Disclaimer: karakter bukan kepunyaan penulis, hanya meminjam nama untuk kepentingan cerita.

Warning: BXB, yaoi, mpreg (disini male-preganancy itu adalah hal yang lazim), implisit smut, possible OOC, dan humor gagal, TYPOS.

Pairing: sulay, with some other pairings.

please take a note, kalau tidak suka, boleh di close kok ^^


.

.

Children?

No, Thanks.

»»––««

.

CHAPTER SATU

.

Kim Joonmyun dan Zhang Yixing.

Sama-sama tampan, sama-sama pintar, sama-sama idola sekolah, sama-sama punya senyum angelic, sama-sama kaya raya, sama-sama tinggi—maaf, yang ini tidak sama-sama.

Siapa yang menyangka jika semua 'sama-sama' itu pada akhirnya mempertemukan kedua lelaki itu, mendorong dua makhluk itu untuk merajut sebuah benang romansa sejak sekolah menengah atas tingkat pertama. Tak pernah sekalipun benang itu terputus, atau nyangkut di lain hati.

Zhang Yixing dan Kim Joonmyun tak pernah sekalipun kedapatan bertengkar, yah, paling pol kedua lelaki itu hanya pernah kedapatan saling mendiamkan saat jam istirahat, namun setelah bel tanda masuk berbunyi, keduanya sudah kembali lengket seperti semula. 5 tahun berpacaran, dan akhirnya mereka memutuskan membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.

Proses lamaran pun terjadi biasa saja.

Bukan romantis, tapi miris.

Kejadian mengambil tempat di salah satu kedai ceker ayam di pinggir jalan, malam-malam. Yixing lah yang berinisiatif ingin menikmati makan malam di kedai kaki lima, sekali-kali katanya.

Proses lamaran itu terjadi begitu saja. Di meja paling sudut, dengan tiga mangkuk ceker ayam, dua sudah tandas (Yixing yang memakannya semua omong-omong. Memang, Yixing itu punya perut karet) dan gelas-soju soju yang berserakan. Joonmyun yang saat itu entah mendapat ilham apa tiba-tiba menyeletuk, dengan titik-titik kecap ceker ayam yang menghias dagu,

"Desember besok, kita menikah."

Joonmyun sama sekali tidak ganteng saat itu.

Juga tidak ada Joonmyun yang berlutut dan mengucapkan kata-kata cinta, tidak ada setetes air mata haru yang menuruni pipi Yixing, atau ciuman memabukan sekalipun.

Yang ada hanya seperangkat ceker ayam dibayar malu.

"Cincinnya?" respon Yixing yang tak terduga saat itu. Joonmyun melinguk kesana kemari, kemudian mengambil sebuah sedotan plastik. Dia meraih tangan kiri Yixing dan menalikan sedotan platik itu di jari manis Yixing.

"Pakai ini dulu, nanti aku ganti."

Dan melihat Yixing yang tidak mengajukan protes apapun, Joonmyun menganggap jawaban Yixing adalah "iya."

.

Bukan berarti mereka tidak mencintai satu sama lain.

.

Joonmyun dan Yixing hanya menyukai sesuatu yang simple atau sederhana, mereka menjalin hubungan dengan biasa saja, karena mereka tidak mengharapkan sesuatu yang muluk-muluk.

Mungkin orang-orang menganggap mereka tidak romantis, bukan pasangan ala ala yang menjadi goals-nya anak muda.

Tapi sikap romantis itu bukan selalu menjadi perwujudan rasa kasih sayang. Joonmyun dan Yixing tidak perlu menuntut. Tidak perlu selalu mengatakan rentetan kata berbunga, mereka tahu, dan mereka mengerti, melalui cara-cara sederhana itulah mereka mengatakan bahwa 'kamulah orang yang paling istimewa.'

Diantara grup mereka, Joonmyun dan Yixing dikenal sebagai pasangan yang paling kalem. Berbeda dengan duo Baekhyun-Chanyeol yang berisik (bahkan di ranjang), Sehun dan Luhan si tukang pengumbar PDA, Kai dan Kyungsoo yang horny dimana dan kapan saja, Minseok dan Jongdae yang serba cute, dan terakhir Tao-Kris dengan fetish dan dirty kink mereka.

Diantara keenam pasangan itu, Yixing dan Joonmyun adalah pasangan yang paling tua, paling sesepuh, paling antik, dan paling lama menikah.

Meski begitu, mereka berdua justru menjadi satu-satunya pasangan yang belum memiliki anak.

