Surprise!

Disclaimer: Kuroko no Basuke punya Tadatoshi Fujimaki-sensei & Ansatsu Kyoushitsu punya Matsui Yuusei-sensei. Aku cuma pinjem chara mereka aja.

Main Chara: Akashi Seijuurou, Akabane Karma (+Generation of Miracle & 3-E Students)

Genre: Friendship-Humor + Horor (maybe?)

Rated: K+

Warning: Typo, OOC, Humor Gagal/Garing, Abal, judul mungkin gak sesuai ama ceritanya

Extra Warning: Karena ini pertama kalinya Ni-chan bikin FF Crossover, maaf kalau mungkin ada sesuatu yang kurang :)

Don't Like, Don't Read

Happy Reading~!

Story by Ni-chan XD

Mind to RnR?

.

.

.

"Karma-kun, kayaknya kau lagi bersemangat," tukas Nagisa sambil mengalihkan pandangannya dari rumus aljabar yang dijamin bisa bikin jenggot kebakar (?) itu dan memperhatikan temannya yang sedang asyik memainkan pisau karetnya.

"Hng? Gak tau nih, kok rasanya lagi semangat aja," jawab Karma sekenanya sambil masih asyik memainkan pisaunya. "Koro-sensei mana ya? Kok belum datang juga?"

"Paling dia masih asyik keliling dunia," jawab Itona dingin seperti biasa tanpa menoleh ke arah Karma.

"Itona-kun lagi apa?" tanya Nagisa penasaran melihat gerak-gerik temannya yang berambut spike dengan warna platinum-blonde yang tertutup oleh bandana itu.

"Mau pulang." jawab Itona singkat lalu memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dan langsung ngeloyor pergi dari kelas 3-E sehingga yang tersisa hanya Nagisa dengan Karma.

"Nee~ Nagisa-kun, kita juga pulang yuk? Kayaknya Koro-sensei lupa kalau kita lagi pelajaran tambahan di sini. Itona-kun aja udah pulang. Lagian kau sudah catat materi di papan tulis kan?" ajak Karma.

"Hmm ... boleh saja sih," Nagisa menyetujui ucapan sahabatnya dan mengemas peralatannya dan menyusul Karma yang sudah ada di ambang pintu kelas 3-E.

.

.

.

"Karma-kun tumben gak dijemput?" tanya Nagisa yang menyadari kejanggalan. Temannya yang sugih (mungkin?) itu gak dijemput dengan limusin hitam andalan keluarganya.

"Nggak ... hari ini sopirnya nganterin Nii-san pergi bareng temen-temennya yang gaje itu #digaplok GoM. Jadi aku mau gak mau harus pulang sendiri," Karma angkat bahu. "Tapi gak papa kok, udah biasa. Kalau Nagisa-kun?"

"Aku biasanya ditunggu Nii-san di depan stasiun, tapi hari ini kayaknya dia nggak bisa nunggu untuk pulang bareng soalnya hari ini sekolahnya libur dan dia mau pergi keluar," jelas Nagisa.

"Nee~ pulangan ini kita sama-sama nggak ada rencana apa-apa kan?" Karma mengalihkan pembicaraan.

"Ya? Ada apa?"

"Mau mampir dulu nggak?"

"Kemana?"

"Ke hatiku."

"Karma-kun, tumben kau gombal," kata Nagisa yang masih pasang tampang tidak terkejut. Mungkin karena udah biasa (!?).

"Hehehe ... bercanda kok. Mau main ke rumahku nggak?" tawar Karma.

"Kupikir tidak apa karena Ibuku sedang pergi seminggu ini bersama Ayah," ucap Nagisa. "Boleh aku datang? Kayaknya ... mengganggu deh."

"Tentu saja boleh!" ucap Karma mantap. "Kau menginap juga tidak apa, soalnya kami nggak kekurangan kamar, malah kelebihan. Nii-san juga pulangnya nanti malam. Jadi sekalian saja kukenalkan sahabatku yang manis dan shota ini padanya."

"Kau muji atau ngehina, Karma-kun?" tanya Nagisa yang aura bloodlust-nya udah terkumpul di sekitar badannya, plus muncul hawa-hawa nggak enak juga nggak menyenangkan.

"Aku bercanda," kata Karma sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya secara bersamaan disertai cengiran lebar khasnya.

"Karma-kun, sebelum ke rumahmu, kita mampir aja dulu deh," ajak Nagisa saat aura dan hawanya sudah hilang.

