The Journey of Revenge

Prolog

SasuFemNaru

Genre: Fantasy, tragedy, historical and general fiction (maybe?), etc

Karakter yang saya pinjam milik Masashi Kishimoto sementara alur cerita original dari pemikiran saya sendiri.

Warning: AU!Kingdom, gender bender, OOC, OC, typo(s), etc.

...

Awalnya, dunia tampak menyenangkan dan begitu bersahabat.

Setidaknya itulah yang kupikirkan.

"Nona, hamba mohon kembali!"

Seorang gadis kecil berusia sekitar sepuluh tahun itu terus berlari saat seorang pelayan mengejarnya dari belakang.

Aku ketahuan! Aku harus lari jika tidak ingin tertangkap, batin gadis kecil itu tanpa menurunkan laju larinya dan menanggalkan seluruh ajaran tata krama yang diajarkan oleh keluarganya.

"Nona, hamba mohon kembali!"

Suara pelayan itu kembali terdengar, gadis kecil itu melihat gerbang mansionnya yang terbuka, sejenak sebuah ide gila melintasi otaknya.

Bagaimana rasanya kabur dari rumah?

Ayah yang sangat mencintaiku-

Sementara itu di lain sisi seorang pria paruh baya berjalan dengan langkah tertata, kedua tangannya diletakkan dibalik punggung yang tegap.

Setelah sampai di sebuah pintu gerbang, pria paruh baya yang dikenal dengan nama Minato Namikaze itu melangkahkan kakinya, memasuki mansion tempat tinggalnya sebelum akhirnya sebuah tubuh kecil menabrak tubuhnya, membuat pria itu nyaris kehilangan keseimbangannya.

Sementara pelayan yang tadi mengejar gadis kecil itu terdiam di tempatnya berdiri sembari menunduk dalam, menghormati tuan besarnya yang kini berdiri tak jauh darinya.

Mengenali siapa yang menabraknya, tak urung Minato mengukir sebuah senyum tipis di wajahnya yang kini sudah termakan usia namun tak mengurangi kadar tampannya.

"Naruto," bisik Minato pelan. "Ingin kemana Puteri Ayah yang cantik ini?" tanya Minato sontak membuat tubuh yang menabraknya tadi menegang seketika.

Demi Dewa, Naruto tidak menyangka jika ia akan menabrak Ayahnya sendiri, betapa cerobohnya ia!

Beberapa detik kemudian Naruto memberontak. Setelah lepas dari pelukan Ayahandanya, gadis kecil itu membungkuk memberi hormat sesuai dengan tata krama seorang bangsawan yang sejenak diabaikannya tadi.

"Maafkan aku, Ayah. Aku tidak sengaja."

"Tidak apa-apa, bangunlah!" seru Minato yang langsung dilaksanakan Naruto.

Gadis kecil itu menurut pada perintah ayahnya yang kini sedang berjalan berdampingan bersamanya dengan kedua tangannya yang diletakkan di belakang punggung.

Seorang pelayan mengikuti di belakang keduanya dengan kepala menunduk dalam.

Ibu yang sangat menyayangiku-

Minato mengerakkan tangannya pelan, menyuruh pelayan yang mengikutinya dan anaknya untuk segera pergi setelah melihat isterinya lari tergopoh-gopoh ke arah mereka.

Pelayan itu pun menurut, pergi setelah salam hormatnya diangguki Minato.

Wanita itu berlari tanpa mempedulikan bagian bawah pakaiannya berkibar tertiup angin. Gadis kecil itu tersenyum kecut, ibunya selalu saja melupakan tata krama yang selalu dipegang teguh olehnya jika sesuatu berhubungan dengannya.

"Naruto ... Naruto ... Naruto anakku."

"Iya Ibu, Naru disini," jawab gadis itu lembut. Berusaha menjaga imagenya yang hampir rusak akibat bertabrakan dengan ayahnya tadi di gerbang mansion. Ugh!

"KAU INI-"

BLETAK!

Naruto mengaduh, gadis berusia sepuluh tahun itu memegangi puncak kepalanya yang sakit akibat pukulan sayang dari Ibunya.