Bahkan Baekhyun dan Chanyeol yang baru menikah satu tahun yang lalu sudah berhasil memproduksi bayi kembar laki-laki.

.

Tidak heran sih.

Ini Baekhyun dan Chanyeol, pasangan horny sepanjang hayat. Tak mau kalah dengan Kaisoo.

.

Dan kembali ke masalah Yixing dan Joonmyun, bukannya mereka tidak bisa, tapi tidak mau.

Karena jauh dari lubuk hati yang paling dalam, baik Joonmyun maupun Yixing sama sama tidak menyukai anak-anak.

.

Hell, bahkan mereka membencinya.

.

Jadi Joonmyun dan Yixing selalu melakukan aktivitas ranjang dengan seaman mungkin, dan selama 4 tahun pernikahan, mereka tidak pernah sekalipun kebobolan.

Untung saja.

Mereka juga masih begitu menikmati pekerjaan mereka, yang kebetulan juga sedang berada di puncak karier. Joonmyun bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan yang baru saja mendapat kenaikan pangkat menjadi General Manager karena prestasinya di tempat kerja, dan Yixing yang bekerja sebagai choreographer professional dibawah naungan agensi ternama.

Alasan lain yang membuat mereka tidak tertarik untuk memiliki anak adalah karena mereka melihat bagaimana rumah tangga teman-teman mereka sering dihampiri oleh pertengkaran semenjak mereka punya bayi.

Mereka menyaksikan bagaimana Kai dan Kyungsoo berteriak kepada satu sama lain ketika kelima anak mereka rewel, Kris yang dulu sempat terpaksa menginap di rumah mereka selama seminggu karena ditendang dari rumah. Sehun dan Luhan yang selalu tampak lelah dengan kantung mata yang menghitam karena mengurusi ketiga balita mereka.

Dan bagaimana hangout grup mereka yang dulunya diisi dengan party dan bersenang-senang, kini berubah menjadi tempat penitipan anak, dengan anak-anak yang merangkak kesana-kemari, berlarian tanpa henti, tangis mengudara, dan jeritan orang tua mereka yang saling bersahut-sahutan.

"Luna, supnya jangan diobok-obok!"

"Jangan lari-lari di bawah meja, sayang!"

"Daemin, pakai celana dalam duluuuu!"

"Chanyun, berhenti menggigiti adikmu!"

.

Joonmyun dan Yixing hanya bisa saling bertatapan menyaksikan kekacauan di depan mereka, kemudian menghela nafas berat.

.

Anak-anak?

Tidak, terima kasih.

»»––««

Hari ini hari sabtu.

Dan seperti biasa, grup mereka yang berdua belas mengadakan gathering.

Seharusnya.

Tapi sampai satu jam berlalu, batang hidung teman-temannya sama sekali tidak terlihat. Hanya ada Joonmyun dan Yixing di meja paling sudut yang sudah mereka reservasi untuk berdua belas sebelumnya, dengan bercangkir-cangkir teh sembari mereka menunggu.

Seperti biasa, mereka menjadi pasangan yang paling awal datang.

Dua jam berlalu, bel pintu masuk kafe yang telah berdenting sekian kali akhirnya menampakan kedua wajah familiar teman mereka, Minseok dan Jongdae.

Yixing yang menjadi orang pertama yang menyadari kehadiran mereka melambaikan tangan untuk merebut atensi, disampingnya Joonmyun terlanjur teler karena kebanyakan minum teh.

Kedua orang itu melempar senyum dan membagi pelukan hangat, kemudian barulah mereka mengambil tempat duduk berseberangan dengan Yixing dan Joonmyun.

"Menunggu lama?" Minseok bertanya dengan nada ramah.

"Ah, tidak juga kok." –cuman dua jam, Joonmyun menangis dalam hati, sementara disebelahnya Yixing tertawa garing.

"Maaf ya, tadi kami harus menidurkan Daemin terlebih dulu, dan kalian tahulah bagaimana susahnya menidurkan anak kami itu," Jongdae bercerita setelah ia menyebutkan pesanan mereka berdua kepada waitress.

"Tidak apa-apa, aku tahu anak-anak itu memang merepotkan," balas Joonmyun enteng.

Mereka bercakap-cakap, ada-ada saja topik yang mereka jadikan bahan perbincangan. Mereka membicarakan pekerjaan, permerintahan, kemudian berganti ke konser musik, gosip, makanan (ini Yixing dan Minseok yang keranjingan) bahkan sampai ke pokemon GO.

