TWO MOONS

Kwon Soonyoung as Kim Soonyoung

Xu Minghao / Choi Myungho

Choi Seungcheol as Myungho's Dad

Hong Jisoo as Myungho's Mom

Kim Mingyu as Soonyoung's Dad

Jeon Wonwoo as Soonyoung's Mom

Others

.

'Soonyoung dan Myungho itu sepasang kekasih yang kelewat imut. Tapi takdir Tuhan tidak mengizinkan mereka untuk bersama di dunia.'

SoonHao Couple Here! GS for Wonwoo and Jisoo! Slight! CheolSoo and Meanie

.

Short Twoshoot fanfiction

.

©Sour N Bitter 2016 Present

.

(™™™)

.

.

"Sayang! Soonyoung sudah menunggumu di depan!"

Myungho menggeliat pelan dan merapatkan selimutnya. Ia melirik jam beker yang ada di atas meja kecil di samping kasurnya. Menggerutu pelan dan kembali memejamkan matanya.

Ini hari Minggu asal kalian tahu. Semalam Myungho menghabiskan malam Minggunya dengan menonton film yang baru didownloadnya beberapa hari yang lalu. Sampai harus menolak ajakan kencan Soonyoung pula. Untungnya Soonyoung bisa dibohongi Myungho dengan alasan ingin menyelesaikan semua tugas yang diberikan dosen botak yang dibenci Myungho dan Soonyoung. Mereka kuliah dijurusan yang sama namun beda kelas. Dalam tidurnya Myungho bisa mendengar kalau pintu kamarnya terbuka.

Pasti Soonyoung. Tebak Myungho.

"Hei Putri Tidur.. Kau tidak ingin bangun dan menyambut Pangeran tampanmu ini?" tanya Soonyoung. "Atau kau mau kucium dulu agar cepat bangun?"

Myungho hanya diam. Berpura-pura kalau dirinya benar-benar tidur. Tapi Soonyoung tidak menyerah begitu saja. Pemuda itu sudah berada di atas Myungho yang masih saja memejamkan matanya. Pemuda berambut biru itu mendekatkan bibirnya dengan bibir Myungho. Semakin dekat. Kurang seinci lagi sampai Myungho mendorong Soonyoung hingga terjungkal dari kasurnya.

"Eomma! Soonyoung berbuat mesum padaku!" teriak Myungho sambil berlari keluar kamar.

Meninggalkan Soonyoung yang masih tersungkur di lantai.

.

.

Myungho mengerucutkan bibirnya sebal. Eomma dan Appanya malah membela Sonyoung yang sedang senyam-senyum tidak jelas di sampingnya. Padahal tadi Myungho berniat mengadukan perbuatan mesum Soonyoung di kamarnya tadi. Tapi mendengar Appa berlebihannya malah mengoloknya membuat Myungho melongo. Eommanya yang sebaik malaikat pun hanya terkekeh melihat suami tercintanya menggoda anak semata wayang mereka.

"Kau dan Soonyoung kan sudah 20 tahun. Coba saja hal yang lebih dari ciuman. Lagipula Appa tidak keberatan kalau Putri Tidur kesayangan Appa dan Eomma memberi kami cucu sekarang." begitu ucap Choi Seungcheol, Appa manis tercintanya.

"Lihatlah, MingMing-ah. Bahkan Abeonim menyuruh kita membuat cucu untuk mereka!" kata Soonyoung semangat yang diacungi jempol oleh Appa Myungho.

Inginnya sih Myungho mematahkan tulang-tulang kekasihnya itu. Tapi karena Appa dan Eommanya lebih menyayangi Soonyoung melebihi rasa sayang mereka pada Myungho, membuat pemuda dengan rainbow hair itu mengurungkan niatnya. Bisa-bisa Appa Choi 'Hip-Hop' Seungcheol kesayangan Myungho marah besar dan mencoreng namanya dari daftar keluarga Choi.

Tapi sesebal apapun Myungho pada Soonyoung, pemuda atlet matrial arts itu tetap mencintai Soonyoung apa adanya. Begitu juga dengan Soonyoung yang cinta mati dengan Baby MingMing kesayangan Daddy dan Mommynya.

.

.

