Thanatos-san, Log in!
Maaf, saya Re-Make ceritanya... soalnya yang lama bener-bener kacau, yang lama saya langsung aja ngetik tanpa bikin alur yang jelas...
Ya, saya gak jamin juga sih, kalau yang ini bakal jelas, atau mungkin malah tambah jelek...
Tapi, saya usahakan buat ningkatin hasilnya...
Oh, iya jalan ceritanya gak bakal beda jauh, tapi ada beberapa perubahan buat filter chapternya... juga, saya Re-Make buat alur ceritanya gak terlalu kecepatan...
Nah, ada saran buat siapa yang jadi "The Anguished One" nanti? jujur, saya comot dia dari Alcor / Al Saiduq dari Devil Survivor 2... :v ~ Tapi perannya dalam cerita ini beda kok~, yah... gak bisa saya jelasin... perannya yang jelas akan muncul di Arc ke-3 nanti... Jadi, tolong sarannya, ya! Kalo bisa, jelasin tentang kekuatannya dan sifatnya...
Ah, ya... cerita ini udah saya pikirin alur ceritanya kedepan... perkiraan Arc 1 sekitar 6 atau sampai 10 chap (Masih ikut Cannon), tapi pas Arc 2 dan seterusnya alur ciptaan saya sendiri...
Dan, kemungkinan akan ngambil beberapa elemen dari Shin Megami Tensei Series... dan juga mungkin sedikit elemen dari Fate series (Gak banyak kok... gak ada noble pantasm ataupun summon servant, atau yang lain!)
Dan banyak yang heran kenapa Sasuke saya buat kayak begitu? nah, spoiler dikit ya... True Longinus kan ada skill... apa itu lupa saya, kalo gak salah Truth Idea ya? Saya buat biar Sasuke bisa pake "Panah Indra" (tau kan maksudnya? Susano'o perfect + Truth Idea?").
Perbedaan kekuatan Naruto dan Sasuke?... Gak mungkin, kan? Kalo kekuatan Naruto cuma saya kasih aura emas... (Yah, itu kayak chakra biju... tapi bentuk abstrak, katakanlah kayak aura Super Saiya God) Ya, nggak mungkinlah! Oh, mungkin kekuatan Naruto akan saya buat seperti dalam beberapa hukum dan rumusan dari beberapa tokoh dalam pelajaran fisika, kimia! Kecuali biologi, saya gak suka menghafal! Satu sudah saya tetapkan, skill ultimatenya :v ... jadi, masih lama keluarnya ~, dan juga Tolong kasih Saran buat jurus yang lainnya ~
Bagi yang membaca tolong memberitahukan pada saya, letak kekurangan yang saya buat...
Kritik dan saran diperlukan...
Juga, Fav, Foll and Review (^o^)-b
Notification :
"Bicara" langsung.
'Bicara' Batin.
Perlahan namun pasti, butiran air mulai bertebaran turun menghantam bumi dengan kecepatan yang relatif cepat, membuatnya terlihat seperti tali transparan yang menjuntai dari langit ke bumi. Hujan pun kian lama, kian yang menetes mengguyur semua yang berada dibawahnya, tak terkecuali seonggok tubuh seorang pemuda yang tengah terbaring, mata sapphirenya menatap kelangit, tak peduli jika tetesan air berkecepatan tinggi itu akan melukai matanya.
"Siapa... aku?" Suara yang bergetar, keluar dari bibir pemuda empu dari manik sapphire, matanya yang menatap kelangit terlihat kosong, tak berisi... namun dapat menghanyutkan. Tampaknya, pemuda ini tengah tenggelam dalam luasnya lautan pikiran yang tengah menghanyutkan dirinya, dalam lembutnya ayunan pelan ombak yang seakan-akan merayunya untuk terus berada disana. Tenggelam, dalam dasarnya lautan pikirannya...
"Hm? Ada apa? Naruto-kun? Kamu sedang galau?" Tiba-tiba terdengar suara feminim yang memasuki lorong-lorong telinga pemuda pirang.
'Naruto?... Apakah dia mengenali diriku, tapi siapa dia?' Pikir pemuda itu, tubuhnya yang sedari tadi berbaring mulai diangkatnya untuk berdiri, matanya menatap lurus kedepan, mendireksikannya pada sumber dari suara feminim yang baru saja memanggilnya.