Di tengah-tengah percakapan mereka, setelah waitress meninggalkan meja mereka begitu pesananan telah terhidang, suara denting dari aplikasi chat di ponsel Minseok pun membelah keramaian. Minseok membawa ponselnya ke hadapan, menggeser layar dan membukanya.

"Ah, Luhan bilang dia tidak bisa kesini karena dia dan Sehun harus membawa Luna ke rumah sakit," Minseok berkata pada ketiga orang di meja itu.

"Apa Luna baik-baik saja?" tanya Yixing.

"Hmm," Minseok menggumam, kepalanya terangguk, "Hanya gejala demam ringan—dan oh, aku dapat pesan lagi," ujarnya, "Kris dan Tao juga tidak bisa karena ketiga anak mereka rewel,"

"Baekyeol dan Kaisoo juga tidak bisa," Jongdae menyahut, "Baru saja bilang," sepasang mata terpatri pada layar ponsel, jarinya sibuk menari di atas keypad, mungkin sedang membalas pesan.

"Jadi hanya kita berempat saja untuk hari ini?" Yixing menyimpulkan, yang mendapat anggukan dari pasangan sejoli di seberangnya. Yixing mendesah, "Yah, sepi dong."

"Tidak apa-apa, berempat tetap seru kok," Jongdae tersenyum tampan,

"Kan ada aku," ujarnya percaya diri.

Kalimatnya yang congkak itu langsung mendapat sorakan dari seisi meja, yang paling keras menyoraki justru Minseok, suaminya sendiri.

Jongdae merengut.

Minseok kemudian berinisiatif mengganti topik. Ia menyesap orange juicenya, sebelum bertanya pada pasangan kalem di depannya itu,

"Oh ya, bagaimana dengan kalian? Apa kalian tidak berencana untuk memiliki anak? Kalian sudah menikah selama 4 tahun, lho," Minseok tersenyum, "Apa kalian tidak ingin menjadi seorang Ayah?"

Joonmyun dan Yixing menoleh untuk bertukar pandang, kemudian mereka tergelak.

Minseok dan Jongdae di seberang meja mengerutkan kening heran melihat reaksi absurd dua lelaki itu yang kini tertawa terpingkal-pingkal, bahkan tangan Joonmyun sudah menggebrak-gebrak meja seolah apa yang dikatakan Minseok adalah hal paling lucu di dunia.

Lima menit berlalu, dan Joonmyun-Yixing masih saja tertawa.

Minseok dan Jongdae masih menunggu untuk di-notice oleh mereka berdua.

Yixing kemudian menarik nafas di sela tawanya,

"Aku? Jadi seorang ayah? HAHAHA—ups." ujarnya dengan logat iklan shampoo yang sering muncul di televisi. "Enggak lah ya. Anak-anak itu kutukan," tambahnya.

"Mereka juga menyeramkan," timpal Joonmyun dengan ekspresi horror.

"-dan menjijikan,"

"Apa kau melihat air liur mereka yang berjatuhan kemana-mana?

"Ew. Dan ketika mereka menangis, telingaku serasa ingin tuli. Menyebalkan sekali!"

"Dan mereka bau."

"Ya, bau!"

Kemudian Yixing dan Joonmyun kembali tertawa keras.

Sama sekali tidak menyadari Minseok yang mulai mengeluarkan uap invisible dari telinganya yang memanas karena mendengar ocehan kedua temannya itu. Sementara di sebelahnya, Jongdae sebagai suami yang baik meraih buku menu untuk mengipasi Minseok yang auranya mulai menghitam dan memanas.

Uh oh. Ini pertanda buruk.

Tidak tahan lagi, Minseok pun menggebrak meja. "Dengar ya," Pemuda menyerupai chipmunk itu mendesis, telunjuknya terarah ke Yixing dan Joonmyeon, nadanya berbahaya.

"Aku sumpahin semoga kalian segera punya anak,"

Setelah berkata begitu, Minseok pun bangkit dari kursinya dan menarik Jongdae secara paksa untuk pergi dari sana, kaki menghentak-hentak bumi menuju pintu keluar kafe.

.

Respon Yixing dan Joonmyun?

.

Mereka masih tertawa.

»»––««

"Sepertinya Minseok masih marah," Yixing memecah keheningan yang melingkupi mereka dalam perjalanan pulang.