"Hei, Mingming-ah." panggil Soonyoung pada Myungho yang sibuk dengan acara penguin cerdas di televisi.

"Hmm.." balas Myungho tanpa menatap kekasihnya.

"Pandang aku~"

"Malas."

Soonyoung cemberut. Myungho terkekeh dalam hati. Wajah masam Soonyoung sangat mirip dengan Mommy Jeon kesayangan Myungho. Ah, Myungho jadi merindukan ibu keduanya itu. Tapi dengan melihat Soonyoung cemberut begitu bisa mengurangi rasa rindu Myungho pada Mommy Jeon-nya. Pemuda itu meraih ponsel dan mengetikkan beberapa nomor. Membuat Soonyoung bertanya-tanya. Siapa yang dihubungi oleh kekasih polos seperti Jisoo Eomma kesayangan Soonyoung.

Tanpa pikir dua kali, Soonyoung merebut smartphone kekasih manisnya itu. Belum sampai orang yang ditelepon Myungho menjawab Soonyoung sudah seenak pusarnya marah-marah.

"Ya! Jangan mengganggu kekasihku lagi!"

Pip.

Myungho melongo melihatnya. Soonyoung bersungut-sungut sebal dan menyita ponsel milik kekasih manisnya yang masih saja melongo. Tiba-tiba smartphone Myungho berdering lagi. Dengan cepat Soonyoung menggeser layar ponsel itu dan menempelkannya ke telinga.

"Ya! Ke -"

"Kim Soonyoung! Berani-beraninya membentak Mommymu yang cantik ini!"

Pip.

Tamatlah riwayat Soonyoung di rumah nanti.

.

.

Soonyoung dan Myungho saat ini sedang bergandengan tangan. Mereka memutuskan untuk jalan-jalan ke taman di dekat rumah Myungho. Mereka sudah lama sekali tidak mengunjungi taman kecil itu. Soonyoung mengeratkan genggaman tangannya pada tangan kecil milik Myungho. Pemuda biru itu terkekeh saat melihat Mingaho menundukkan kepalanya karena malu.

"Hei, Putri Tidur. Pipimu manis sekali kalau malu seperti sekarang." goda Soonyoung.

"Dasar Pangeran Mimpi!"

"Karena mimpiku hanya satu. Mimpiku menjadi ayah dari anak-anak kita."

Duh, Myungho harus menyimpan obat diabetes setelah ini. Gombalan-gombalan Soonyoung terlalu manis hingga rasanya minum kopi pahit dan ditemani dengan gombalan Soonyoung sudahlah cukup. Sering memang Soonyoung menggombalinya. Di depan umum sekalipun. Tidak tahu malu.

"Eh, Putri Tidur. Kau mau tidak menjadi ibu dari anak-anak kita nanti?" tanya Soonyoung sambil menghentikan langkahnya dan berdiri di depan Myungho.

"Hah?"

"Tinggal jawab ya atau tidak saja, Putri Tidurku sayang."

"Atau."

"Serius kau tidak mau?"

Myungho menginjak kaki Soonyoung sekuat tenaga.

"Bodoh! Tentu saja mau!"

.

.

Soonyoung dan Myungho selalu berangkat kuliah bersama. Tentu saja karena Soonyoung yang memaksa walaupun ia tahu kalau kelas Myungho selalu dimulai pagi-pagi sekali dan kelas Soonyoung dimulai siang harinya. Myungho hanya geleng-geleng kepala saat tahu kekasih birunya itu terkantuk-kantuk di depan kelasnya saat menunggui Myungho selesai.

Seperti pagi ini. Kelas fisika Myungho dimulai 30 menit lebih awal. Dan entah tahu dari mana Soonyoung sudah ada di depan rumahnya dengan sepedanya. Bukan sepeda motor. Hanya sepeda biasa yang sudah sekian lama menemani perjalanan kisah cinta mereka berdua.

"Tahu dari mana?" tanya Myungho saat melihat Soonyoung sudah tersenyum lebar di depan pagar rumahnya.

"Entahlah. Kurasa instingku." Soonyoung tersenyum semakin lebar seperti biasanya. "Ayo! Nanti kau ketinggalan kalau kau tidak segera berangkat."

