?"
Aku hanya bisa diam, aku ga tau harus ngomong apa. Haaah, Lili tolong aku!
Eh, oh Lili? Ia kucing peliharaanku, bukan peri lho. Jangan salah menduga dulu…
Tatapan matanya seakan-akan bisa langsung melihat kedalam jiwa-ku, tatapanya tajam dan sangat… um… mengintimidasi? Aih, lebay-nya aii… =='
A-aku gemetaran!
`Len, sudahlah! Dia ketakutan tuh!` kata seseorang, tapi aku mendengarnya samar-samar.
Aku melihat kearah Tsukimori-san… eh… um… kukira Tsukimori-san sendirian, tapi ternyata dia bersama dengan temannya.
Rambutnya merah ruby dan rambutnya Tsukimori-san berwarna biru sapphire, seperti api dan air. Dan sepertinya dia ramah, kebalikan dari Tsukimori-san, buktinya saja dia senyum terus dari tadi, waktu dikelas juga, saat aku mengambil tas-ku, ia tersenyum kearahku, mungkin karena itu aku jadi ga terlalu gemetaran.
Sebaiknya kusapa.
"Um, ano… nama-mu siapa? Aku belum tau nama-mu sejak pertama aku transfer ke sekolah ini," ucapku.
Eeh? Muka Tsukimori-san sedikit bingung, tapi langsung berganti dengan ekspresi datar lagi.
"Apa yang kamu bicarakan? Bukankah kamu sudah tau namaku, Tsukimori Len," kata Tsukimori-san agak sedikit terganggu. Lha? Aku kan ga nanya namanya, aku nanya sama orang disebelahnya.
"A-aku tau kamu Tsukimori Len. Aku bukan bertanya padamu, Tsukimori-san, tapi pada orang yang ada disebelahmu," ucapku dengan senyum dan menunjuk orang yang ada disebelahnya.
Tsukimori-san sangat terkejut. Astaga… TERKEJUT? Kenapa? Dan temannya juga terkejut. Emang ada apa sih?
"Ka-kamu bisa melihatnya/aku?" ucap mereka secara bersamaan, Tsukimori-san menunjuk laki-laki berambut ruby itu dan orang itu menunjuk pada dirinnya sendiri.
Tunggu dulu! Apa maksudnya 'bisa melihat'?
Aku memberi tatapan heran pada kedua orang itu lalu menjawab. "Ya tentu saja bisa, itu kan jelas. Memangnya mataku buta apa?"
Tiba-tiba saja Tsukimori-san menarikku dan membawaku keatap. Baru kali ini aku melihat Tsukimori-san dengan ekspresi liar seperti ini. Apa aku membuatnya marah? Oh tidak! Habislah riwayatku! Lili maafkan aku karena aku tidak bisa menjagamu lagi!
"Tsu-tsukimori-san—" aku mau bilang berhenti, tapi ia langsung memotong perkataanku.
"Hino…" ia menatapku dengan lekat-lekat, dan itu membuat jantungku berdegup kencang. Oh Lili, apa yang harus kulakukan?
`Apa kamu beneran bisa melihatku?` Tanya temanya Tsukimori-san. Apa mereka menganggap aku buta ya?
"I-iya…" jawabku gugup, soalnya mereka menatapku dengan tatapan tidak percaya, apalagi Tsukimori-san yang menatapku seperti itu. " Apa kalian menganggapku buta, jadinya kalian menanyakan hal yang sudah jelas ini?" yap keluarlah kata 'terlalu berani'-ku ini. Haaah, pasrah aja kalau dijadiin batu sama Tsukimori-san.
"Bukan begitu Hino, aku kaget karena orang ini adalah—"
`—roh. Ya, aku adalah 'roh penjaga'-nya Len,`
Apa? Sumpe loe?
Pasti kalian bercanda!
"Ga MUNGKIN!" teriakku
Bodoh! Kenapa aku teriak?
Ini nih akibat teriak terlalu keras, jadinya mulutku ditutup sama telapak tangannya Tsukimori-san.
"Diamlah, Hino. Kamu ga perlu teriak segala," ucapnya datar, tapi ada kekesalan di nada ucapannya itu. Lili! Aku membuat Tsukimori-san kesal! Tidak!
"Ma-maaf, Tsukimori-san…" aku menundukkan kepalaku. Lalu ia melepaskanku.
`Sudahlah Hino, ga perlu minta maap segala,` kata roh tersebut. Ehehe, roh? Ga mungkin! Ini pasti hanya lelucon murahan! Mana mungkin ada 'roh penjaga' di abad ini kan?
"Hei, Kiriya, dia minta maaf padaku bukan padamu," ucap Tsukimori-san dengan kesal pada roh penjaga-nya. Oh, ternyata nama-nya 'Kiriya'.
`Iya-iya, dasar orang dingin!` ejek 'Kiriya'. Hoaaa! Baru kali ini aku mendengar sang Len Tsukimori diejek oleh orang—eh, coret itu—roh.