"Mengapa bolos dari pelajaran keputrian, huh? Lagi-lagi kau mengelabui dayang pengawas juga gurumu dan melarikan diri?!" Kushina meninggikan suaranya, tak ayal rambut merahnya berkobar-kobar tertiup angin membentuk seperti ekor sembilan di udara.

Minato yang melihat istrinya dalam mode kitsunenya menjadi ciut, padahal niat awalnya dia ingin membantu Naruto agar tidak terkena amukan Kushina. Namun nyatanya dia malah takut pada istrinya sendiri. Ckckck!

Melihat Naruto yang kesakitan akibat pukulannya, amarah Kushina meredah. Wanita itu berjongkok di hadapan Naruto dan mulai memeriksa kepala anaknya yang sebelumnya ia pukul tadi.

"Ibu terlalu kencang saat memukulmu tadi? Oh, maafkan Ibu!"

Naruto tersenyum dalam hati.

Karena dibalik kemarahan Ibunya, Naruto tahu-jika Ibunya amat sangat menyayanginya, lebih dari apa pun.

Dua orang kakak yang sangat pengertian dan penuh perhatian padaku-

Dan betapa terkejutnya Kurama serta Kyuubi yang baru saja pulang dari suatu tempat mendapati sang Ibunda tercinta sedang memeluk erat Naruto yang terisak di dalam sana.

"Apa yang terjadi, Ayah?"

Kurama bertanya pada sosok ayahnya yang hanya tersenyum memandangi kedua orang tercintanya saling berpelukan. Sementara itu, Kyuubi hanya menatapi ayahnya heran.

"Seperti biasa," jawab Minato singkat, namun menjelaskan semuanya. Hal itu membuat Kurama beserta Kyuubi bernapas lega.

Ya, keduanya tahu jika Ibu mereka dan adik bungsu mereka terkadang terlibat cekcok. Watak Kushina yang keras bertemu dengan Naruto yang sama kerasnya selalu saja berujung perdebatan.

Tidak ada yang mau mengalah sebelum akhirnya Naruto mengeluarkan jurus andalannya; menangis. Maka dari itu Kushina menurunkan sedikit kekerasan kepalaannya dan memaafkan Naruto.

Hampir sering terjadi. Jadi tidak perlu dijelaskan kembali bukan?

Menit demi menit telah berlalu, Kurama berdeham, menyadarkan kedua sosok itu jika ada dua orang yang eksistensinya tidak disadari keduanya.

Dan ternyata suara itu berhasil menarik perhatian Naruto. Gadis kecil itu melepas pelukan Ibunya lalu berhambur ke pelukan Kakak pertamanya, Kurama.

"Kak Ku-!"

Kurama yang belum siap menerima terjangan adik terkecilnya sontak terjatuh dengan Naruto yang menimpa di atas tubuhnya.

Kyuubi yang melihat kedekatan keduanya langsung batuk-batuk tidak jelas. Dengan santainya Kyuubi berbicara, "Jadi kau tidak rindu dengan Kakak tercantikmu ini?

Mendengar suara kakak keduanya, Naruto melebarkan cengirannya. Gadis kecil itu bangun lalu kembali menubruk tubuh kakaknya yang sudah siap menerima pelukan darinya.

"Naruto," bisik Kyuubi penuh sayang. Membuat Minato, Kushina dan Kurama tersenyum melihat keduanya sedang berpelukan satu sama lainnya.

Benar-benar keluarga yang sempurna.

Beberapa detik kemudian, Naruto melepaskan pelukan itu lalu menggandeng tangan kedua kakaknya.

"Ayo masuk, Kak. Kakak berhutang cerita tentang perjalanan Kakak ke Naru," kata Naruto ceria, ditambah seulas senyuman yang kini menyebar ke yang lainnya.

Akhirnya keluarga kecil itu memasuki rumah mereka diiringi canda tawa Naruto akibat gurauan kakak-kakaknya, sementara Minato dan Kushina hanya saling pandang melihat anak-anaknya yang terlihat bahagia. Keduanya pun mengikuti ketiga anak mereka di belakang dengan langkah yang tertata layaknya bangsawan terpandang.