Myungho mengangguk dan naik keboncengan sepeda tua Soonyoung. Waktu itu Myungho pernah dengar kalau Daddy Kim akan membelikan Soonyoung sepeda baru tapi kekasihnya yang kelewat aktif itu menolak dan malah menasehati Daddynya untuk berhemat. Dan Myungho rasa dirinya tidak salah memilih Soonyoung sebagai kekasihnya.

.

.

Hubungan Myungho dan Soonyoung sudah terjalin sejak mereka mengenal satu sama lain sebagai teman dibangku Senior High School. Saat itu Myungho dipindahkan dari China ke Korea. Cukup sulit bagi Myungho untuk mendapatkan teman dengan cepat. Meskipun bahasa Koreanya lancar jaya, Myungho memiliki sifat pemalu yang membuatnya semakin sulit bersosialisasi. Mirip dengan Eommanya yang pemalu.

Yang pertama kali dikenal Myungho di sekolah adalah Soonyoung. Tentu saja. Karena yang menjadi teman sebangkunya saat itu adalah Soonyoung. Pemuda itu dulu berambut hitam dengan potongan rambut lucu. Dan Myungho tidak berkedip saat senyuman khas Soonyoung terlihat.

Sedangkan Soonyoung berdebar-debar saat Myungho yang malu-malu itu mengulurkan botol minum saat Soonyoung selesai bermain bola dengan teman-temannya. Lalu semuanya terjadi begitu saja. Soonyoung menyatakan perasaannya pada Myungho saat acara penerimaan siswa baru di Senior High School. Meneriakkan dengan lantang perasaannya pada Myungho yang saat itu mendapat hukuman dari kakak kelas. Mereka berdua langsung mendapatkan ucapan selamat dari teman seangkatan dan kakak kelas mereka.

.

.

"Kalau aku mendapat restu dari Abeonim untuk menikahimu, apakah kau bersedia menikah denganku?" tanya Soonyoung saat mereka sedang menikmati kue di cafe langganan mereka.

"Tanya pada Eomma dulu." jawab Myungho.

"Sepertinya Eomonim juga setuju."

Myungho mengerucutkan bibirnya. Tanpa menanggapi pertanyaan Soonyoung lebih lanjut. Soonyoung masih menunggu jawaban dari Myungho yang menyibukkan dirinya dengan kue yang sama dengan warna rambutnya.

"Jawab pertanyaanku, MingMing-ah."

Myungho masih memilih bungkam daripada menjawab pertanyaan Soonyoung yang kelewat berlebihan. Ia lebih memilih menghabiskan kuenya daripada harus meladeni pertanyaan Soonyoung. Soonyoung sendiri masih menunggu pemuda di depannya menjawab.

"Hei.. Kau mau menikah denganku tidak?" Soonyoung masih bersikeras menanyai Myungho dengan pertanyaan yang sama.

"Tugasmu sudah selesai?" tanya Myungho mengalihkan pembicaraan.

"Mau kah kau menikah denganku?"

.

.

Setelah mendapat telepon dari Jisoo Eomma kalau Myungho sakit, Soonyoung segera berlari menuju rumah Putri Tidurnya. Tidak peduli walaupun sedang hujan badai. Tidak peduli lagi dengan teriakan Mommynya untuk memakai payung. Tidak peduli dengan Daddynya yang menawarkan diri untuk mengantarnya.

Soonyoung pontang panting melawan hujan badai demi sampai ke rumah Myungho yang ada di ujung perumahan. Sampai di rumah Myungho dengan rambut biru dan bajunya yang basah kuyub, Soonyoung langsung menuju kamar Myungho.

"Myungho!"

Mata Soonyoung panas seketika saat melihat kekasih mungilnya menggigil di bawah selimut tebal. Appa Myungho menyampirkan handuk ke pundak Soonyoung dan mengusak rambut biru basah pemuda itu. Eomma Myungho masih mengompres kening Putri Tidurnya dan mengukur suhu tubuhnya.

"380 Celcius, Cheollie." kata Eomma Myungho.

"Kompres dulu, Sayang. Dokter tidak bisa datang malam ini." balas Appa Myungho. "Sebaiknya kau mandi dan ganti baju dulu, Soonyoung. Baru setelah itu temani Myungho."