"Kemana emangnya?"

"Umm ... gimana kalau ke Taman Bermain baru dekat Skytree itu? Aku dengar permainan dan wahananya seru-seru lho! Berani coba?" ajak Nagisa.

"Wah, boleh tuh. Memacu andrenalinku," kata Karma setuju.

.

.

.

"Hatchuuu~!"

"Kau kenapa, Akashicchi?" tanya Kise heran saat kawan kecil#dilempargunting nya itu bersin padahal udaranya nggak dingin-dingin amat, malah Kise tengah menikmati es krimnya. "Kau masuk angin?"

"Nggak. Rasanya beda," jawab Akashi sambil menyeka hidungnya dengan sapu tangan. "Eh, by the way, Ryouta, kau mau nunjukin apaan?"

"Itu lho-ssu," kata Kise lalu mengobrak-abrik isi tasnya dan mengeluarkan selembar brosur. "Aku dengar ada taman bermain baru di dekat Skytree. Main ke sana yok?" ajak Kise yang mendadak nampak seperti anak kecil.

"Oy! Ingat umur!" tegur Akashi.

"Ih! Akashicchi gak asyik! Udah ah! Gak apa-apa-ssu! Gak usah sok jaim deh, gak ada yang ngeliat kok! Soalnya Chokoracchi gak muncul di fic ini-ssu," kata Kise sambil menarik tangan Akashi yang mungil #plak.

"Gue gak lagi mikirin Suzukaze! Dan jangan tarik-tarik tangan gue, BakataRyouta~ (Bakatari: bodoh banget| BakataRyouta: Ryouta yang bego banget| Kise: Hidoi-ssu~!)!" teriak Akashi. Namun apa daya, dengan badan segede cabe gitu (Akashi: Author, lu ngajak berantem?| Ni-chan: *kabur*) mau gak mau ketarik juga.

Kise yang berhasil nyeret Akashi ke taman bermain pun tersenyum puas. Beda dengan makhluk (?) yang ditariknya yang udah nahan diri biar gak ngamuk di tempat umum dari tadi karena takut image-nya tercoreng.

"Puas nyeret aku sampai sini, Ryouta?"

"Belum-ssu. Temani aku masuk ke rumah hantu ya! Itu konon belum ada yang bisa menyelesaikan rutenya sampai akhir gara-gara udah parno duluan. Jadi rekor orang yang bisa masuk cuma 10 meter aja-ssu," jelas Kise.

"Apa peduliku?" tanya Akashi kesel.

"Ya jelas peduli lah-ssu! Masa Akashicchi gak mau namanya terpampang di papan rekor Taman Bermain ini sebagai 'Si Merah yang Berhasil Melewati Rumah Hantu'?" tanya Kise.

"Sekalian aja, kau yang nyetak rekor 'Si 'KUNING' yang Berhasil Melewati Jamban Ter'WOW' Sedunia'," tampis Akashi sadis.

"Akashicchi hidoi-ssu! Masa aku disamain sama pup!" Kise mewek-mewek.

.

.

.

"Jadi pertama-tama kita naik wahana apa dulu, Nagisa-kun? Aku sih maunya jet coaster yang kecepatannya nyaingin Mach 20-nya Koro-sensei itu, katanya kecepatannya Mach 22," kata Karma sambil menunjuk jet coaster yang kecepatannya 'WOW' banget.

"G-gak deh, mending kita naik yang lain dulu," kata Nagisa.

"Kalau gitu kita naik Sky Tower yuk!" ajak Karma lagi-lagi mengajak Nagisa naik ke wahana yang serem. Sky Tower yang dipilih Karma itu 'lagi-lagi' berketinggian 2222 meter dan kecepatannya pun Mach 22.

"Gamau, Karma-kun," tolak Nagisa lagi.

"Kalau gitu-!" seru Karma namun Nagisa dengan cepat menyela.

"Kalau mau memacu andrenalin, kita ke rumah hantu aja," ucap Nagisa.

"Rumah hantu?" ulang Karma.

"Yup!" kata Nagisa sambil mengangguk mantap. "Ayo cepat, Karma-kun! Rumah hantunya di sana!" Nagisa udah ngacir ke bangunan gelap diantara tempat-tempat berkerlap-kerlip di Taman Bermain itu.

"Tunggu, Nagisa-kun! Kau serius mau ke rumah hantu?" tanya Karma setelah mengejar Nagisa yang kini sudah tiba di depan rumah hantu tersebut.