Saat ini mereka berdua berada di dalam mobil sport mereka, membelah jalanan kota Seoul menuju ke rumah mereka yang terletak di salah satu kompleks perumahan elit di Seoul. Joonmyun yang memegang kendali setir dan Yixing duduk di passenger seat, ponsel di genggaman.

"Aku sudah bilang sori, tapi chatku cuma di-read saja."

Joonmyun menggerakan setir ke arah kiri untuk mengambil belokan sebelum dia merespon, "Sudah biarkan saja, nanti juga pasti baikan sendiri kok."

Yixing menoleh pada suami yang telah dinikahinya selama empat tahun itu, "Tapi menurutmu kita keterlaluan tidak sih? Minnie tadi sepertinya marah sekali."

"Yah, bisa dimengerti sih," Joonmyun menggumam rendah, melirik Yixing dari sudut matanya. Satu tangannya bergerak-gerak untuk membuat gestur, "Mereka kan sudah punya anak. Kita menjelekan anak-anak di depan Minseok dan Jongdae, jadi mungkin mereka tersinggung karena secara tidak langsung anak mereka juga kita jelek-jelekan kan?" Joonmyeon mengangkat bahu setelahnya, "Tapi tidak apa-apa, nanti mereka juga pasti mengerti kalau kita tidak bermaksud begitu,"

Yixing mengangguk-anggukan kepala saja mendengar ocehan Joonmyun disampingnya. Ia menoleh ke arah jendela, menyaksikan hamparan langit malam yang dipenuhi bintang-bintang.

Memang, sehabis pulang dari cafe mereka tidak langsung kembali ke rumah. Mereka memanfaatkan waktu untuk menghabiskan waktu berdua, berjalan-jalan sembari mengenang masa-masa mereka pacaran dulu. Di tengah-tengah keheningan yang melanda, Yixing tiba-tiba nyeletuk.

"Joonmyun..."

"Apa?"

"Aku horny,"

Kaki kanan Joonmyun menekan pedal rem saat itu juga, membuat keduanya sedikit terbentur ke depan. U

ntung jalanan sedang sepi, jadi mereka tidak menyebabkan kecelakaan beruntun tapi—sungguh.

Ia tahu Yixing itu unik. Tapi bukan seunik ini.

Joonmyun menggerakan kepala ke arah Yixing yang menatapnya dengan wajah datar, mata berkedip-kedip seolah dia tidak bersalah. "Kau tadi bilang... apa?"

"Aku horny," balas Yixing tanpa basa-basi. Bahkan raut wajahnya masih saja datar ketika dia mengatakannya, seolah itu adalah hal yang biasa orang-orang ucapkan.

Joonmyun membenturkan dahi mulusnya pada roda setir, mendesah berat. "Sebentar lagi kita kan sampai rumah, Yixing. Jangan mengatakan hal-hal ajaib seperti itu, aku sedang menyetir."

"Kenapa kita tidak melakukannya disini saja?"

"Hah?" Pemuda korea itu mengangkat kepalanya, kembali menatap Yixing dengan ekpresi tak terbaca, "Kau ingin melakukannya disini? Di mobil?"

Yixing mengangguk-angguk.

Joonmyun tanpa sadar mengeratkan pegangan pada roda setirnya, sedikit turn on karenanya. Fantasi liarnya mulai bekerja memenuhi kepala karena ide dari Yixing yang... sebenarnya tidak buruk juga.

Joonmyun menegak ludah setelah beberapa menit dia berperang dengan alam pikirnya.

"Baiklah, kita cari tempat sepi dulu."

»»––««

Semua terjadi begitu cepat.

Joonmyun dan Yixing sudah berpindah ke backseat karena memang lebih luas untuk bergerak.

Yixing mendudukan diri di paha suaminya. Kedua kakinya yang tertekuk berada di kedua sisi pinggul Joonmyun, sementara dia berusaha melepas kemejanya yang mulai basah karena keringat dan membuangnya di bawah.

Joonmyun juga bergerak cepat melucuti atasannya sendiri dan membiarkan bajunya jatuh ke bawah kursi. Desah lirih tak bisa Yixing tahan ketika lelaki itu meniup lehernya dengan nafasnya yang hangat dan memabukan, kedua tangannya mencengkram surai kehitaman Joonmyun, meremasnya mesra dan secara tidak langsung meminta Joonmyun untuk memberinya lebih.

"Mhhmm..."

Yixing menekan bagian bawah tubuhnya lebih keras dan berbenturan dengan pinggul Joonmyun, menyentuh area sensitifnya, yang mendapat desah keras dari yang bersangkutan. Sebuah gigitan kecil ia berikan ke permukaan leher Yixing.