Soonyoung mengangguk dan menerima pakaian Appa kesayangannya itu. Ia tidak boleh basah jika ingin menemani Putri Tidurnya.

.

.

Malam itu Soonyoung menunggui Myungho yang sedang demam tinggi. Memeluk kekasih kurusnya dengan erat. Seolah berharap panas tubuh Myungho berkurang. Appa dan Eomma Myungho mewanti-wanti Soonyoung untuk memanggil mereka jika keadaan Myungho semakin buruk. Pemuda itu mengangguk dan makin erat memeluk Myungho yang menggigil. Soonyoung mengecup kening Myungho sayang.

"Apa masih dingin, MingMing-ah?" tanya Soonyoung sambil menatap wajah pucat Myungho.

Myungho mengangguk dan makin mengeratkan pelukannya pada Soonyoung. Merasa lebih baik setelah suhu tubuh Soonyoung menyalur padanya. Belum lagi aroma tubuh Soonyoung yang menguar maskulin. Hidung Myungho menempel di dada Soonyoung yang menepuk-nepuk punggungnya pelan. Mengantarkan pemuda rainbow hair itu untuk tidur. Menepuk-nepuknya bagai lullaby.

"Soonyoung.."

"Hmm.."

Bagaimana kalau aku pergi jauh?" tanya Myungho pelan.

"Aku akan ikut denganmu."

"Kalau aku harus pergi sendiri?"

"Aku akan tetap ikut. Seungcheol Appa pasti tidak mengizinkan Putri Tidurnya pergi sendiri. Jadi, Pangeran Mimpi harus selalu menemani."

Myungho tertawa pelan. Soonyoung mengecup puncak kepalanya berkali-kali. Menenangkan Myungho hingga pemuda itu tidur.

.

.

Keadaan Myungho semakin memburuk dan Soonyoung juga mulai disibukkan dengan tugas kuliah yang semakin menumpuk. Pemuda biru itu sebenarnya ingin menemani Putri Tidur kesayangannya. Tapi Seungcheol Appa selalu menyuruhnya untuk menyelesaikan semua urusan kuliahnya terlebih dahulu. Soonyoung hanya bisa pasrah. Karena saat tugasnya sudah selesai maka datang lagi tugas lain yang meminta Soonyoung untuk menyelesaikannya.

Beruntung sekali Daddy Vampirnya mau membantunya. Ketika itu Soonyoung merengek seperti anak kecil pada Daddy dan Mommynya dengan banjir air mata hingga membuat kedua orang tuanya tidak tega melihat Soonyoung tersiksa. Akhirnya, Daddynya menghubungi Seungcheol Appa di depan Soonyoung yang tersedu sedan. Meminta pada Appa Putri Tidurnya untuk mengizinkan Soonyoung bertemu dengan Myungho. Seungcheol Appa mengiyakan permintaan temannya itu dan Soonyoung langsung melesat ke rumah Myungho.

Sampai di sana, Soonyoung hanya terpaku. MingMing kesayangannya tidak mengenalinya. Bahkan kedua orang tuanya sekalipun. Seungcheol Appa mengajaknya ke ruang tengah. Soonyoung sudah bagaikan orang linglung saat Seungcheol Appa mengajaknya duduk.

"Soonyoung.." panggil Seungcheol Appa pelan. "Myungho sudah lama menderita Azhelimer dan kanker otak stadium akhir. Dia menyembunyikannya dengan baik sampai Appa dan Eomma tidak tahu tentang penyakitnya. Sekarang Myungho hanya memiliki waktu kurang dari 2 minggu. Sebelum penyakitnya separah ini, Myungho menitipkan surat untukmu."

Soonyoung tidak berani menerima surat yang disodorkan Seungcheol Appa padanya. Tapi tangannya tetap menerima surat itu, tapi Soonyoung tidak yakin bisa membuka dan membaca surat itu nanti.

.

.

Soonyoung terisak begitu sampai di kamarnya. Tidak menjawab pertanyaan Mommy dan Daddynya yang menanyakan keadaan Myungho yang sudah mereka anggap anak sendiri. Di dalam kamar Soonyoung meremas surat Myungho di dalam amplop biru lembut lalu memeluknya dengan erat.