"Ya, tentu saja!" jawab Nagisa sambil tersenyum lebar. "Kau mau menemaniku memasukinya kan, Karma-kun? Kalau bisa, aku ingin kau memecahkan rekor menyelusuri rute rumah hantu ini sampai selesai."

"Hah?" tanya Karma tidak mengerti.

"Iya, konon belum pernah ada yang bisa menyelesaikan rute rumah hantu ini, rekornya hanya 10 meter. Karena, ehm, di dalamnya yang jadi hantu bukan Om-Om atau Mbak-Mbak atau Cabe-Cabe yang pake make-up menor dan menyamar jadi Om Pocong atau Mbak Kunti atau Gender-Uwoh, tapi ...," jelas Nagisa.

"Hantu asli, gitu maksudmu, Nagisa-kun?" potong Karma.

"Yupz! Karma-kun benar!" kata Nagisa. "Kita masuk sekarang aja yok!" ucap anak manis tanpa dosa itu sambil menarik tangan sahabatnya itu agar masuk ke rumah hantu.

"O-oke." kata Karma pasrah ditarik oleh kawan shota-nya.

.

.

.

"Wah, ternyata emang serem ya-ssu," kata Kise sambil menerawang langit-langit rumah hantu tersebut. Mereka baru berjalan sekitar 3 meter, tapi atmosfer di sana sudah cukup untuk membuat kedua sejoli tersebut merinding disko.

"Apa katamu? Ini sih kecil! Kita aja sudah dipinjemin senter sama yang punya ini rumah hantu!" kata Akashi bersikap sok berani, padahal dia sendiri hampir pipis di celana.

"Uh, aku gak kuattt... takut nih-ssu,"

"DIEM! Kan lo yang ngajak-ngajak gue ke rumah hantu sialan ini! Jadi lo gak boleh pergi sampai kita nyelesein rute rumah hantu gaje ini! Lo kira gue juga gak pengin pulang?!" teriak Akashi berusaha melepaskan rasa takutnya.

"Ta-tapi Akashicchi,"

"DIAM ATO LO GUE PECAT!"

"Eh!? Aku gak kerja sama Akashicchi-ssu!" protes Kise.

"DIAAAMM! Perintahku itu mutlak! Nggak boleh digubris lagi! Lo disini sampai selesai atau-!"

Pret... (Ehm, mohon readers sekalian jangan anggap suara itu sebagai ledakan yang berasal dari pantat seseorang (baca: kentut), entah Akashi atau Kise, tapi itu adalah suara yang menandakan kalau senter yang dipegang Akashi sekarang mati).

"HUWAAAA~! Makin parah aja nih-ssu!" Kise mewek-mewek.

"Jangan bikin gue makin parno, bakaaa~!" teriak Akashi.

"Mau gimana lagi-ssu,"

"JANGAN TERIAK! PAHAM?!"

"NGGAK-SSU~!"

"Grrrhhh~!" Emosi Akashi pun sudah sampai pada puncaknya, Pemirsah. Dan inilah acara yang kita tunggu-tunggu! Tabok-menabok! Akashi sudah siap dengan senter di tangannya untuk menggemplang kepala Kise. Tapi nggak tau kenapa, senternya nggak ngenain apa-apa. Kayak ngenain angin aja gitu, gak ada apa-apa.

"Lho? Ryouta?"

"..."

"Ryouta!"

"..."

"JAWAB GUE, BAKA! PERINTAHKU ITU ABSOLUT!" Akashi masih aja teriak-teriak sendiri, ehm, mungkin dia sudah bisa diberikan gelar, orgil #dihujaningunting.

Sedetik kemudian, Akashi akhirnya benar-benar menyadari bahwa 'mungkin' temannya yang berisik itu memang sudah nggak ada ... hilang termakan oleh kegelapan rumah hantu ini.

"GYAAAAA~!" teriak Akashi lalu lari-lari di lorong rumah hantu itu.

'Tahap pertama sukses-ssu, Kurokocchi'

.

.

.

"Nagisa-kun, kau yakin mau masuk ... ehm, rumah hantu ini?" tanya Karma agak takut-takut, namun tetap stay cool, gak mau image cool-nya tercoreng di depan sahabat baiknya yang 'sangat' baik ini sampai mengusulkan untuk mengunjungi rumah hantu yang paling dihindarinya.

"Lho? Kenapa? Kan asyik! Karma-kun takut?" tebak Nagisa.

"G-gak kok! Hehehe ... yuk, masuk aja!" ajak Karma.