Sepasang manik sapphire, disertai dengan mahkota pirang yang terlihat sangat cocok dengan wajahnya yang cantik. Sempurna. Ya, mungkin itulah satu-satunya kata yang dapat mewakili indahnya ciptaan Kami-sama yang berada dihadapannya. Matanya terfokus pada senyum yang terpatri dalam wajah indah yang terbingkai dalam surai pirang yang tergerai...
Hingga akhirnya dia menyadari, bahwa hari sedang hujan, lamunannya membuatnya tak menyadari bahwa hari tengah menangis...
Matanya terus memandang mata yang berada dihadapannya...
Naruto, nama pemuda itu, tak mengenal gadis didepannya, namun... terasa sangat familiar dibatinnya, ia pun sempat bertanya-tanya siapakah gerangan gadis itu.
"Apakah kita pernah bertemu? Kenapa dirimu terasa sangat familiar dimataku..." Ucap Naruto, tak dapat lagi membendung perasaan ingin tahu yang bergejolak dalam diri.
"Ya, dulu... Mungkin kau telah melupakanku... tapi... aku sudah merasa sangat senang, karena sudah bertemu denganmu..." Ucap gadis itu melepaskan semua ledakan emosi dalam diri, dengan mata yang memerah, dan suara isakan tangis pecah, dibeberapa jeda kalimatnya.
"Begitu... ya, perkenalkan... namaku... Naruto..." Naruto bersuara dengan senyum diwajahnya, mengabaikan fakta bahwa gadis didepannya tengah menangis.
Sebuah tangan terulur didepan muka dari seorang gadis yang memiliki surai pirang panjang yang terurai.
"Gabriel..." Sang gadis pun ikut tersenyum, tak mampu menahan gejolak kebahagiaan dihatinya.
Kini, kedua tangan telah bersatu, mencoba mengikat kembali rajutan takdir yang sempat terhapus, tanpa mengindahkan diri yang tengah terguyur tetesan air...
One Who Shines On All
Desclaimer :
Bukan Punya Saya.
Tapi, One Who Shines On All punya Saya.
Summary :
Dirinya hanyalah seorang eksistensi yang pernah ada, namun telah dilupakan. Bahkan dirinya sendiri telah melupakan siapa sejatinya dirinya. Malaikat, Iblis, ataupun Manusia. Tak ada satupun yang dapat mendefinisikan siapakah sejatinya dirinya. Ataukah dirinya memang bukan salah satu dari mereka? Atau mungkin sebaliknya?
Warning :
Segala kekurangan ada disini.
Tolong Bimbingannya, soalnya ini First FanFiction buatan saya \(^ ^'')
Pair ?
Naruto X ... (Ada saran?)
Sasuke X ... (Ada saran?)
No Harem... Tapi, mungkin sih, tapi sebatas mini harem...
Itu pun mungkin...
Arc I : The Promise
Chapter 1 : An End to the Ordinary
Seorang pemuda dengan surai pirang emas berdiri dengan tegap dan kokoh, mata biru sapphirenya memantulkan bayangan dari sebuah sekolah swasta ternama di kuoh. Kuoh Akademi, adalah nama yang disebut-sebut oleh masyarakat sekitar, tatkala menyebutkan nama sekolah itu. Para pasang mata tak luput walau hanya barang sebentar untuk menatap pemuda itu, wajahnya yang asing memiliki nilai atraktif tersendiri untuk diketahui oleh masyarakat sekolah. 'Siapa pemuda itu' adalah yang terlintas dalam benak semua orang, ketika kaki pemuda itu mulai membuat sebuah langkah memasuki sekolah swasta ternama di Kuoh tersebut.
'Jadi... inikah, sekolah Kuoh?' Pikir pemuda itu, sembari mendireksikan mata birunya kesegala arah, mencoba mengorek setiap detil dari informasi yang mungkin dapat diperoleh dirinya ketika menatap wilayah yang untuk pertama kalinya dirinya masuki. Namun, dipandangan orang lain, tingkahnya yang celingak-celinguk... bagaikan orang aneh yang sedang melakukan tindakan-tindakan yang aneh, tentu hal ini menimbulkan sebagian siswa untuk mengeluarkan gelak tawa yang terdengar cukup keras. Pemuda ini menyadarinya, namun apalah daya, dia memang masih baru disini.
