Disclaimer : Inazuma Eleven © Level-5
Warning :Alternate Universe, Out Of Character, Yaoi/Shounen-ai/BL for later chapters.
Don't like don't read! ^^
.
#
.
Under World, sebuah area yang eksis jauh di bawah tanah.
Area yang tidak akan tersentuh oleh manusia biasa,
Area penyokong kehidupan para manusia yang ada diatas,
Area yang dapat disebut dengan 'Dunia',
Dunia yang hidup dibalik langkah kaki manusia…
.
.
.
Yang suatu saat mempunyai ego untuk melihat angkasa raya.
.
.
#
Under World
.
©Akazora no Darktokyo
#
.
.
Shuuya's POV
"Goenji, bagaimana?" seseorang bertanya padaku. Aku hanya bingung harus menjawab apa. Pertanyaan tanpa subjek, predikat, objek, ataupun keterangan, tidak seperti apa yang diajarkan kepadaku di sekolah.
"Bagaimana apanya?" aku hanya bisa balik bertanya, tanpa tahu apa-apa. Aku ingin mengetahuinya.
Orang itu berkata, "jika ingin mengetahuinya, cukup jawablah 'iya'." Dengan nada yang misterius, cukup membuatku muak akan nada manis yang beracun itu. "Mudah bukan?" katanya seperti memaksa dengan bertanya.
Jika pun aku tahu permasalahannya, aku belum tentu menjawab 'iya' dengan mudah. Dan orang ini…menyuruhku menjawab tanpa tahu apa-apa.
Di tanya tanpa bisa menjawab dengan kata sederhana.
"Kau bisa menjawabnya." Orang itu berkata lagi, kali ini seolah-olah membaca pikiranku.
"Jawab apa? Aku tidak tahu apapun." jawabku jujur.
"Mau tidak mau, kau pasti akan menjawab 'iya'. Tidak ada jalan lari. Takdir 'itu' berjalan, Goenji." Dan ia berkata seperti aku tidak mempunyai pilihan lain.
Memilih dengan satu pilihan bukanlah sebuah perbuatan yang dinamakan memilih.
"Iyakah?" aku tetap menjawab dengan bertanya balik.
Dan ia tanpa ragu menjawab, "iya." Semudah membalikkan telapak tangan atau mengedipkan kedua mata. "Dan jawabanmu?" dia bertanya lagi.
Ragu. Meskipun, mulutku mengatakan…
"Iya."
.
.
'KKRIIIINNGGGG, KRRIIIIIINNNNNG'
Jam weker itu membangunkanku. Sedangkan kejadian tadi…
Mimpi? Kenyataan?
Yang manapun aku tak tahu.
"Shuuya! Ayo bangun! Sebentar lagi sekolah kan?" Ibuku mengingatkanku dari dapur.
"Ya…" jawabku dengan malas-malasan. Aku malas ke sekolah. Pelajaran di sekolah terlalu mudah, membosankan. Aku pun mandi dan setelah itu turun ke lantai bawah.
Di meja makan tersedia makanan. Hanya roti tawar, mentega, dan selai. Sarapan pagi yang standar. Lalu kubuat roti selai dan memakannya sambil berjalan ke sekolah, membuatku terlihat terburu-buru. Ibu memaklumiku dan segera menyuruhku pergi ke sekolah.
Bosan.
Meski kakiku tetap melangkah kearah sekolah tanpa berniat kabur ke Game Center ataupun ke tempat-tempat yang lain. Aku ingin pergi dari sini. Walau kakiku tidak mau melangkah pergi.
Pergi. Kemanapun.
Aku mengingat mimpiku kembali. Suara itu terngiang-ngiang di kepalaku. Seandainya suara itu dapat membuatku lepas dari kebosanan ini… Dan dia telah melakukannya, dia telah membuatku penasaran apa yang akan terjadi dalam mimpiku selanjutnya.
"Yare-yare…Aku tak menyangka, kau menungguku."
Suara itu! Dimana?
"Dimana kau?" aku bertanya secara spontan. Dia ada. Aku ingin melihatnya.
