~ To Catch You All Day ~
Shingeki no Kyojin (c) Hajime Isayama
To Catch You All Day (c) Yuki Utari
Rated : T
Genre : Romance, a little humor
Warning : Typo(s), Shounen-ai/BL, AU, OOC (mungkin ._.)
Pairing : Eren x Rivaille / Rivaille x Eren
Enjoy~
.
.
Oo..oO
.
.
Chapter 1 — What's Your Favorite?
.
"Hoaaaammm~~" Eren Jaeger menguap lebar-lebar. Kedua tangannya terangkat ke atas. Ia regangkan tubuhnya yang terasa kaku karena terlalu lama duduk di kelasnya yang mulai sepi.
Sial memang. Di saat liburan musim panasnya hanya tinggal dua minggu lagi, ia harus dihukum seperti ini. Mengikuti pelajaran tambahan hanya karena nilainya yang dibawah rata-rata.
Dan sekarang, Irvin Smith—sang guru tercinta, yang membuat ia bernasib naas seperti ini—malah tak kunjung datang.
"Kemana dia?! Sudah setengah jam aku menunggu di sini! GAAH!" teriak Eren sebal sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Sungguh, ia tidak sabar sekarang.
Karena tidak ada kerjaan sekarang, yang bisa bocah bermata hijau itu lakukan hanya melongok ke luar jendela dan memperhatikan teman-temannya satu persatu meninggalkan sekolah. Meninggalkan dirinya. Hiks. Menyebalkan.
"Lihat saja! Jika kuhitung sampai lima dan kau tidak muncul juga aku akan melakukan sesuatu!" ancam Eren sambil menghentakkan kakinya kesal.
Satu—Eren memanyunkan bibirnya. Nggak nongol juga si Irvin.
Dua—Giginya semakin bergemeletuk karena amarah. Hei, siapa yang murid siapa yang guru di sini, nak.
Tiga—What the—Kemana orang ini?!
Empat—Eren berdiri dari kursinya dengan kasar lalu berjalan mondar-mandiri layaknya seterikaan.
Lima—DOR! Habis sudah kesabaran Eren!
Dengan langkah panjang lebar, Eren mengarahkan kakinya keluar dari kelas.
.
.
Inikah yang kau maksud 'lihat saja', Eren? Kabur dari pelajaran tambahan si sangar Irvin?
.
.
DUAK!
Belum sampai lima menit kemudian, pintu kelas dibanting kencang. Siapa lagi pelakunya kalau bukan si Jaeger. Ternyata ia memutuskan untuk kembali—
—Errr… Bersama seember air?
"Lihat ini, sensei! Lihat!"
Dengan menaiki meja, Eren—ditambah seringaian titannya—menaruh ember berisi air itu di atas pintu yang sedikit terbuka. Oho, kau mau memasang jebakan rupanya, heh?
"Yak, beres!" seru Eren senang sambil menepukkan kedua tangannya, bertanda selesai sudah persiapannya. Dasar murid kurang ajar…
.
TAP… TAP…
.
Mendengar langkah kaki yang kian mendekat, Eren langsung ngacir ke tempat duduknya lalu mengalihkan wajahnya ke arah jendela dan berusaha menahan dirinya untuk tidak tertawa.
Olala~ benar dugaannya! Langkah kaki itu berhenti di depan kelas Eren. Eren semakin susah untuk membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan tawa membahana. Cari mati dia emang.
.
Krieet... JBYUR!
.
"Yes, kena!" Eren langsung menoleh senang—ah, bukan... BAHAGIA! Ia pandangi korban keisengannya yang sekarang kepalanya sukses masuk ke dalam ember.
Dan mata Eren pun tak kuasa untuk tidak terbelalak menyeramkan.
Sudah kukatakan tadi 'kan? Cari mati dia emang.
.
.
"HEE?! RIVAILLE-SENPAI?!"
.
.
.
.
Sepi. Eren menundukan kepalanya. Tangannya bergerak gelisah, mencoba mencari kunci lokernya yang entah ada di mana. Ah, ya, sekaligus berdoa agar dirinya tidak berakhir di tangan Rivaille.
"Lama sekali kau!" si korban salah-target sudah melipat tangannya di depan dada dan menatap garang Eren.
"S-sumimasen… A-aku lupa menaruh kuncinya di mana," aku bocah berambut coklat tua itu sambil menggaruk tengkuknya.
"Dasar bodoh! Cepat cari! Kau mau aku mati kedinginan hah?!"
"I-iya." Eren langsung menggeledah isi tasnya dengan mengeluarkan semua barang-barangnya ke lantai. Rivaille sedikit berjengit jijik saat melihat isi tas yang sudah kucel dan berantakan sana-sini.
"Ah, ini dia!" jerit Eren kegirangan. Oh, kau masih bisa girang dengan adanya aura gelap di belakangmu itu? Hebat.
"Sudah, cepat buka! Aku mau ganti baju!"
Tanpa disuruh dua kali lagi—okelah, Eren masih sayang nyawa—si bocah membuka lokernya. Tangannya menjelajahi setiap sudut loker yang tak kalah berantakan dengan tasnya lalu menarik kaos berwarna hitam miliknya.
"I-ini kaosnya, Rivaille-senpai."