Menyadari keadaan mulai sedikit tidak bagus, seorang siswi perempuan berkacamata dengan tubuh yang cukup, er... pendek, disertai dengan surai hitamnya yang memiliki model bob, berusaha untuk menjangkau pemuda pirang itu sedekat mungkin dengan melakukan beberapa langkah kecil kehadapan pemuda itu, ketika dirinya sudah merasa dirinya dan suaranya dapat menjangkau baik penglihatan maupun pendengaran pemuda pirang itu, mulutnya mulai terbuka untuk mengeluarkan beberapa patah kata, yang dirinya pikir dapat sedikit membantu kebingungan yang melanda pemuda itu "Selamat pagi... pemuda-san... apakah anda murid baru disini?".
'Ah, syukurlah... akhirnya ada yang datang untuk menolongku... terima kasih, Kami-sama!' Pikir pemuda itu girang, dirinya sangat bersyukur karena tidak lama lagi, kepentingan dirinya akan terpenuhi, yaitu menuju ruang kepala sekolah. Pemuda itu mendireksikan mata sapphirenya pada mata hitam dibalik kaca mata, mata bertemu mata, saling memantulkan bayangan satu sama lain, kemudian tersenyum sembari berkata "Ah, perkenalkan namaku... Naruto, Naruto Hyoudou... diriku baru pindah ke sekolah ini kemarin, jadi untuk saat ini aku sedang mencari ruang kepala sekolah saat ini... mohon bantuannya, er..." Ucapan Naruto terhenti, dirinya tak tahu sedang berbicara dengan siapakah gerangan sosok gadis dihadapannya kali ini?
"Sona, Sona Shitori... Ah, kebetulan kalau begitu, Naruto-san... aku adalah ketua OSIS disekolah ini... sudah kewajiban bagiku untuk mengantarkan siswa baru ke ruang kepala sekolah, mari kuantarkan..." Senyum dikembalikan oleh gadis yang mengakui dirinya sebagai Sona Shitori, bibirnya terus mengucapkan kata-kata dengan suatu keramahan yang ditujukan pemuda pirang dihadapannya kepada dirinya.
"Ah, maaf sudah merepotkan..." Pemuda pirang yang memanggil dirinya sendiri sebagai Naruto Hyoudou, segera membungkukan sedikit badannya pada gadis didepannya.
"Tidak apa-apa, ini sudah merupakan kewajiban seorang ketua OSIS, jadi ayo... sebentar lagi, bel jam pelajaran pertama akan berbunyi..." Ucap Gadis itu, sembari memutarkan tubuhnya untuk menghadap kebelakang.
Naruto, pemuda beriris Sapphire. Segera melangkahkan kakinya mengikuti gadis itu, lalu ke sisi kanan gadis itu, mengikuti irama langkah kaki dari gadis bermata empat. Hening, terjadi sangat lama keheningan diantara mereka, tak ada satupun yang angkat suara. Sang gadis memang dari pembawaannya, adalah seorang yang tenang dan tak banyak bersuara, sedangkan sang pemuda saat ini sedang gugup, dikarenakan belum sesuainya dirinya dengan lingkungan barunya. Namun, keheningan mulai pecah, ditandai dengan bibir mungil gadis bermata empat itu mulai terbuka.
"Naruto-san, kan? Apakah Naruto-san memiliki hubungan keluarga dengan Issei-san?" Gadis itu menoleh kekanan, menatap pemuda yang sedari tadi terdiam itu dengan mata datarnya.
"Ah, ya... dia adalah adikku... maaf kalau dia menimbulkan banyak masalah..." Naruto tertunduk lemas, si mesum Issei sudah pasti akan menjadi magnet masalah dengan kemesumannya yang sudah berada pada taraf yang diluar logika.
"Kuharap, dirimu tak semesum adikmu..." Jari mungil gadis bernama Sona mulai membetulkan posisi kacamata yang sedikit melorot dari hidungnya, hidungnya mancung, tapi kenapa bisa melorot... hal ini masih menjadi sebuah misteri...
"Hahahaha... sepertinya tingkahnya sudah kelewat batas ya? Hahahaha..." Ucap Naruto sembari menggaruk bagian belakang kepalanya yang sama sekali tak merasa gatal.
Sekali lagi, keheningan terjadi diantara keduanya.
"Hm... Naruto-san?" Tiba-tiba gadis berkacamata itu mengeluarkan suara.
"Ada apa, Kaichou?" Balas Naruto dengan matanya yang menatap ketua OSIS itu dengan pandangan bingung.