Dan ... -eng-ing-eng- ... the moment of truth ...

"Karma-kun nggak apa-apa?" tanya Nagisa heran ngeliat Karma yang udah kejang-kejang kayak lagi kesurupan aja, padahal belom dimasukin apa-apa gara-gara setannya sendiri takut sama dia.

"Nggak pa-pa kok! Toh, kan ada senter," kata Karma belagak sok cool (emang cool kok!) biar gak ketahuan kalau dia lagi takut setengah mati.

"Duh, serem banget nih," gumam Nagisa sambil melihat-lihat sekeliling.

"Iya kan? Nagisa-kun mau keluar aja?" tawar Karma yang sebenernya mau modus keluar juga.

"Wah, iya tuh! Habisnya aku takut kalau lama-lama di sini. Tapi Karma-kun di sini sampai rute akhir ya! Karma-kun kan pemberani!" kata Nagisa dihiasi dengan senyumnya yang aduhaiii... (entah kawaii atau kowaii)

*Gulp* Karma menelan ludah. Masa dia harus nyelesein rute rumah hantu legendaris ini sendirian tanpa kawan baiknya yang mengusulkan ide terpujinya masuk ke sini?

"Jaa nee, Karma-kun! Bertahan sampai akhir ya!" Nagisa melambaikan tangan lalu segera keluar lewat pintu masuk. Samar-samar Karma melihat ada orang yang juga berambut biru di luar rumah hantu tersebut.

'Mungkin perasaanku aja ...' gumam Karma angkat bahu lalu dengan enggan dia pun menyelusuri rumah hantu itu tanpa tau ada sebuah 'surprise' beraneka ragam di dalamnya.

.

.

.

"Duh ... Ryouta pake acara ngilang-ngilang lagi! Jangan-jangan dia diculik sama makhluk gaje di sini? Ahh ... gak mungkin ah! Paling dia kabur! Huh, awas aja kalo dia balik untuk sujud-sujud minta maaf sekalipun gak akan kuampuni!" umpat Akashi.

Akashi sudah berhasil masuk sedalam 15 meter, dan dari sinilah tantangan bermula. Akashi pun mendapat 'surprise' pertama dari ...

"Hallo Bang Cebol, lagi sendirian?"

"HAH?! Siapa yang LO panggil CEBOL?!" tanya Akashi berang sambil menengok ke belakang. Tapi alangkah kerennya (?) muka Akashi setelah melihat kalau yang menyapanya itu seorang (cowok/cewek?) berkulit hitam, memakai baju kantoran yang sudah lusuh dan robek-robek, dari kaki sampai lehernya semuanya utuh meski ada sedikit bercak-bercak merah, namun ... yang membuat Akashi kaget bukan kepalang adalah ... orang itu nggak punya kepala!

"HUWAAAAA~!" Akashi langsung cabut.

.

.

.

"HUWAAAAA~!"

Sebuah jeritan misterius terdengar di telinga cowok kece berambut merah dan beriris gold itu. Spontan bulu kuduk cowok kece itu berdiri semua. Untung aja gak keliatan kayak landak.

"Hiiihh! Jeritan apa pula tuh. Kok kayaknya aku kenal suara itu," gumam Karma berusaha menahan rasa takutnya. "Ah, paling cuma kecoak yang kerasukan kali ya. Hehehe ..."

Hohoho ... jangan senang dulu, Karma, 'surprise' pertama untukmu akan segera datang ...

"Nii-san ... tolongin aku, Nii-san ...," sebuah suara parau mengagetkan Karma.

"Hah? Tolongin apa, Dek?" tanya Karma yang dengan pintarnya langsung menoleh ke sumber suara tersebut. Dan matanya hampir loncat begitu tau siapa yang dilihatnya sekarang.

"Aku ... aku ... kehilangan mataku ... Nii-san ... pernah liat nggak?" tanya anak itu. Biar Author jelaskan seperti apa 'anak' yang sedang berhadapan dengan Karma. Dia berambut platinum-blonde acak-acakan. Badannya sempoyongan dan seperti hendak ambruk, tangannya terlihat habis teriris oleh pisau tajam karena darah segar masih setia mengalir di tangannya. Juga yang terpenting, dia tidak mempunyai kedua bola mata, kosong aja gitu.

"E-eh!" Karma yang awalnya udah mau cabut masih sempet-sempetnya tanya lagi. "Emang matamu modelnya kayak gimana?"