Namun malam itu datang.

Lima tahun kemudian.

Malam di penghujung musim gugur ini terasa mencekam. Begitu dingin, gelap dan menyebarkan aura ketakutan bagi siapa saja yang merasakannya. Belum lagi, suara bising para hewan malam terdengar saling bersahut-sahutan, seolah memberi pertanda akan ada sesuatu yang buruk sedang mengintai di balik gelapnya malam.

Rembulan yang biasanya bersinar terang menampakkan keindahannya kini tak bersinar karena tertutup awan hitam. Aura kelam malam itu menjadi berlipat ganda, semakin kental dan semakin berbahaya, seperti aura kematian.

Tak ada pula bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Mereka seperti sedang menyembunyikan diri dari sesuatu yang jahat sedang mengintai di bawah sana. Atau mungkin mereka tidak ingin menjadi saksi bisu atas apa yang akan terjadi pada malam ini.

Malam dimana mereka membantai habis Klan-ku.

Di balik gelapnya malam, terlihat selusin orang berpakaian hitam-hitam begitu lincah menyusup ke dalam mansion bangsawan Uzumaki. Mereka adalah para pembunuh bayaran yang disewa untuk membantai habis bangsawan Uzumaki, malam ini.

Satu per satu pembunuh bayaran itu memasuki rumah-rumah dan membunuh keluarga bangsawan Uzumaki yang berada di dalamnya tanpa rasa bersalah atau pun berbelas kasihan.

Juga dengan Ayah dan Ibu-ku.

Begitu pun yang terjadi di dalam kepala keluarga bangsawan Uzumaki, Namikaze Minato.

Naruto yang sedang tidur pun harus terbangun dari tidurnya akibat mendengar suara pecahan kaca.

Entah mengapa setelah mendengar itu perasaan Naruto tidak tenang. Gadis berusia lima belas tahun itu langsung memutuskan untuk mengecek ke dapur, karena Kushina sering sekali terbangun tengah malam hanya karena merasa haus.

Setelah dirasa dapur tidak ada masalah, Naruto ingin mengunjungi ayah dan ibunya di kamar sebelum akhirnya ia kembali tidur lagi, menanti hingga sang Surya menampakkan dirinya dengan malu-malu.

Naruto terdiam sejenak di depan pintu kamar kedua orang tuanya yang terdengar berisik sekali.

"Apa mau kalian? Siapa yang menyuruh kalian kemari?"

Itu suara ayahnya.

"..."

Namun tidak ada balasan dari dalam. Namun suara pedang beradu membuat Naruto terkejut.

Sebenarnya apa yang terjadi di dalam sana? Mengapa ada suara pedang beradu?

Mungkinkah?

Naruto memberanikan diri mengintip dari sela-sela pintu yang terbuka. Iris matanya membulat seketika saat melihat sebuah pedang melayang, menebas punggung Kushina hingga memuncratkan darah segar.

"KUSHINA!"

Minato berteriak saat tubuh isteri cantiknya limbung ke dalam pelukannya. Air mata mengalir dari sudut mata Minato, tidak menyangka jika Kushina membiarkan tubuhnya terkena serangan pedang sang pembunuh bayaran.

"Ma-afkan a-ku, Mina-to," bisik Kushina lembut.

Kushina hanya ingin menjadi seorang istri yang baik, bahkan sampai akhir hayatnya ia masih berusaha melindungi suaminya meski itu berarti ia akan kehilangan nyawanya sendiri.

Menyadari jika kedua mata Kushina terpejam dan tubuhnya kaku tidak bergerak dalam pelukan, Minato berteriak sejadi-jadinya. Minato meletakkan tubuh kaku Kushina di lantai yang dingin dan mulai menyerang sesosok pembunuh bayaran itu membabi-buta.

Hingga akhirnya salah satu tebasan dari pedang si pembunuh bayaran mengenai Minato, menebas bagian dada depannya mengakibatkan Minato jatuh telungkup tak jauh dari tubuh Kushina yang terbaring kaku.

"Kau sudah membereskannya?"