"Kalian bersaudara, kan?" Kata gadis berkacamata itu, untuk memastikan.
"Maksudmu aku dan Issei? Tentu saja" Naruto sedikit memiringkan kepalanya, sedikit tak mengerti apakah arah dari pembicaraan ini.
"Kalau begitu, kenapa kalian berbeda sekolah... lagipula, kenapa warna rambut dan mata milik kalian berbeda?" Ya, inilah yang membuat sang Kaichou yang terkenal akan kecerdasanya dibuat pusing tujuh keliling. Sejauh yang dia ketahui, kedua orang tua Issei, tidak memiliki ciri-ciri fisik yang menunjukan kemiripan dengan Naruto. Menurut pelajaran Biologi pada materi kelas IX SMP, tentang teori pewarisan gen, dijelaskan bahwa pewaris sifat gen memiliki sifat-sifat gen yang diturunkan oleh induknya.
"Entahlah..." Naruto juga merasa kebingungan, kenapa hal seperti ini bisa terjadi. Tapi "Masa bodo"lah dengan hal itu, tepat seperti dengan yang terjadi sekarang, dia seakan tak acuh.
Beberapa perbincangan kecil dan tak berguna mengisi perjalanan Naruto Hyoudou dan Sona Shitori menuju ruangan kepala sekolah, demi untuk menghindari keheningan akibat rasa canggung mereka, yang sempat terjadi beberapa waktu lalu. Hingga akhirnya, mata mereka menatap sebuah pintu dengan tulisan yang tertera di depan pintu itu, yang jika dilihat dengan lebih teliti akan tertera kata-kata yang berisikan "Ruang Kepala Sekolah".
"Baiklah, Naruto-san... sepertinya urusanku disini sudah selesai, karena bel sudah dekat waktunya... aku harus segera kekelas..." Sona, atau yang lebih sering dipanggil dengan title yang diperolehnya setelah menjadi ketua OSIS di Kuoh Akademi, yaitu Kaichou. Dirinya mulai berbalik punggung, untuk segera menuju ke tempat dimana dirinya bernaung menimba ilmu, selama satu tahun kedepan.
"Ah, ya... maaf sudah merepotkan, dan terima kasih atas bantuannya..." Naruto membungkukan tubuhnya menghadap kegadis itu, yang mulai mencoba untuk berjalan menjauh.
Gadis bermata empat itu kembali menghadap kebelakang, tatkala dirinya merasa dirinya dipanggil "Tidak-tidak...ini memang sudah kewajibanku untuk membantu... jadi, kalau begitu... sampai bertemu lagi, Naruto-san" Kembali, gadis itu membalikan punggungnya, dan segera menuju kelasnya.
'Huh... jadi, bagaimana bilangnya ya... apakah begini saja? mengetuk pintu lalu mengucapkan, 'Saya anak pindahan dari sekolah blablabla, saya disini ingin mengurus dokumen perpindahan dan ya... hal-hal yang menyangkut perpindahan kesiswaan dan lain-lain. Yah... kurasa akan berjalan dengan baik' Pikir Naruto, yang mencoba untuk mempersiapkan apa saja yang perlu dilakukan oleh dirinya, tatkala nanti masuk keruang kepala sekolah.
.
One Who Shines On All
.
"Perkenalkan, namaku... Naruto, Naruto Hyoudou" Ucap Naruto yang kini tengah berada di depan sebuah kelas, yang dengan sangat kebetulan sekali, merupakan kelas adiknya.
Ya, hal yang sudah pasti terjadi adalah sebuah keheningan, tak ada yang mampu terbangun dan bangkit dari sebuah rasa keterkejutan yang melanda semua yang hadir dalam ruangan. Semua pasang mata yang menatap kemilau biru sapphire indah itu melebar, "Shock Berat" adalah beberapa kata yang mungkin dapat melukiskan yang terjadi pada semua orang yang berada diruangan
'Hyoudou...' Itulah yang terpikir dalam benak semua orang yang berada di ruangan.
Pemuda empu dari surai coklat, serta iris coklat dengan warna yang cukup terang, segera melebarkan matanya. Terkejut. Ya, itulah yang sedang dialami pemuda kelahiran keluarga Hyoudou ini. Batinnya segera meneriakkan kekesalan yang bergemuruh dalam hatinya 'Ah, sialan... dia kembali, impianku untuk menjadi raja harem akan kandas ditengah jalan...'. Ah, sangat membuang-buang waktu... perkataan yang tak penting... Ugh, lupakan!
