"Naoya, Kazuya, jaga rumah baik-baik, ya?" Tangan lembut Mrs. Minegishi mengusap rambut perak Naoya dan rambut biru Kazuya.

Setelah wanita itu pergi, Naoya langsung bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan karena dia yakin Bibinya itu terlalu sibuk untuk menyiapkan sarapan. Selama dia memasak, Naoya dapat mendengar suara TV dan tawa Kazuya di ruang keluarga.

"Kazuya, ayo sarapan!" katanya sambil meletakkan dua piring penuh nasi goring di atas meja.

Suara TV tidak terdengar lagi lalu suara langkah-langkah kaki mendekati meja makan dan tubuh mungil Kazuya yang masih berumur tiga tahun terlihat. Pipi tembamnya memerah dan mata birunya menatap Naoya senang.

Naoya mengangkat dan mendudukan Kazuya di kursinya. "Habiskan dan jangan sampai berantakan," katanya sambil mengusap rambut adik sepupunya lembut.

"Baik, niichan!"

Mereka makan sambil sesekali Kazuya menceritakan hal-hal lucu di tempat penitipan anak jika Naoya pergi sekolah yang langsung dibalas tatapan tajam Naoya yang mengatakan "jangan bicara sambil makan" yang membuat balita itu terdiam. Tapi tidak lama kemudian Kazuya mulai bercerita tentang kartun yang sedang ia sukai.

Naoya berusaha untuk tidak memutar bola matanya yang semerah darah itu. Tidak ada yang bisa mengentikan adik kecilnya itu.

Naoya menatap tumpukan baju di hadapannya dengan tidak senang. Bibinya memang seorang dokter yang handal tapi tidak terlalu suka dengan pekerjaan rumah. Beruntung hari ini hari libur jadi Naoya dapat membereskan semuanya.

Kazuya yang duduk disampingnya menatapnya dengan penuh minat selama Naoya melipat pakaian-pakaian yang tadi pagi dia cuci. Lalu tiba-tiba tangan mungil balita itu terulur dan mencengkram kain yang baru saja dilipat menggunakan kain itu sebagai mainan, tidak sadar jika wajah kakak sepupunya semakin tidak senang.

"Biarkan saja dia, Cain. Biarkan saja dia bermain dengan kain-kain itu dan dia tidak akan mengganggumu lagi."

Selama Kazuya tertawa senang sambil berusaha terbebas dari lilitan kain dan selendang ibunya, Naoya melipat sisia pakaian ditumpukan sebelum meletakkannya dalam lemari lalu membantu Kazuya yang entah bagaimana caranya sudah terlilit kain disekujur tubuhnya seperti mummi.

"Hallo, Cain, bagaimana keadaanmu?"Tanya sebuah suara saat Naoya masuk kedalam kamarnya setelah seharian membersihkan rumah dan mengasuh Kazuya.

"Loki…" geram Naoya. "Untuk apa kau kesini? Aku tidak ingin dia melihatmu."

Loki memberinya wajah terluka yang dibuat-buat. "Padahal aku hanya ingin tahu bagaimana keadaanmudan adik kesayanganmu. Apa kau lupa hanya aku temanmu selama jutaan tahun? Mendengarkanmu menceritakan pertumbuhan Abel setiap kali kalian bereinkarnasi?"

"Kau bukan temanku. Sekarang pergilah." Sebelum Loki dapat membalas kata-kata Naoya, pintu kamar Naoya terbuka lalu terdengar kata "niichan" dari balita yang menatap mereka berdua ragu.

Loki terkikik sedangkan Naoya menatap tajam adiknya. "Hello, Abel, lama tidak bertemu," kata Loki sambil mendekati Kazuya tapi balita itu menghindarinya dan berlari kearah Naoya.

"Aku tidak percaya padamu!"katanya sambil bersembunyi dibelakang Naoya. Loki tidak tampak tersinggung bahkan tampak geli. Lalu dia menghilang. "Apa dia pesulap?' Tanya Kazuya takjub.

Naoya menghela nafas. "Begitulah." Ia tidak mungkin mengatakan bahwa Loki adalah iblis, bukan? Tapi ada hal yang lebih penting. "Kenapa kau ada disini? Kembali ke kamarmu!"

"Tidak! Aku mau tidur dengan niichan. Kumohon…"

Sulit menolak Kazuya jika adiknya menginginkan sesuatu. "Baiklah, tapi hanya mala mini."

Tanpa Naoya perhitungkan, Kazuya langsung memeluknya. "Aku menyayangimu, niiichan."

Naoya yang awalnya tidak bergerak membalas pelukannya tapi tidak mengatakan apapun. Aku juga menyayangimu Abel, adikku yang sangat berharga.