Tsukimori-san tidak menggubris, mungkin sudah terbiasa atau memang ga terlalu mikirin itu, tapi malah itu yang aku sesalkan, soalnya kini Tsukimori-san menatapku dengan baik-baik dan perlahan mendekatiku. Haaa! Tidak!
"A-ada apa… Tsu-tsukimori-san…?" tanyaku gugup.
"Hino, apa kamu per—"
`Caya kalau aku ini roh?` sambung, eh, potong 'Kiriya'.
Neh, orang—roh ini pasti tidak takut lagi di 'deathglare' sama si 'Pangeran Es' ini, buktinya dia santai-santai aja menerima tatapan mematikan dari temannya itu, kalau aku sih sudah pingsan dari tadi.
"Kiriya…" gumam Tsukimori-san, oke, ini menakutkan, Tsukimori-san benar-benar kesal!
`Ada apa, Len?` Tanya 'Kiriya' dengan wajah 'inosen'. Haha, ini baru yang namanya 'opera sabun' (?).
"Kamu ini, orang kalau bicara jangan dipotong dulu pembicaraanya. Kamu mau kubunuh?" omel Tsukimori-san dengan nada mengancam. Maaa! Sadis!
'Kiriya' ketawa kecil. "Aku kan udah mati, Len. Jadi ga ada gunanya lagi kamu mau ngebunuh aku," siip! Pintar sekali 'Kiriya'-san!
Tsukimori-san menghela napas. "Oke, tak ada lagi musik pop dan earphone kalau begitu," ancam Len. Ganas! Musik, eh? 'roh' juga suka musik pop?
Eh, tunggu dulu! Aku kan ga percaya kalau 'Kiriya' ini roh kan? Tapi kenapa aku terus memanggilnya 'roh'? Aaargh! Fic ini membuatku gila!
`Eeeeh! Jangan! Oke, oke… maap deh…` ucap 'Kiriya' mengalah. Mengetahui kelemahan orang bagus juga ternyata.
Tsukimori-san menghela napas—lagi—, dan menatapku—lagi—. Dan itu membuatku sangat, sangat tidak nyaman.
"Hino, apa kamu percaya?" Tanya-nya.
Percaya? Percaya apa?
Ooh! Percaya kalau 'Kiriya' itu 'roh penjaga'?
Aku jawab seadanya saja. "Eng…enggak tau…" aku menggelengkan kepalaku. Sebenarnya aku pengen jawab: KAMU GILA? MANA MUNGKIN AKU PERCAYA SAMA HAL YANG BEGITUAN! Tapi… yah… aku sayang umur sih, belum mau mati muda aku…
"Anak ini—"
`Payah!` potong—lagi—'Kiriya'.
Dan diberi 'deathglare' gratisan oleh Tsukimori-san—lagi—.
`Ehe, maap,`
"Ini peringatan terakhir dariku, Kiriya. Sekali lagi kamu memo—"
Teng teng
Hahay, bukan 'Kiriya'-san yang motong, tapi bel masuk pelajaran pertama!
Aku dan 'Kiriya' tertawa, Tsukimori-san kesal setengah hidup. Hehe
"Ga usah ketawa!" serunya. Hoaa! Ekspresi lain lagi yang ia keluarkan selain ekspresi datar! Ini benar-benar menakjubkan!
Lalu ia pergi menuju kelas, 'Kiriya'-san tentu saja ikut dan aku pun mengikutinya juga. Jelas dong, kita kan satu kelas. Tapi, sebelum sampai ke kelas ia berbalik dan menghadapku.
"Istirahat keatap. Jangan lupa," ucapnya err perintahnya?
Yah, mau ga mau harus ikutin apa aja yang dia suruh, takut nanti jadi batu kalau aku nolak. Mou! Kayak dia mamaku aja, kayak aku Maling Undang eh Malin Kundang aja pake dijadiin batu segala!
"Ya," jawabku ogah-ogahan. Btw, ogah itu artis yang kayak banci itu kan? Oh, bukan! Ogah itu yang di Unyil itu kan? #plakk
"Hn,"
Dan kita pun masuk ke kelas.
End of Kahoko's PoV
Len's PoV
Tidak bisa dipercaya! Ini sangat tidak bisa dipercaya! Kiriya bisa dilihat oleh orang selain aku? Sangat tidak mungkin!
`Mungkin aja kali,' ucap Kiriya, seenaknya masuk kepikiran orang.
'Apa maksudmu, Kiriya?' jawabku dalam pikiran. Ya lah! Kalau keras-keras bisa kedengaran orang dan aku bisa dianggap gila, lagian ini masih dalam sesi pelajaran, maka guru Fisika-nya sadis lagi!
`Maksudku, mungkin dia punya kekuatan bisa ngeliat 'roh' atau hantu?`
'Jangan bercanda,'
`Aku ga bercanda, cuma ber-kidding,` XD
'Terserah,'
`Tapi… aku senang! Karena ada juga orang yang bisa melihatku selain kamu, Len. Mungkin dia mau jadi temanku?`
'Temanmu berarti temanku. Astaga, kenapa gadis itu?'