Sang Sensei, yang berada didepan kelas, juga yang untuk pertama kalinya tersadar dari keterkejutan, mencoba untuk memecah kesunyian akibat rasa terkejut.
"Ano... Naruto Hyoudou, 'kan? Apakah kamu memiliki hubungan saudara dengan Issei Hyoudou?" Mata sang Sensei terus menatap kemata sapphire pemuda itu, tak luput walau satu jengkal pun, mencoba untuk menangkap apakah ada atau tidaknya kebohongan yang tersirat didalamnya.
"Hm... ya, kurang lebih begitu, 'kan Otoutou?" Naruto yang posisi tubuhnya tengah menghadap kearah Sensei, menolehkan kepalanya kearah tubuh dengan kepala coklat.
"Ah, ya... aku adalah adik dari Nii-san..." Ucap Issei dengan terkejut, tak pernah terlintas dalam benaknya untuk sang kakak memanggil dirinya.
'Apakah, kemesuman mereka sama? Padahal dia cukup tampan...' Batin para Siswi... Ah, lupakan!
"Kalau begitu, silahkan duduk disamping Issei-san" Ucap sang Sensei.
.
One Who Shines On All
.
"Hey, kau... apakah kau benar-benar kakaknya Issei?" Ucap Pemuda pelontos.
"Ya..." Ucap Naruto yang memutar matanya dengan bosan. Bagaimana tidak? kedua makhluk ini, sedari tadi terus-menerus mengatakan tentang Oppai, Pantsu, dan hal-hal yang menjurus ke hal-hal berbau 18+.
"Kenapa kau tidak semesum dia? Kau tau, kau itu... yah, cukup tampan..." Pemuda bermata empat, yang sedari tadi terdiam, mulai angkat suara.
"Jadi, kenapa? apakah kau semacam makhluk dengan kelainan "Yaoi"? maaf aku masih normal!" Balas Naruto datar.
"Bukan begitu, SIALAN! Aku juga masih menyukai Oppai! Maksudku, dengan modal wajahmu, kau bisa menjadi RAJA HAREM!" Sang kacamata, mengalami luapan emosi ketika mendengar kata "Yaoi".
"Ah, aku tak tertarik..." Ucap Naruto yang mulai mengemas peralatan sekolahnya yang berserakan dimejanya, lalu memasukannya kedalam tas.
"Oi kau mau kemana?" Pemuda bermata empat yang melihatnya, secara spontan menanyakan hal apa yang sedang dilakukan oleh pemuda yang berada dihadapannya.
"Pulang, bukankah sekarang memang sudah saatnya pulang?" Naruto sedikit memiringkan kepalanya, bingung dengan pola pikir dari dua makhluk yang berada dihadapannya.
"Ah, ya benar juga... oh iya, Issei!" Sang kepala dengan bentuk yang menyerupai cangkang telur mengarahkan direksi pandangannya pada sang pemuda coklat, yang sedari tadi hanya mampu menutup mulut, dengan mata yang terus menatap perdebatan nista yang terjadi diantara dua temannya dengan kakaknya.
"Eh!? Apa?" Issei yang segera tersadar dari lamunannya, segera merespon cepat apa yang diutarakan temannya.
"Jadi bagaimana? apakah kau jadi nonton DVD baruku?" Senyum mesum yang disertai dengan dengusan udara dengan keras yang disertai oleh asap segera keluar dari masing-masing hidung kembang-kempis, milik pemuda yang masing-masing bernama Issei, Matsuda serta Motohama.
"Ah, ya! Tentu saja!" Secara spontan, ketiga tangan milik ketiganya segera berdiri tegak menjulang menghadap langit.
"Naruto-san/Nii-san, kau ikut tidak?" Ucap Ketiganya.
"Ah, maaf... kurasa aku akan sibuk, kau tahu... aku baru pindah kesini, jadi aku harus mengurus barang-barang milikku..." Naruto mendesah pelan, pasrah dengan keadaan yang menghimpitnya. Jujur, dia sangat merasa malas untuk melakukan beres-beres.
"Oh, iya! Nii-san, kau tidak tinggal dirumah?" Tanya Issei dengan tanda tanya besar yang tiba-tiba menghiasi kepala miliknya.