Yixing melakukannya lagi selama tiga kali, dia grindding bagian vital tubuhnya sehingga kedua titik sensitif mereka berdua yang masih tertutup celana saling bergesekan, menimbulkan sensasi bagai sengat listrik menggerayangi kulit.

Mereka berdua mulai berusaha melepas jeans yang melekat di kaki, membantu satu sama lain untuk melepaskan kain yang membatasi mereka untuk merasakan sensasi kulit ke kulit.

Begitu berhasil, mereka membenturkan bibir mereka, menyesap dan bertukar saliva sementara kedua tangan mereka tak pernah berhenti menjelajah.

Menyentuh, mengusap, mencengkram seperti tangan Joonmyun yang menyusup ke aset bagian belakangnya dan memberikan remasan menyenangkan.

Yixing tak kuasa menahan gerangan.

"Nghhh—Joon..."

Ciuman turun ke leher, ke dada lalu ke perut. Mereka berdua sama-sama berlomba-lomba membubuhkan tanda kepemilikan terbanyak di tubuh masing-masing. Layaknya kanvas, mereka tak henti menambahkan titik demi titik merah merona di sana.

Yixing bahkan rela berjongkok di area depan kursi belakang yang sempit untuk memberikan gigitan gigitan kecil di abs dan pinggul Joonmyun. Joonmyun meraih lelaki China itu dengan meraih tangannya dan membawa Yixing kembali ke pangkuan. Ia mengeratkan lengannya di sekitar pinggang Yixing, mendekapnya erat.

"Kau sangat menggairahkan," Ia berbisik dengan suaranya yang berat diikuti oleh erangan, Yixing dibuat gemetar karenanya, sembari ia mengulum earlobe Yixing dan menggitinya pelan.

Yixing balik memberikan kecupan-kecupan di bahu Joonmyun yang tegap, menggumam rendah, "Kau juga,"

Mereka menoleh satu sama lain dan kembali membenturkan bibir mereka, mencium satu sama lain dengan penuh antusiasme.

Tangan Joonmyun yang menelusuri sisi tubuhnya merangkak ke atas hingga ia meraih dagu Yixing dan memaksa bibir itu terlepas dari bibirnya. Ia membawa jarinya ke bibir Yixing dan mengomando,

"Suck it."

Yixing tanpa protes membawa ketiga jarinya ke dalam mulut untuk membasahinya sebiasa mungkin karena mereka memang tidak sedang membawa lube. Joonmyun mendesah tertahan ketika hangat menyelimuti jarinya, terutama ketika Yixing memainkan lidahnya di dalam sana.

Itu benar-benar menguji kesabarannya untuk tidak menerkam Yixing membabi buta.

Sembari menggigit bibirnya, ia menarik jarinya dari mulut Yixing secara hati-hati, memberinya kecupan terima kasih setelahnya.

Yixing mengangkat tubuhnya sedikit. Tangan Joonmyun menjamah ke bawah, sampai ia menemukan tempat yang ia cari dan menelusupkannya.

Yixing merespon dengan mendesah halus. Mulanya hanya satu jari, lalu dua jari kemudian bertambah tiga jari, yang diiringi oleh suara desah yang makin intens.

Joonmyun membawa bibir Yixing dengan miliknya untuk bercumbu sementara tangannya sibuk sendiri. Menggerakannya keluar lalu masuk untuk beberapa saat hingga Yixing menjerit.

Bahkan Yixing tidak tahu ia bisa mengeluarkan suara setinggi itu.

Mendapat respon positif, Joonmyun makin beringas, ia melakukannya selama beberapa kali sebelum kemudian dia melepaskan jarinya. Erangan demi erangan yang keluar dari bibir plump Yixing yang sudah bengkak, mendorong Joonmyun untuk segera mempercepat proses penyatuan mereka.

Tubuh Yixing terasa terbakar. Ia menyamankan dirinya dalam kungkungan Suho, kemudian mengangkat tubuhnya sedikit ke atas, lalu menghantamkannya ke bawah tanpa peringata.

Joonmyun menggeram keras atas sensasi hangat yang sesaat kemudian melingkupi dan menjepitnya.

Ia meremas pinggang Yixing untuk melampiaskan kenikmatan luar biasa yang dia rasakan.

