Soul Calibur : Rise of The Family
Genre : adventure / drama
Rating : T
Synopsis : Dimulai dari pertemuan tidak disengaja, siapa yang akan menyangka jika pencarian pedang justru membawa mereka pada jantung perebutan kekuasaan keluarga bangsawan.
Disclaimer : Soul Calibur itu punyanya Namco. Saya cuma punya Oc-nya saja.
Author's note : Don't like don't read. OC inside. RnR?
PROLOG
.
"Politics have no relation to morals."
.
-Nicollo Machiavelli-
.
.
Italia,
1592 Masehi
.
Seorang pria terduduk tenang menatap luas ke arah langit gelap tiada berbintang di kala malam yang telah larut. Merasakan lembabnya hawa hujan yang membasahi bumi dari balik jendela rumahnya dengan segelas anggur di tangan dengan nyala remang pelita seakan menjadi teman pemberi kehangatan. Dalam batinnya, mungkin suramnya malam ini adalah serupa dengan teriknya siang saat musim semi menjelang. Berikan harapan baru yang memupus semua keputusasaan masa silam tanpa bekas.
Betapa tidak...
Ditatapnya kilat cahaya guntur yang berkecamuk pada langit-langit kota secara perlahan, lalu diturunkannya pandangan kedua mata ke arah sebuah piazza di kejauhan. Tempat dimana pada saat ini suara-suara keributan mulai terdengar...tempat dimana segala indah dunia setelahnya akan bermula bagi sang anak manusia.
Ia tahu...sekalipun hanya sekilas...rencananya telah berjalan dengan sempurna...
Segalanya telah sesuai dengan apa yang telah dibayangkan...
Dan baginya...hujan ini seakan adalah sebuah anugrah. Berkat dari Pater dimana ia senantiasa mengutarakan permohonannya. Laksana respon dariNya yang serupa dengan apa yang ia dengar dari kisah "Passio" waktu Jumat Agung.
Permohonannya hanyalah satu...pencabutan hak istimewa atas para Patricius dan menjadikannya sama dengan para Plebius . Membuat apa yang diutarakan oleh orang-orang sebagai Renaisance benar-benar terlaksana, mencapai puncak dengan peran serta dirinya dalam sejarah. Buat namanya harum sepanjang masa.
Lagipula bukankah pada dasarnya manusia itu adalah sama?
Oleh karena itulah untuk mewujudkannya, suatu "pengorbanan" dibutuhkan.
Ia lalu mulai meminum gelas anggurnya didahului dengan guncangan kecil pada gelas. "Awal yang bagus" pikirnya dalam hati. Mulai esok, gelar kebangsawanan hanya akan sebatas gelar. Kediktatoran duke berakhir, demokrasi bisa dijalankan dengan sebagaimana mestinya. Rakyat akan memperoleh kembali kedaulatannya...seperti layaknya zaman Romawi ketika bendera Senatus Populusque Romanus (SPQR) masih menjadi kebanggaan. Ah, bukan...mungkin yang lebih hebat lagi...sebuah SPQR dengan demokrasi murni seperti Athena—yang pernah ia baca dari buku-buku tua peninggalan Plato yang tersimpan rapi pada perpustakaan keluarga di ruang bawah.
Indah...
Oh, betapa indahnya semua ini. Sebagaimana halnya dengan derap langkah kaki puluhan kuda yang berlari ke segala penjuru seiring denting pedang yang terdengar nyaring bergema akibat pantulan rintik hujan yang tercurah bebas dari balik mega-mega hitam di atas gulita angkasa.
"Tangkap dia! Kematian bagi sang penghianat!"
Sebuah teriakan lain membahana, disusul dengan gerakan tangan-tangan pembawa obor yang semakin cepat. Menyebar ke segala arah diselingi dengan pekik pilu nafas terakhir orang-orang di beberapa sudut kota.
Tetapi ia tidak merasa terusik...
Baginya ini semua tidak ada ubahnya dengan menonton sebuah drama tragedi ala Yunani.
"Jujur saja...aku tidak ada sedikitpun menaruh dendam padamu..." Ujarnya membatin, "Masalahnya adalah kau terlalu pintar untuk seorang patricius...dan kenyataan bahwa kalian telah berkuasa terlalu lama..."
Ia lalu beranjak dari sofanya, melangkahkan sedikit kakinya di atas lantai marmer putih. Memindahkan sedikit tubuhnya ke arah jendela yang lain dimana bangunan besar bernama Villa del Poggio Imperiale samar-samar terlihat. Di saat keributan semakin memuncak seiring teriakan beberapa condotierri makin menjadi-jadi, merujuk pada suatu tempat dan pada seseorang.
"Inilah klimaksnya..."
Layaknya seorang penggagas pesta, ia lalu mengangkat tinggi gelas winenya, memandangi pantulan dua buah lambang pada jendela: Aquila Romawi Kuno dan lambang keluarganya dalam-dalam seraya tersenyum. Seolah meneriakkan kata "Bersulang!" dengan segenap hati selagi panorama kota makin berkembang ke arah yang tidak menentu.
Hujan semakin deras...
Keributan dari arah piazza semakin meluas...
Dan...
DUARRR!
Bangunan besar itu-Villa del Poggio Imperiale tenggelam dalam ledakan besar...menghempaskan sebuah lambang perisai berbola enam ke tanah...untuk selanjutnya lebur bersama debu. Tenggelam dalam arus waktu sejarah yang tiada berbelas kasih.
Lantas?
Ya tentu saja,...sejak detik ini, segalanya tidak akan sama seperti dulu.
.
.
TBC
Catatan tentang istilah :
- Piazza : alun-alun kota (Italia)
- Pater : Ayah, Bapa (Latin)
- Passio : Istilah teologi gereja Katholik Roma yang merujuk pada 12 jam saat-saat terakhir Isa Almasih (atau Yesus Kristus) sebelum akhirnya mati di kayu salib. Umum dilakukan dalam bentuk drama waktu minggu suci hingga perayaan Jumat Agung(Latin)
- Patricius : Pada zaman Romawi Kuno, kata ini bisa berarti golongan bangsawan kelas atas di Forum (sekarang setara dengan DPR). Di zaman selanjutnya (hingga sekarang) kata ini lebih merujuk pada politisi yang berasal dari golongan borjuis atau bangsawan di parlemen. (Latin)
- Plebius : Kebalikan dengan golongan patricius. Golongan ini adalah anggota Forum atau parlemen yang berasal dari rakyat jelata...umumnya tidak mempunyai pengaruh yang kuat. (Latin)
- Renaissance : abad pencerahan di Eropa (abad 14-15)
- Duke : setingkat dengan adipati (agak mirip dengan bupati di Indonesia)
- SPQR : Senatus Populusque Romanus (Senat dan Rakyat Roma). Lambang Romawi Kuno (Latin)
- Condotierri : tentara bayaran pada abad pertengahan(Italia)
- Aquila : salah satu ordo / kelas dari Elang (Biologi, Latin)