"Ya, aku sudah bilang pada Tou-san dan Ka-san, kalau aku mau hidup mandiri... biar lebih dewasa gitu, ya... biar keren... hahahaha" Ucap Naruto sembari menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal, lalu melepaskan tawa kecil diakhir kalimat yang terucap disela-sela bibirnya.
"Ah, baiklah... terserah kau sajalah... ayo pulang..." Seru Issei.
"Eh, pulangnya barengan? Jalannya kebetulan sama ya?" Tanya Naruto pelan.
"Ya, jalannya sama... jadi pulangnya barengan..." Ucap si kepala pelontos.
"Oh, iya... Issei, besok kau ada kencan, kan? Dengan pacarmu itu, si Yuuma itu?" Bersamaan dengan langkah pertama yang diambil keempatnya, sang kacamata membuka perbincangan kembali.
"Ah, iya! Sialan kau Issei! Bagaimana mungkin gadis secantik dia bisa jadi pacarmu!" Sang Pelontos tiba-tiba megap-megap untuk mengeluarkan emosi yang tiba-tiba meluap dalam dirinya.
"Apa? Kau serius? Issei? Punya pacar?" Tanya Naruto yang mengalami keadaan terkejut yang sangat besar, dapat terlihat dengan jelas dimatanya.
.
One Who Shines On All
.
Naruto yang telah berpisah dengan adiknya dan kedua temannya, terus melakukan kegiatan yang sedari tadi dilakukannya, berjalan kaki. Dirinya memutuskan untuk menghabiskan sisa hari yang dimilikinya dengan berjalan-jalan mengelilingi kota Kuoh, yah dia memang pernah tinggal disana, tapi sudah lama dirinya tak berada disini, otaknya yang cukup pintar dapat mengerti jika ada banyaknya perubahan yang terjadi dikota. Tapi, apakah dirinya berjalan-jalan tanpa tujuan belaka? Tentu tidak. Dirinya berjalan di sekitar kota Kuoh, untuk mencari sebuah tempat yang mungkin dapat menerimanya sebagai part-timer. Kenapa Naruto mencari pekerjaan part-time? Bukankah sudah jelas? Naruto saat ini sedang mencoba untuk hidup mandiri, tanpa menggunakan uang orang tuanya. Setelah lama berkeliling, mata sapphire itu memantulkan sebuah bayangan dari arah direksi dimana sebuah kedai ramen berada. Ramen Ichiraku, adalah nama yang tertulis dengan gagahnya disana. Tak ingin menunggu dengan lama, pemuda itu segera bergegas masuk kedalam kedai ramen tersebut.
"Ah, permisi..." ucap Naruto yang sedikit kurang percaya diri.
Tentu, perkataan dari seorang pemuda dengan kelahiran marga Hyoudou ini mendapat sambutan yang berupa perhatian yang diberikan oleh seorang pria paruh baya.
"Hm... ada apa nak?" ucap pria paruh baya itu, sebuah senyuman hangat terpancar dari sela-sela keriput yang telah bersarang diwajah tuanya.
"Be-begini paman... apakah kedai ramen Ichiraku, ini... menerima part-timer SMA?" Ucap Naruto yang langsung menuju inti dari alasan kenapa dirinya datang ke kedai itu.
"Ah, kebetulan... putriku sedang sakit, jadi kupikir kamu akan banyak membantu..." Senyum tak lepas dari wajah keriput itu.
"Te-terima kasih, paman... ah, kalau boleh tahu, kapan aku mulai bekerja disini?" Tanya Naruto dengan perasaan senang yang meledak dihatinya.
"Mulai besok, kau sudah bisa bekerja disini... Oh, dan satu lagi... Namaku, Teuchi" Respon cepat sang pemilik kedai.
"Ah, ma-maaf belum memperkenalkan diri... Namaku... Naruto, Naruto Hyoudou..." Naruto sedikit membungkukan badannya, merasa sedikit canggung dengan sikap tak sopan yang sudah diperbuat olehnya.
"Tidak, apa-apa..." Pria paruh baya itu, atau yang telah mengklaim dirinya sebagai Teuchi, mengibaskan tangannya sembari tersenyum, ketika melihat tingkah pemuda yang berada dihadapannya "Ah, sepertinya hari sudah mulai gelap... Jadi, sebaiknya kau pulang dulu, nak..." Sambungnya ketika matanya menatap direksi dimana langit berbintang telah menunjukan eksistensinya.
.
One Who Shines On All
.