Yixing mengulangi gerakannya selama beberapa saat, dibantu Joonmyun yang mulai ikut bergerak untuk menyusun ritme harmonis diantara hentakan mereka.

Sesuatu di dalam sana akhirnya tersentuh, membuat Yixing menjerit lagi. Joonmyun membiarkan Yixing mencakar punggungnya ketika ia kembali berhasil mengenai titik kenikmatan itu. Joonmyun benar-benar pembidik yang baik.

"Ahhhmmm..."

Yixing meredam jeritannya dengan menngigit bahu Joonmyun, dia merasa di awang-awang saat Joonmyun kembali terus menerus memanjakan kumpulan rasa nikmat yang berada di dalam sana.

Yixing mengerang, ia meraih bibir Joonmyun, membiarkan lelaki itu membawa tubuhnya dalam buainya.

Dia membantu Joonmyun menyesuaikan ritme dengan bergerak ke atas dan ke bawah di pangkuannya. Ritme hentakan cepat membawa gelombang gairah menghantam keduanya telak.

Yixing mendesah keras saat dirasakannya tubuhnya begitu penuh, napasnya tak henti bergemuruh.

"Aku—aku mau—"

"Bersama, Yixing."

Kemudian sensasi familiar yang memenuhi tubuhnya akhirnya lepas, Yixing membiarkan tubuhnya jatuh dalam dekap Joonmyun, kepalanya bersandar di bahu lelaki itu. Menikmati geraman demi geraman yang muncul dari bibir Joonmyun.

Tak perlu waktu lama untuk kemudian merasakan rasa hangat yang tak terkira memenuhi dirinya. Rasanya familiar dan menyenangkan, namun ada sesuatu yang berbeda.

Joonmyun mengerang pamungkas, dan kali ini paling keras.

Ia meraih bibir Yixing untuk membagi perasaan lega penuh ekstasi yang ia rasakan sampai tubuhnya akhirnya limbung, hanya deru nafas memburu yang tersisa dan memenuhi mobil yang kacanya kini telah berembun.

Untung saja kaca mobil mereka berwarna gelap gulita. Kebetulan juga jalanan sedang sepi dan sudah terlalu larut malam saat itu, kalau mereka ketahuan sedang melakukan adegan intim di dalam mobil, mereka bisa diseret ke kantor polisi terdekat karena dianggap menganggu kenyaman umum.

Mereka kembali berbagi ciuman, berbeda dengan ciuman sebelumnya yang dipenuhi hawa nafsu, ciuman mereka kali ini lebih lama dan lebih polos, seolah berusaha mencurahkan perasaan mereka paling dalam dari bibir mereka yang menyatu.

Yixing tiba-tiba melepas tautan bibir mereka, dan berkata,

"Shit, kita tidak memakai kondom," bola mata Yixing membulat. Pantas saja tadi ia merasa berbeda.

Mereka terlalu antusias hingga melupakan sesuatu yang vital dalam aktivitas intim mereka.

Joonmyun memberikan usapan halus pada punggung polos Yixing. "Jangan khawatir, aku yakin tidak akan ada yang terjadi."

"Tapi—"

Joonmyun menyela, "Kita pernah melakukannya sekali tanpa pengaman dan lihat? Selama 4 tahun ini, tidak terjadi apa apa kan?"

Yixing menghela nafas panjang, membiarkan tubuhnya yang sempat tegang menjadi rileks, "Ya, kau benar. Aku hanya khawatir saja, aku tidak mau hamil karena dua bulan yang akan datang aku ada project dari agensi untuk menyiapkan koreografer grup debutan," ia mengistirahatkan kepalanya di bahu Joonmyun untuk mencari kehangatan.

Joonmyun mendekap tubuh basah suaminya itu dan memberikan kecupan lama di pelipisnya,

"Semua akan baik-baik saja. Tidak akan terjadi apa-apa," tegasnya.

Ya.

Tidak akan terjadi apa apa.

.

Ya...

...kan?


tbc.


Catatan author: Hai hai hai, ini fic pertama! Setelah membaca ff sulay yang lagi kering (lagi-lagi) akhirnya saya bikin fic gaje ini huhu. Dan karena sulay mpreg masih sedikit banget ya saya memberanikan diri bikin huhu.

Saya gak bisa bikin smut, dan saya memang pilih implisit smut karena saya bener2 gak bisa nulis anatomi cowok di fic XDD sok ah guee wkwk.

Makasih bagi siapapun yang kuat baca sampai catatan author ini hehe

Kalo suka, boleh meninggalkan reviewnya :3