Dengan kasar, Rivaille langsung menyambar kaos yang disodorkan kouhai-nya (yang kurang ajar) itu. Dan tanpa bicara apa-apa lagi, si raven melepas kemejanya dan segera berganti baju.
Eren menatap Rivaille dengan tatapan cengo super dongo. Gulp! Ternyata dibalik tubuh pendek Rivaille tersimpan otot-otot yang terbentuk indah. Apa karate juga bisa membentuk tubuhnya seperti itu? Si Eren malah mengkhayal sambil senyam-senyum sendiri.
"Kenapa kau?!" tanya Rivaille akhirnya karena jengah ditatap terus-menerus oleh Eren.
"N-nande mo nai, senpai… ehehe…" elak Eren yang langsung mengalihkan wajahnya ke sisi lain.
Ngek! Salah kalau Eren menoleh. Di seberang mereka, Reinner Braun—anak dari kelas sebelah—sedang berganti pakaian juga dan—WOW! Itu lebih-lebih daripada si pendek!
Sepertinya, ruang ganti klub karate akan menjadi surga bagi Eren... Hei, aku curiga kau ini sebenarnya perempuan, Eren... *Author langsung kabur*
"ITAAAIII!" Eren menjerit seriosa karena tiba-tiba Rivaille menjambak rambutnya dari belakang. "Na-naze, senpaaii?"
"Kau tertarik pada lelaki ya, Jaeger?"
Blush~ Muka pedo Eren berubah warna—jadi merah padam. "M-mana mungkin! HAHAHA… Itu tidak mungkin terjadi!" jawab si bocah sambil tertawa maksa.
Rivaille memutar bola matanya. Eren bego. Mana mungkin Rivaille bisa tertipu kalau kau memucat dan merona secara bersamaan seperti itu, Eren.
"Hh. Baguslah kalau begitu," dengus Rivaille tidak terlalu peduli. Ia langsung pergi ke lokernya sendiri—tidak jauh dari loker Eren—untuk mengambil tas-nya yang lain.
Begitu pintu loker dibuka, wangi semerbak bunga sakura menguar-nguar keluar. Udara di dalam ruang ganti yang menyengat dan mematikan itu seketika menghilang ditelan aroma sakura. Entah apa yang dimasukkan Rivaille ke dalam lokernya yang serba bersih, wangi, dan teratur.
Eren yang melihat itu, secara bergantian menatap lokernya dan loker sang senpai. Ah, ia baru sadar. Lokernya itu lebih dari jorok, berantakan, acak-acakan, suram, sarang nyamuk, dan berbagai hal nista lainnya.
"Kagum kau heh, Jaeger?"
Eren hanya menganggukan kepalanya—antara sadar dan tidak sebenarnya. Rivaille sebetulnya ingin terkekeh, tersenyum penuh kemenangan—yah, pokoknya tertawa mengejek. Tapi, demi gengsinya yang kelewat gede, ia tahan di mukanya yang sedatar triplek.
"Ano… senpai—"
"Hm?" jawab Rivaille singkat. Ia sibuk merapihkan lagi lokernya. Entah apa lagi yang mesti dirapihkan.
"—Apa hobimu?"
Si muka datar menoleh heran. "Hah?"
"Apa hewan kesukaanmu? Makanan yang kau suka?—"
"Hei, hei…"
"—Pelajaran kesukaanmu? Orang yang kau suka? Tempat favoritmu?—" si Jaeger muda terus nyerocos seperti petasan. "Olahraga yang kau su—UAAAKH!"
Yup. Tendangan kramat Rivaille berhasil menghentikan pertanyaan Eren yang tak juga berhenti.
"Kenapa kau ini?"
Eren tersentak. Iya, ya… Ada apa dengan dirinya?
Eren menggaruk-garuk kepalanya—yang dapat dipastikan tidak berkutu atau berketombe sama sekali karena Rivaille berani 'menjamahnya' sebelumnya.
"Aku—Aku hanya ingin tahu tentang senpai lebih banyak lagi... Ehehe..." jawab Eren polos—bahkan lebih polos daripada kepala Connie yang plontos.
Rivaille terdiam. Kaget? Tentu saja! siapa yang tidak kaget tiba-tiba disodori jawaban seperti itu oleh seorang laki-laki? Dan terlebih lagi, seseorang itu si Eren Jaeger?
.
BAM!
.
Si Rivaille membanting lokernya keras dan segera melewati si kouhai tanpa bicara satu kata pun.
"EKH?! S-senpai?" Eren langsung memutar tubuhnya begitu Rivaille pergi dan mengabaikannya. "A-aku salah ngomong ya?"
Waduh nak, makanya berhenti memberi jawaban seambigu itu…
.
.
.
.
~ TBC ~
.
.
#Note Note Author#
.
Halo minna-san~ Saya yg biasanya nangkringin fandom ini cuma jadi reader, tiba-tiba ketimpa ide dari langit. Ya sudah, saya bikin fict gaje ini.
Semoga kalian suka fictnya ya…:3
Well, untuk yang menunggu chapter depan (semoga ada yg nunggu) kemungkinan update akan tertunda seminggu karna saya mesti ospek (hadoh, pusing saya). Mohon dimaklumi… (TAT)v
.
Nee, berminat me-review? Atau ada yg tahu jawaban dari pertanyaan2 Eren diatas khukhukhu~? XD