"Ada apa, Soonyoung?" tanya Mommynya sambil mendudukkan dirinya di pinggiran kasur putranya.

Daddynya berdiri di samping Mommynya. Menatap Soonyoung yang sekarang sedang memeluk istrinya dengan erat. Kebiasaannya sejak kecil jika suasana hati pemuda biru itu sedang tidak baik.

"Ceritakan saja pada kami, Soonyoung. Daddy dan Mommy akan membantumu." kata sang Daddy sambil mengusap kepala Soonyoung dengan sayang.

"Jangan biarkan MingMing pergi.." isaknya.

Kening sepasang suami istri itu berkerut bingung. Tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Soonyoung. Saat sedang bingung mencerna kata-kata Soonyoung, Daddy Kim melihat surat digenggaman Soonyoung dan mengambilnya. Membuka surat yang sudah tidak berbentuk rapi lagi dan membacanya.

"Soonyoung.."

.

.

Dear Soonyoung, Pangeran Mimpiku ^^

Hai, Soonyoung. Mungkin saat kau membaca surat ini aku sudah sakit lebih jauh lagi. Jangan khawatirkan aku. Tapi kau harus mengkhawatirkan kesehatanmu sendiri, Soonyoung. Kalau kau sakit aku tidak akan bisa melihat senyum mataharimu lagi. Khawatirkan juga Daddy dan Mommymu juga. Bagaimanapun juga mereka yang selalu ada untukmu. Tidak seperti aku yang sudah tidak punya banyak waktu ini.

Soonyoung.. Aku akan jujur padamu. Aku sedang sakit, Soonyoung. Sangat sakit sampai aku tidak tahu seberapa sakit yang aku rasakan itu. Aku menderita Azhelimer dan kanker otak stadium akhir. Waktuku tidak banyak lagi, Soonyoung. Maka dari itu aku tidak pernah menjawab pertanyaanmu. Saat kau bertanya apakah aku akan menikah denganmu, hatiku terasa seperti ditusuk-tusuk jarum. Aku tidak sanggup jika harus mengatakan kalau aku tidak bisa menikah denganmu. Karena bagaimanapun aku tidak tega menyakiti perasaanmu.

Tapi sepertinya aku menyakitimu sekarang. Aku yang meminta Appa untuk tidak mengizinkanmu untuk mengunjungiku. Kenapa? Karena aku takut kalau aku tidak bisa menemuimu dalam keadaan yang baik. Jangan menangis, Soonyoung. Aku tetap mencintaimu. Walaupun aku tidak bisa menemanimu lebih lama lagi.

Bolehkah aku meminta satu permintaan terakhirku padamu? Satu saja. Carilah pengganti yang lebih baik daripada aku, Soonyoung. Karena kau tidak bisa hidup seorang diri kan? Kau juga harus berjanji untuk hidup bahagia dan lebih baik lagi. Dengan penggantiku tentunya. Kalau kalian memiliki anak, jangan lupa untuk mengunjungiku. Bukan ke rumahku lagi, mungkin. Tapi kau harus tetap mengenalkan keluarga kecilmu padaku. Bagaimanapun juga aku tetap memantaumu, Soonyoung. Kau percaya dengan reinkarnasi? Mungkin kau akan bertemu dengan reinkarnasiku suatu saat nanti.

Apa aku terlalu banyak bicara sekarang? Tapi aku sedang ingin bicara banyak denganmu Soonyoung. Sebelum aku benar-benar pergi. Sekarang apa yang akan kita bahas? Oh ya! Aku menyimpan sesuatu untukumu. Kapan-kapan kau bisa mengambilnya di lemariku. Sebenarnya sudah lama sekali ingin kuberikan padamu, tapi tidak sempat kuberikan sendiri secara langsung. Kalau kau tanya isinya maka aku akan menjawab 'Rahasia!' seperti biasa. Tapi aku yakin kau akan tersenyum bahagia jika melihatnya. Ups.. Sepertinya aku mulai kelebihan percaya diri seperti Appa. Tapi kau tidak keberatan kan Soonyoung?