`Kamu ga nganggap dia sebagai 'Gadis Pembawa Sial' kan?`
'Ga lah. Murid disini aja yang percaya takhayul seperti itu. Apa-apaan itu, mereka bisanya nyiksa orang mulu. 5 bulan seperti itu, apa ga capek ya?'
`Ooh, 'Pangeran Es' mulai tertarik pada seorang gadis!`
'Bicara pada dirimu sendiri, mulai dari dulu kan kamu merhatiin gadis itu?'
`Memang, sayang sih aku udah mati, kalau masih hidup, aku akan melindunginnya,`
'Benarkah?'
`Kenapa? Takut keduluan sama aku?'
'Omong kosong,'
`Kamu juga terta—`
Teng teng teng
Istirahat? Cepat sekali, bahkan aku tidak tau pelajaran pertama udah diganti kepelajaran berikutnya dan aku tidak memperhatkan gurunya menerangkan pelajaran. Sial.
`Kasihan… susah sih ya~ anak rajin…`
'Diam aja kamu. Susah juga kalau kamu terus seenaknya masuk dan ikut campur didalam pikiranku. Jadi ga tenang,'
`Emang salah siapa ini?`
…
'Maaf, aku tau ini sa—'
`Bukan! Maaf, aku ga bermaksud untuk me—`
"Tsukimori-san," kami berdua langsung menoleh kearah suara yang memanggilku tadi.
Hino, eh?
"Bi-bisa kah aku membeli makanan dulu baru keatap?" Tanya nya gugup. Memang aku bikin takut sampai dia kayak gitu ya?
`Iya…` lagi-lagi masuk seenaknya.
"Tidak apa. Tapi langsung keatap setelah itu. Makan diatap saja," ucapku datar.
Dia mengangguk dan langsung pergi. Untung tidak ada orang dikelas, kalau tidak sudah dimaki-maki Hino karena 'berani sekali berbicara dengan Tsukimori-sama'. Tidak masuk akal, apa salahnya Hino berbicara denganku?
Haah, jadi khawatir kalau dia dijailin lagi atau dimaki-maki dikantin.
`Kenapa kita tidak menemaninya saja?`
'Masuk kedalam pikiran tanpa ijin lagi. Haaah… Kiriya, kamu saja,' ucapku pasrah, sebenarnya aku juga mau menemani gadis itu. Kasihan tadi, sudah disiram, diinjak pula.
`Hee, aku tau apa yang kamu pikirkan,`
'Mau gimana lagi? Rahasia apapun yang aku simpan atau apapun yang aku pikirkan pasti kamu akan mengetahuinya,'
`Iya-iya… Tapi yakin ga kamu mau aku ngambil alih tubuhmu?`
'Iya, tapi jangan buat aku terlalu OOC. Dan Author, kamu juga!' (KiYu: "me?" ¬¬)
`Baiklah,`
End of Len's PoV
Normal PoV
Kiriya pun langsung masuk kedalam tubuh Len.
"Whoa! Ini lebih baik!" seru Len yang sebenarnya Kiriya (sambil loncat-loncat, senyum-senyum gaje, tangan dinaikkan keatas dengan sangat gajenya).
`Jaga kelakuan,` Len memperingati Kiriya. Ya dong, kalo Len, sang 'Pangeran Es' teriak-teriak gaje kayak tadi, apa ga OOC banget kan? Menghancur imej sebagai 'Pangeran Es' saja.
'Ups! Maap,' Kiriya cengengesan sendiri.
`Apa yang kamu tunggu, cepat kekantin,` perintah Len, tapi dengan nada yang 'cukup' datar.
'Iya-iya! Dasar ga sabaran. Ga diambil juga pang Hino dari mu,' goda Kiriya.
`Cukup Kiriya. Kamu minta dihajar?` ancam Len.
Kiriya tertawa gugup. 'Enggak kok…'
`Cepat Jalan!` seru Len. Wah, kesabaran manusia juga ada batasnya ternyata, bahkan untuk Tsukimori Len.
'Baik bos!' dengan cepat Kiriya berlari menuju kantin.
Di Kantin
"Orang sepertimu buat daganganku jadi ga laku! Pergi sana! Gara-gara kamu beli ditempatku, pelanggan ga ada yang mau beli disini. Pergi kamu 'pembawa sial'!" seru ibu penjual dan mendorong Kahoko dengan keras.
Sebelum Kahoko sempat terjatuh, sebuah tangan yang kuat menangkap Kahoko tepat pada waktunya.
"Apa… kamu ga apa-apa?"
'Siapa…?'
TBC
A/N: siapa itu? (siapa aja boleee) ehem, another gaje story… maap menyiksa mata kalian karena telah meluangkan waktu dan bersedia untuk membaca ini. Terima kasih! #bow
apa fic ini diteruskan ato ga usah diteruskan lagi?