"Mataku ... warnanya ... kuning gitu, atau gold juga bisa ... mirip-mirip ... dengan mata Nii-san ... Boleh ... aku minta ... sepasang?" pintanya polos.

"Akan aku berikan kalau aku punya dua pasang! Tapi aku cuma punya sepasang, jadi maap, GAK BISA KUBERIKAN!" seru Karma lalu langsung cabut karena gak sudi matanya diperlakukan kayak sepatu yang bisa dimintai sepasang-dua pasang. "AAAAHHHH~!"

.

.

.

"AAAAHHHH~!"

"Suara apaan tuh?" pikir Akashi. "Masa bodo, aku mau cepat keluar dari rumah hantu sialan ini terus pulang dan bobok!"

Akashi masih aja terus mengumpat tanpa sadar ada bayangan melesat ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Akashi baru aja menyadari tapi udah terlambat dan ... BRUUUUKKK!

"AWWW! Apa-apaan sih!" teriak Akashi yang kesakitan abis jatuh gara-gara tabrakan super barusan.

"Ittai ... lho, Nii-san?"

"Karma? Ngapain kau di sini?" tanya Akashi heran bagaimana bisa adiknya tersayang dan terimudh di dunia ini bisa ada di home-sweet-home ini bersamanya.

"Jalan-jalan." jawab Karma acuh tak acuh sambil membuang muka. "Nii-san sendiri?"

"Aku juga jalan-jalan! Jangan salah paham ya! Aku nggak diseret-seret sama temenku untuk masuk ke rumah hantu sialan ini! Malah aku yang nyeret-nyeret dia! Dan ujung-ujungnya sekarang dia malah ngabur!" jelas Akashi berentet-rentet yang malah menjelaskan kalo dia yang diseret-seret sama temennya.

"Oh, kalo itu aku juga sama," balas Karma.

"Hah? Kau juga?!"

Karma mengangguk singkat. "Cepet pulang yok, Nii-san. Aku nggak mau lama-lama di sini."

"Kau pikir aku mau lama-lama di sini?!" Akashi bersungut-sungut. Lalu mereka berdua kembali berjalan menyelusuri rute rumah hantu itu.

"Kok serem banget yaa ...," ucap Karma saat melihat langit-langit rumah hantu tersebut yang dihiasi oleh kain-kain sobek yang menambah kesan angker. "Siapa sih, yang bikin rumah hantu beginian? Kurang kerjaan banget."

"Karma, simpan ocehan gak gunamu itu pas kita keluar dari sini! Sekarang fokus dulu! Salah-salah ntar kau diculik sama makhluk-makhluk gini kayak temenku!" Akashi memperingatkan.

"Hah? Emang temen Nii-san kenapa?" tanya Karma kepo.

"Ah! Tau ah, gelap!"

"Gelap ya Mas? Perlu aku kasih ramuanku ini biar kau bisa melihat?" tanya sebuah suara aneh yang sontak membuat kakak-adik itu merinding disko.

"Karma, kau dengar gak?" tanya Akashi gemeteran.

"Denger lah! Emang aku congek!" balas Karma yang juga merinding.

"Mas ... ini ramuannya ...," ucap seseorang pelan dari belakang Akashi dan Karma. Hampir aja mereka lompat saking kagetnya. Seorang perempuan bertopi panjang dan berjubah hitam pekat itu menyerahkan sebotol ramuan berwarna pelangi pada mereka. "Jangan dibuka sebelum berhasil melewati rumah hantu ini sampai selesai yah ..." ujarnya lalu menghilang dalam kegelapan.

"O-oke ...," Karma menerima ramuan itu dengan agak takut-takut. "Kok rasanya aku kenal suara itu ya ... Nii-san, lanjut yuk?"

"Iyalah! Ayok!" kata Akashi.

Mereka pun kembali menyelusuri rumah hantu tersebut meski tau bakal ada 'surprise-surprise' gaje lain yang akan dipersembahkan khusus untuk mereka. Mereka berhasil gak ya, melewati rumah hantu gaje itu? XD

~To Be Continued~

Hahaha, alurnya jadi gaje gini. Pokoknya intinya sekarang Akashi dan Karma lagi 'jalan-jalan' di rumah hantu 'gaje'. Ini FF yang Ni-chan buat untuk selingan saja :3 (buatnya main-main & hasilnya juga main-main XD). Buat yang nungguin FF 'Two Different Sides', akan Ni-chan update secepatnya setelah UN selesai. Jangan lupa ya, Minna :3 Review please~!