Aku juga menyiapkan kado istimewa untuk Daddy dan Mommy! Bukan barang mahal sebenarnya tapi aku yakin mereka akan suka. Aku menyiapkan juga untuk orang tuaku, kok. Jadi mereka tidak akan merasa iri nantinya. Tapi milikmu tetaplah yang paling istimewa dari yang lainnya.

Hah.. Soonyoung, aku lelah. Jadi aku akan mengakhiri surat ini sampai di sini saja. Selalu ingat pesanku tadi, oke? Pertama, selalu jaga dan khawatirkan kesehatan dan dirimu sendiri. Kedua, khawatirkan kedua orang tuamu. Dan ketiga, carilah penggantiku dan kenalkan padaku nantinya. Kalau kau tidak mengingat dan menepati janjimu maka hidupmu tidak akan tenang, Kim Soonyoung! Haha~ bercanda, Soonyoung Sayang.

Bye bye~

Choi Myungho

.

.

Dua hari berlalu. Myungho dirawat intensif di rumah sakit sedangkan Soonyoung sakit karena terlalu banyak menangisi surat yang ditulis Myungho.

"Soonyoung.."

Soonyoung menatap Daddynya yang berulang kali menghela napas. Pandangan Soonyoung beralih pada surat lusuh ditangannya. Menatap tulisan-tulisan rapi milik Myungho di sana.

"Myungho sudah pergi, Soonyong." kata Daddy Kim pelan.

"APA?!"

"Tenang dulu, Soonyoung." ujar Daddynya sambil menahan Soonyoung yang sudah akan berlari keluar dari kamarnya.

"Kita pergi bersama, Soonyoung. Dan juga.. Relakan kepergiannya. Biarkan dia tenang di sana."

Soonyoung menangis dan menjerit-jerit memanggil nama Myungho. Meronta meminta dilepaskan oleh Daddynya yang memeluk tubuhnya dengan erat. Tapi kalah kuat dengan kekuatan ayahnya. Mommynya hanya bisa menatap Soonyoung iba dan menangis. Kehilangan Myungho sudah bagaikan kehilangan anaknya sendiri. Apalagi Soonyoung? Pemuda itu ambruk tak sadarkan diri.

.

.

Ini sudah duabelas hari sejak meninggalnya Myungho. Soonyoung sudah pergi kuliah seperti biasa. Sudah melakukan semua kesehariannya dengan normal. Hanya satu yang berbeda dari Soonyoung sejak kepergian Myungho. Senyuman dan keceriaan Soonyoung seolah sirna bersama perginya Myungho. Pemuda biru itu menjadi lebih pendiam dan datar seperti Mommynya. Bahkan wajah datar Soonyoung lebih menusuk daripada Mommynya - yang membuat teman-temannya bergidik takut.

Siang itu Soonyoung pergi ke cafe langganannya dan Myungho. Memesan sepotong rainbow cake dan latte tea kesukaan Myungho. Dulu Soonyoung selalu mengolok kesukaan Myungho yang kekanakan tapi sekarang Soonyoung malah menyukai apa yang pernah dioloknya. Saat sedang menunggu pesanannya datang, Seungcheol Appa menelponnya.

"Siang, Appa." sapanya riang.

Yah, kebahagian Soonyoung masih tersisa untuk keluarganya dan keluarga Myungho.

"Aku sedang di cafe langganan kami." kata Soonyoung dengan senyum tipis.

"Pesanan anda."

Soonyoung tertegun. Suara itu. Ia mendengar suara yang sudah lama dirindukannya. Kepala birunya terangkat.

"Appa.. Sepertinya aku berhalusinasi.." Soonyoung tertawa getir.

"Mm.." pelayan itu melirik nama di buku Soonyoung. "Soonyoung-ssi."

Pelayan itu tersenyum. Dengan senyum yang sering dilihat Soonyoung.

"A-appa.. Datanglah ke sini.."

.

.

Pelayan dari China yang ditemui Soonyoung di cafe langganannya dan Myungho bernama Xu Minghao. Wajah, suara, dan nama mereka bukan sebelas duabelas lagi. Tapi bagai bulan yang dibelah dua. Soonyoung menarik lengan pemuda China itu untuk duduk di sampingnya. Seungcheol Appa dan Jisoo Eomma memeluk Minghao dengan erat. Seolah setelah sekian lama tidak bertemu dengan putra mereka. Minghao mengerjapkan matanya dengan imut. Tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.