Hari dimana Issei berkencan dengan wanitanya, bertepatan dengan hari pertama pemuda pirang bermarga Hyoudou itu mulai bekerja Part-time. Naruto, yang saat ini sedang menikmati pekerjaan barunya, harus dikejutkan dengan sebuah kunjungan tak terduga dari pasangan yang sedang kasmaran. Coklat dan Hitam. Adalah kedua surai yang dimiliki oleh kedua insan yang tengah memadu kasih, yang tepat berada pada pintu masuk keda tersebut. Mata biru sapphire dan mata light brown, saling menatap, memantulkan masing-masing bayangan yang berada dihadapan. Terkejut, adalah hal yang wajar untuk dapat dirasakan ketika hal seperti ini terjadi.
"Oi, Issei... dia pacarmu itu?" Tanya Naruto dengan tatapan penuh selidik, ketika menatap kedua muda-mudi yang berada dihadapannya.
Tampak dengan jelas, raut wajah kebingungan dari sang pemilik surai hitam, bibir merah ranumnya mencoba untuk mengutarakan apa yang otaknya pikirkan. Namun, tak dapat tatkala pemuda yang berada disampingnya, telah terlebih dahulu membuka suara.
"Ah, ya... begitulah Nii-san! Dia, cantik 'kan?" Ucap Issei dengan senyum penuh kemenangan.
Gadis yang berada disampingnya, hanya dapat bersemu merah, ketika mendengar perkataan seperti itu dengan langsung dihadapannya.
"Ya, kurasa begitu... Kalau, begitu selamat ya, Issei!" ucap Naruto senang sembari tersenyum serta mengacungkan jari jempolnya.
"Ya, terima kasih... Nii-san" Balas Issei yang juga tersenyum.
Mereka bertiga, terus menerus berbincang-bincang untuk beberapa hal yang mungkin terkesan tak penting(?), tepat sebelum sebuah suara menginterupsi kegiatan yang mereka lakukan.
"Pelayan..."
Naruto segera bergegas kesana, karena memang sudah menjadi kewajiban baginya untuk melayani tamu yang berada disana.
.
One Who Shines On All
.
Naruto, nama dari seorang pemuda pirang dengan mata yang beriris sapphire, serta nama marga Hyoudou yang melekat pada dirinya. Segera setelah selesai dari pekerjaan part-time, dirinya segera bergegas menuju kemana rumahnya berada. Berjalan kaki, sembari menikmati keindahan alam yang disajikan oleh Kami-sama, untuk semua makhluk ciptaannya yang berada dibumi. Iris sapphire miliknya, tak hentinya memandang dunia dengan tatapan yang polos, bagai sebuah bayi yang baru menatap dimana dunia dimana dirinya akan mulai menginjakan kakinya. Dirinya bukanlah sosok yang haus akan hal-hal yang duniawi, dirinya hanyalah figur yang menginginkan sebuah kedamaian serta ketenangan...
Ya, tepat seperti dengan hal yang saat ini sedang dialaminya...
Kenikmatan dunia...
Ya, mungkin inilah satu-satunya yang dapat didefinisikan oleh otaknya, dengan segala hal yang saat ini sedang dinikmati oleh dirinya. Keindahan dunia, beserta dengan segala macam yang bernaung di dalamnya, adalah hal yang dapat menenangkan diri pemuda ini. Bahkan dirinya dapat menghabiskan berjam-jam waktu, hanya dengan menatap sebuah rumput kecil yang berada di tengah-tengah lapangan sekolah. Semuanya membuat segala waktu panjang yang dilaluinya, bagaikan sebuah angin lalu, persis seperti teori relativitas yang dikemukakan oleh Einstein.
Sayang, momen berharga baginya itu, terpecahkan oleh matanya yang menangkap gambaran sepasang muda-mudi yang tengah duduk bersama di kursi taman, surai coklat dan hitam, ketika dia dalam perjalanan pulang setelah selesai bekerja.
'Tunggu, coklat dan hitam? Issei dan pacar barunya? Bukankah sekarang sudah larut malam? Apa yang akan dilakukan sibodoh itu?' Pikir Naruto, walau bagaimanapun, issei tetaplah adiknya, tentu ia akan khawatir.
Sementara itu, sepasang kekasih itu sedang berbincang-bincang sebentar, sebelum terjadinya keheningan yang ditimbulkan oleh perkataan sang gadis.
"Issei-kun, maukah kau... mati untukku?" Ucap gadis itu.
