Rumah itu mendadak ramai. Teriakan kemarahan, caci maki dan tangisan seorang gadis muda bercampur, membuat bocah sepuluh tahun dengan hanbok lusuh itu memeluk erat tuan mudanya.

Mereka baru saja selesai bermain di halaman belakang rumah Tuan Besar Ha, ketika sepasukan prajurit dari biro kepolisian mendobrak gerbang kayu kediaman Tuan Ha.

Bocah yang merupakan anak pelayan di kediaman Tuan Ha mulai menangis histeris saat ibunya sudah tergeletak mati karena tebasan pedang salah satu prajurit. Sang tuan muda juga menangis dan ingin mendekati kedua orang tuanya yang sudah tak bernyawa, namun keduanya dengan cepat ditarik untuk berlindung di belakang punggung sang nona muda keluarga Bangsawan Ha.

"Dewa akan mengutuk kalian karena telah berani menyerang keluarga Bangsawan Ha Insung!" raung sang nona muda sambil mempertahankan adik dan sang bocah pelayan di belakangnya.

"Cih! Dewa seharusnya berterima kasih pada kami karena telah mengeksekusi penghianat macam kalian! Sekarang cepat berikan adikmu maka kau akan segera kami jual ke rumah bordil!"

Ucapan prajurit itu membuat murka sang nona muda. Diraihnya batu besar didekatnya dan dengan cepat ia hantamkan pada kepala salah satu petugas.

"Kami bukan penghianat! Dasar kalian binatang! Kalian bahkan tidak bisa berpikir benar!"

Sang nona muda tiba-tiba mencoba merah pedang petugas itu namun sang petugas lebih cepat. Ia memukul punggung sang nona muda membuatnya jatuh lemas ke tanah.

"Nunim!" (kakak!)

Sang adik melepas cengkeraman bocah pelayannya dan berlari mendekati sang kakak. Seketika teriakan pilu sang kakak menggema lantang meneriakan nama sang adik, yang kini jatuh tersungkur karena satu tebasan di dada mungilnya.

"SUNGWOON-A!'"

Sang bocah pelayan terduduk lemas ketika mendapati tuan muda yang hanya berbeda setahun darinya itu sudah tak bernyawa

"D-dor...doryeon- nim..."

"Jimin! Lari! Pergi dari sini!"

Bocah pelayan bernama Jimin menatap sang nona muda yang sudah bangkit dan sedang berkutat dengan prajurit yang menjambaknya. Ia tak tahu apa yang harus ia perbuat ketika kedua kaki kecilnya lemas.

"KU BILANG CEPAT PERGI DARI SINI!"

Teriakan sang nona seolah seperti lecutan listrik yang membuat bocah itu seketika berdiri dan berlari sekuat tenaga. Jimin mengerahkan kaki mungilnya untuk berlari tanpa peduli arah. Hati kecilnya begitu sakit melihat majikan serta keluarganya tergeletak mati. Bayangan sang nona muda membuatnya ingin berbalik namun teriakan putus asa itu adalah perintah terakhir darinya, yang dengan berat hati harus Jimin patuhi sebagai abdi keluarga Ha.

-tbc-