"Myungho.." Jisoo Eomma terisak sambil mencium pipi pelayan itu dengan sayang.

Soonyoung juga menangis. Kali ini bukan menangis karena sedih. Ia menangis bahagia. Bahagia karena menemukan reinkarnasi yang dikatakan Myungho dalam suratnya. Pemuda biru itu mengusap air matanya dengan lengannya.

"Jeoseophamnida.. Saya harus kembali bekerja." ucap Minghao pelan dengan aksen China yang kental.

Benar-benar seperti Myungho yang pertama kali ditemui Soonyoung saat kelas dua Junior High School.

"Bisakah kami bicara denganmu sepulang kau bekerja?" tanya Seungcheol Appa.

Pemuda China itu mengangguk dan memohon diri untuk kembali bekerja. Meninggalkan keluarga Choi dan Soonyoung yang menatap punggung kecil Minghao.

.

.

Menurut cerita Minghao yang didengar Soonyoung dan keluarga Choi, Minghao datang ke Korea untuk melanjutkan kuliahnya yang memang mendapat beasiswa di sana. Ia datang sendirian dengan uang pas-pasan karena orang tuanya tidak mengizinkan pemuda itu untuk pergi le Korea. Beberapa hari yang lalu ia dipecat dari sebuah rumah makan karena menumpahkan sup kepada pelanggan. Beruntungnya pemilik cafe tempatnya bekerja sekarang lebih baik dan memaklumi kesalahan Minghao serta menganggapnya anak sendiri.

Jisoo Eomma menangis mendengarnya. Seperti menangisi nasib anaknya yang hidup malang. Jujur saja, gaya bicara Minghao terlampau mirip dengan Myungho yang telah meninggal. Seungcheol Appa memeluk Jisoo Eomma dan mengelus-elus lengannya. Menenangkan istrinya yang kembali teringat pada Myungho.

Hari sudah sangat gelap saat Minghao memohon diri untuk pulang. Jisoo Eomma melarangnya dan malah menyuruh Minghao utuk menginap saja malam ini yang diangguki oleh Minghao tanpa banyak protes. Jadi, wanita itu menyiapkan banyak makanan di meja makan. Membuat Minghao terperangah. Bahkan orang tuanya jarang sekali memasak sebanyak itu.

"Boleh saya membantu anda, Nyonya Choi?" tanya Minghao sopan.

Minghao menjadi sungkan sendiri jika sudah dijamu dan diperlakukan baik seperti ini. Jisoo Eomma tersenyum lembut dan membantu Minghao memasangkan celemek di tubuhnya. Wanita itu tidak banyak menyuruh Minghao. Hanya menyuruh pemuda itu mengocok telur dan menggorengnya. Lalu terkekeh saat Minghao membuat telur dadar gosong. Minghao ikut memertawai kegagalannya. Jisoo Eomma seperti ditemani Myungho yang juga pernah melakukan hal yang sama.

"Jadilah anak kami, Minghao-ya." pinta Jisoo Eomma sedih.

Minghao memeluk tubuh wanita itu. "Anda bisa memanggil saya Myungho, Jisoo Eomonim."

.

.

TO BE CONTINUED

Oke.. Saya comeback lagi dengan couple kesayangan saya. Ada SoonHao, Cheolsoo, dan Meanie menjadi satu. Pendek? Saya lagi ujian jadi sering bikin pendek-pendek biar nyaman di baca (lah apa hubungannya, ya?) saya lagi galau readers ㅠㅠ gara-gara matkul PA 1 dan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank saya. Belom lagi Ekonomi Mikro /hard cry/ saya nangis sendiri pas nulis part suratnya Minghao versi Koriya aka Myungho kkk.

Kemaren yang minta sequel dari ff 'Rock!' bakal saya kabulin (otak mesum Seungcheol sedang bersemayam diotak saya btw xD) kalo berminat curcol tentang CheolSoo dll silahkan PM ke saya. Saya orangnya terbuka kok. Bacotan saya segini aja deh.

RnR juseyo~

Sankyu~~~

Sour & Bitter feat. 세븐틴