Bersamaan dengan perkataan itu, tekanan atmosfer menjadi berat, langit menjadi merah layaknya darah, serta pakaian gadis itu berubah menjadi sebuah pakaian yang kekurangan bahan (?), dan jangan lupakan sepasang sayap gagak dipunggung gadis itu.
Gadis itu melemparkan senyuman manis kepada issei, sembari tangannya mengumpulkan inti cahaya yang membentuk sebuah tombak.
Tombak itu dengan cepat melesat kearah pemuda coklat itu, tak mengindahkan pandangan pemuda itu yang tengah terkejut, bahkan pemuda itu tak sempat bereaksi secara fisik, karena... pikirannya menjurus kehal-hal yang berbau—lupakan saja!
"Mati..."
Mau tak mau, Naruto harus melebarkan matanya tatkala menatap kedepan, yang menyajikan tontonan yang tak pernah ia bayangkan seumur hidupnya...
Adiknya tewas...
Perlahan namun pasti, sesosok gadis bersayap gagak mulai merubah direksi pandangan matanya, tepat kearah dimana dirinya kini sedang bersembunyi.
Mata Naruto melebar serta bergetar, gagak itu kini tengah tersenyum kearahnya, tak mau ikut meregang nyawa, dirinya secara tak sadar mulai melarikan dirinya dari sana. Satu hal yang pasti, pemuda pirang itu saat ini tengah berlari menuju dimana rumahnya saat ini berada.
Ironisnya, ia bahkan tak peduli pada adiknya yang tengah terbujur kaku...
Namun, bagai elang yang telah membidik target, gadis gagak itu mengejar pemuda pirang ini, tak peduli sejauh apa kakinya melangkah, gadis itu kini tengah terbang mengejarnya seraya tangannya yang menjinjing sebuah tombak yang sama, yang juga menembus kulit adiknya...
Naruto, yang saat ini sudah berada didalam rumahnya, segera membuka pintu, lalu segera bergegas masuk kedalam. Berharap sang pemangsa tak lagi akan mengejar dirinya... Ya, itulah yang terpikirkan oleh otak pemuda itu...
Sungguh Naif!
"Okaeri..." Tiba-tiba terdengar dari balik pintu.
Deg.
Jantung pemuda itu berdegup dengan amat kencang, situasi yang sangat membuatnya tertekan segera membuat nafasnya menjadi cepat, pikirannya tak lagi jernih 'Suara itu... tidak mungkin!' Batin Naruto menjerit kencang.
"Ba-bagai-ma-mana... k-ka-kau bisa... ta-tahu rumahku?" Tanya Naruto terbata, lidahnya kelu walau hanya untuk berujar satu kata. Wajahnya memucat, tanda ia sedang ketakutan.
"Bukankah kau tadi memberitahukannya saat di kedai ramen? Benar kan, Nii-san?" Respon gadis gagak itu sembari sedikit bermain-main dengan putra tertua dari keluarga Hyoudou.
Merasa yakin bahwa targetnya telah masuk kearea serangannya, gadis gagak itu melempar tombak cahaya itu, sama seperti yang dilakukannya pada Issei...
Crash...
Tombak itu, kini telah bersarang di tubuh pemuda yang malang itu, jutaan kupu-kupu bersayap kaca terbang memasuki luka, mengaduk perut si pirang. Kakinya tak mampu untuk membantunya berdiri, matanya di paksa untuk terpejam, memaksanya hanya dapat menerima pilihan untuk menikmati aliran rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya...
Tubuh milik pemuda pirang itu terjatuh, cahaya yang terpantul dalam iris sapphire itu meredup, tak menyisakan walau hanya seberkas cahaya. Mata sapphire itu hanya dapat menatap warna merah, tenggelam dalam kolam crimson dengan bau besi yang berkarat, selayaknya planet mars yang merah sebagai akibat besi-besi berkarat akibat proses oksidasi.
Akhirnya, mata itu terpejam, dalam buaian remang-remang cahaya rembulan yang menusuk tiap-tiap celah awan yang terbuka, hanya menyisakan warna merah pada hal terakhir yang tertangkap pada mata itu.
"Kheh... Tak kusangka, bahwa kau akan mati pada usia ini, bahkan pada saat kau masih perjaka... Menyedihkan..."
T.B.C
.
.
Maaf kalo masih jelek...
.
.
Jangan lupa Fav, Foll dan review ya \(^o^)/
.
.
Next : Shining One