Tiba-tiba sebuah suara lain terdengar. Dan pembunuh bayaran itu langsung berlutut di hadapan sosok tersebut dengan kepala menunduk dalam.

Sosok itu melirik Minato yang bersusah payah bangkit dibantu dengan pedangnya. "Ki-zashi," bisik Minato saat mengetahui siapa sosok yang menjadi dalang dari penyerangan malam ini.

Minato menatap bengis Kizashi yang kini menatapnya balik dengan tatapan penghinaan. "Hidupmu beserta keluargamu tidak akan pernah tenang, Kizashi. Aku mengutukmu!"

Kizashi terduduk diam ditempatnya. Sebelah tangannya terulur, meminta pedang yang berada di tangan si pembunuh bayaran. Mengerti isyarat tuannya, pembunuh itu memberikan pedang bersarung hitam dengan motif kotak-kotak bewarna hitam putih dengan kepala menunduk dalam.

Kizashi berdiri, berjalan perlahan sembari menimang pedang itu di tangannya sebelum akhirnya suara bilah pedang terlepas dari sarungnya terdengar. Pria itu berhenti saat berdiri di hadapan Minato yang kini masih bertumpu dengan pedangnya, berusaha tetap sadar meski pun rasa sakit itu menyerangnya bertubi-tubi.

Kizashi sedikit menunduk guna melihat keadaan Minato yang menyedihkan di bawah sana. "Ada kata-kata terakhir? Atau ... pertanyaan, mungkin?"

Sungguh, jika keadaannya memungkinkan, Minato pasti akan membunuh sosok yang berada dihadapannya ini. Berusaha menekan segala kebencian dihatinya, Minato mengulas senyum mengejek sembari berkata, "Aku selalu mengutukmu dari atas sana."

"Sayang sekali, itu bukanlah kata-kata terakhir yang ingin kudengar darimu."

Di detik selanjutnya, Kizashi mengayunkan pedangnya tanpa berkedip. Ujung katana runcing itu menusuk bagian dada tepat pada jantung Minato, menekannya semakin dalam hingga akhirnya ujung katana itu menembus keluar dari dalam dada Minato yang kini sudah tak bernyawa.

Mengajarkanku arti kehilangan

Di lain sisi, Naruto terkesiap di tempatnya. Setelah sebelumnya ia melihat Ibunya mengorbankan nyawa demi menolong ayahnya, kini, ayahnyalah yang meregang nyawa di tangan seorang Kizashi-kepala keluarga bangsawan Haruno-karena hunusan pedangnya.

Gadis itu mundur teratur, terlalu terkejut akan kejadian yang menimpa keluarganya malam ini, sungguh tidak pernah disangka-sangka olehnya akan terjadi. Tapi apa mau dikata, semua sudah terjadi, dan di depan matanya tadi-kedua orang tuanya meregang nyawa. Itu sudah pasti tidak bisa disangkal lagi kebenarannya.

Aku harus pergi!

Aku harus pergi dan memberitahukan kejadian ini kepada Yang Mulia Kaisar dan meminta keadilan!

Menumbuhkan benih-benih kebencian yang begitu nyata.

Naruto terus berlari, gadis itu keluar dari rumahnya dan berlari tanpa melihat-lihat. Akibatnya, keberadaannya diketahui oleh salah seorang pembunuh bayaran yang lain. Pembunuh bayaran itu terus mengejarnya, hingga akhirnya Naruto tidak kuat berlari dan tanpa sengaja kakinya tersandung salah satu mayat anggota klannya.

Tersentak kaget, Naruto mengenali mayat itu. Itu adalah mayat kakek buyutnya, Uzumaki Arashi (OC), ayah dari Permaisuri Mito, istri dari mendiang Kaisar pertama Konoha, Hashirama Senju (1).

Gadis itu bangkit, menatapi sekelilingnya dengan perasaan takut, dan betapa terkejutnya ia melihat banyak sekali tubuh-tubuh tanpa nyawa yang dikenalnya dengan baik bergelimpangan di atas tanah mansionnya.

Dan keinginan untuk membalaskan dendam itu perlahan mulai ada.