"Aku? Disini." Suara itu dari atas. Ia duduk di ranting pohon Sakura yang ada di sebelahku. Ranting tempat ia duduk cukup tinggi, sekitar satu tiga perempat meter diatas kepalaku. Aku tak bisa melihat wajahnya, dia memakai jubah dengan hood menutupi kepalanya.
"Kau…Apa yang akan kau lakukan sekarang?" aku bertanya kepada orang itu.
Orang itu berbicara dengan nada misterius lagi. "Membawamu, pergi dari sini." Dia turun tepat ke depanku, dari ranting pohon itu dengan melompat. "Ayo pergi dari sini." Ia mengulurkan tangannya.
"Kenapa aku harus pergi denganmu?" tanyaku. Aneh sekali dia, tanpa ada alasan apa-apa, ia langsung mengajak pergi ke tempat yang tak pasti tujuannya.
"Karena kau telah menjawab 'iya'," jawab orang itu sederhana. Dari nada bicaranya, terdengar ia sedang tersenyum.
Pergi. Apakah hal itu yang ia tanyakan dalam mimpiku?
"Begitukah?" tanyaku lagi.
"Iya." Dan jawaban dia cukup meyakinkanku.
"Kalau begitu, aku pergi." Kataku sambil menyentuh tangannya.
Seketika, kakiku tidak mempunyai pijakan. Dunia sekelilingku berputar. Aku merasa seperti melayang, dan aku merasa seperti masuk ke alam lain. Layaknya aku sedang berpindah ruang.
Tidak lama, kakiku telah berpijak ke tanah. Kepalaku masih agak pusing atas kejadian yang tiba-tiba tadi. Tanganku masih memegang orang itu.
"Sudah sampai." kata orang itu.
Efek pusing itu membuatku harus mengerjap-ngerjapkan mataku untuk dapat melihat lebih jelas.
Dan terlihat.
Bangunan-bangunan putih yang terang bergaya Gothic dan Victoria yang menjulang tinggi mengisi pemandangan mataku. Tapi, ini lebih kelihatan modern, bukan seperti istana yang ada di dongeng-dongeng. Lampu-lampu bercahaya putih menghiasi bangunan-bangunan itu. Indah.
Walaupun begitu, tidak ada putihnya awan ataupun birunya langit.
Entah langit itu hitam,
Langit itu bening dan tak berwarna,
Atau, tidak ada langit sama sekali.
Tidak ada apa-apa di atas. Hanya ada 'sesuatu' yang tak terlihat.
"Selamat datang di Under World-Inazuma Area." kata orang itu. Aku menengok ke arahnya.
"Under World?" aku bertanya seperti itu kepadanya.
"Dunia ini ada di bawah tanah. Makanya disebut Under World. Dunia ini adalah dunia penopang dunia manusiamu." Jelas orang itu.
"Dunia ini… Di bawah tanah? Hebat…" kagumku. Berarti, disini tidak ada langit. Beginikah rasanya dibawah tanah? "Under World benar-benar hebat." kataku melanjutkan kagumku.
"Under World hanyalah 'sebutan' untuk dunia ini." kata orang itu seolah mengingatkanku.
"Kalau begitu nama dunia ini… Inazuma?" tanyaku memastikan.
"Tidak. Inazuma adalah nama daerah sekitar sini." kata orang itu menjawab.
"Inazuma terang sekali." komentarku. Disini seperti bukan dibawah tanah. Benar-benar terang, karena bangunannya. Dan, satu hal lagi yang mengganjal, "Jika ini dibawah tanah, kenapa kita bisa bernafas?" tanyaku.
"Di Under World, 'manusia' tidak bisa bernafas." jelasnya.
"Lantas, kenapa aku hidup?" tanyaku.
"Karena kau bukan 'manusia' yang kumaksud. Kau bukan manusia biasa. Kau itu The Last One."
"The Last One?"
= = TBC = =
A/N:
Cihui~ my first multi-chap di fandom InaIre~ *girang* #bletak
Ini hanya sekedar prologue. Untuk chapter-chapter selanjutnya pasti panjangan kok…
Kegantungan prologue pasti diceritakan di chappie-chappie selanjutnya *ya iyalah!* #bletak
Well, Gajekah? Payahkah? Abalkah? Atau… Awesomekah? #dibacokGilbert
Sudahlah, Mind to review please?