Hati Naruto serasa dipukul dengan godam, batinnya bergejolak, amarahnya kian memuncak. Ingin sekali Naruto berteriak marah, menyalahkan takdir kejam yang telah langit gariskan kepada klannya dan mengutuk siapa saja orang yang menjadi dalang pembantaian Bangsawan Uzumaki malam ini.

Banyak sekali pertanyaan tanpa jawaban bercokol dikepala Naruto sampai saat ini; Apa gerangan kesalahan yang telah dibuat klannya hingga dengan begitu kejamnya dibantai seperti ini? Manusia tak punya hati mana yang tega merencanakan hal keji semacam ini?

Naruto berbalik badan, ia terkejut sekaligus takut mendapati pedang berlumuran darah orang-orang tak bersalah teracung di hadapannya.

Naruto mundur dengan teratur, ia begitu takut jika keberadaannya di dunia ini akan terhapuskan sebelum berhasil menghukum orang-orang yang terlibat dalam pembantaian ini.

Semakin dekat jarak pedang itu dengan wajahnya. Naruto menahan napas, jantungnya kian bertalu semakin kencang saat punggungnya menabrak salah satu rumah anggota klannya. Kedua matanya terpejam saat melihat pedang itu terayun ke arahnya.

Hingga akhirnya aku tenggelam dalam kegelapan tak berdasar.

Inikah akhirnya? Naruto bertanya-tanya dalam hati, bersiap menerima rasa sakit yang ternyata tak kunjung datang tanpa tahu jika sosok yang berniat menyerangnya tadi sudah mati dengan kepala terpenggal dari badannya oleh sesosok pria yang menutupi sebagian wajahnya menggunakan masker.

Naruto membuka kedua matanya, begitu terkejut saat mendapati salah satu Jenderal kekaisaran Konoha yang termansyur, Hatake Kakashi, berdiri di hadapannya. Dengan lemah Naruto berkata, "Tolong tang-kap mere-ka, Jende-ral. Mere-ka mem-bunuh ayah dan ibu."

Setelah mengatakan hal itu, Naruto jatuh tak sadarkan diri. Hampir saja mencium tanah jika saja Kakashi terlambat menahan tubuh limbung Naruto sementara sebelah tangannya yang mengenggam pedang terkepal begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.

Kaisarnya pasti tidak akan menyukai hal ini.

Tanpa bisa keluar hingga dendam itu terbalaskan.

.

.

TBC

(1) : Di dalam cerita ini, bangsawan Uzumaki sama seperti klan Uzumaki-nya canon, mereka diberkati umur yang panjang. Meski pemerintahan era Kaisar Hashirama sudah berakhir, tetapi ayah dari Permaisuri ke satu Kekaisaran Konoha masihlah hidup. Arashi hidup sebagai tetua bangsawan Uzumaki hingga akhir hayatnya.

.

Yeay, akhirnya Dian kembali ke FFN ini dan bisa publish prolognya!^^

Maaf jika banyak kekurangannya yah, ini fanfic pertama Dian yang memakai AU!Kingdom.

FYI, FF ini sudah Dian publish di Wattpad sampai 27 bagian. Kalian bisa cek di wattpad, cari dengan keyword: The Journey of Revenge ataupun cari akun Dian: diandransh pasti ketemu, kok^^

Sebenernya Dian lagi hiatus sampai Juli 2019 karena banyaknya ujian kelulusan yang harus Dian hadapi kedepannya. Tp di sisi lain, Dian kepingin publish FF ini di FFNet jadi perihal update, sesempat Dian, ya. Jadi mohon maaf sebelumnya jika Dian masih belum bisa up cerita lainnya. Seperti:

1. Separate - Udah tamat di Wattpad (ada 66 bagian), cuma belum Dian copas ke FFN

2. Demilitarized - Hiatus, Dian berniat ngerombak dari awal lagi karena banyak kesalahan.

3. The Blue Sea - Hiatus

Yah, mungkin itu saja dari Dian. Terima kasih sudah mampir, membaca, dan menyukai cerita ini. Sampai jumpa di chapter-chapter selanjutnya, ya!^^

With Love,
Diandra Nashira,
Sabtu, 02 Februari 2019