Etto.. jadi ini adalah fanfic pertama saya disini, capek menetap di dunia silent readers(?)

Enjoy minna-nyan!

.

.

.

.

Author: Iwacchi

Disclaimer: Kishimoto Kashima-sensei!

Genre: Romance/Friendship

Pairing: Uzumaki Naruto x Uchiha Sasuke

Warning(s): BL/YAOI, typos, bad summary, new writer etc.

DON'T LIKE? DON'T READ PUHLEASE.

.

.

.

The Luck Is Running Off.

Chapter 1: The Beginning of All.

Cahaya matahari pada hari ini tentulah terang, sangat malah kalau bisa ditambahkan. Itu lah komentar yang dilontarkan dari seorang pemuda manis berambut kuning cerah dan berkulit cokelat nan mempesona. Mata sapphire terang itu pun menghela napas berat, terlihat sekarang ia sedang berjalan kaki sendirian dengan memakai pakaian lengkap atribut sekolah.

"Ttaku- padahal aku baru saja masuk SMA tapi Kyuu-nii maupun Iruka-jii-chan, tak satupun dari mereka yang rela mengantarkan ku ke sekolah ttebayo." Mengembungkan pipi pertanda sebal.

Tak lama selang ia mengerutu kesal. Gerbang sekolahan akhirnya dicapai sang pemuda, lebih tepatnya bernama Uzumaki Naruto. Barulah saja pemuda berambut kuning cerah ini melanjutkan sekolah nya ke SMA. Terpampang jelas nama sekolahan yang ia masuki, Konoha High.

Terlihat jelas pula anak-anak lain berturunan dengan anggun satu persatu dari mobil mewah yang mereka naiki. Mobil mewah cukup terdengar aneh baginya, meskipun Konoha High adalah sekolah yang diperuntukan untuk orang mampu toh Naruto juga tidak semampu mereka dan sebenarnya juga ia masuk melalui beasiswa, ia yang hanya bisa bertahan hidup dibawah gaji Kyuu dan Iruka tak akan pernah mencukupi biaya sekolah ini tanpa adanya beasiswa tersebut.

Tatapan terpesona, jijik, semua bercampur dan ditujukan pada si surai kuning. Ia yang terlihat tidak peduli tetap kokoh dan berjalan ke arah wall magazine, atau bisa juga disebut majalah dinding. Mata sapphire nya menelusuri nama-nama yang adaa disana.

"Ah mitsuketa!" senyum cerah terbentuk tepat saat ia menemukan namanya yang termasuk dalam kelas 1-3. Baru saja ia membenarkan posisi dan hendak bergegas kearah kelasnya, badannya tertabrak oleh seseorang bersurai biru tua. Tapi indra penciuman nya mendapatkan sebuah aroma kopi, dilihatlah lantai yang sudah terkena cairan berwarna cokelat dengan nista. Gulps, pemuda bernama Naruto menelan air ludah dalam sebuah kegugupan tepat saat matanya menemui baju laki-laki didepannya sudah terkena kopi.

[Sasuke POV.]

Kaki ku menelusuri koridor dengan misi mencari majalah dinding dengan sebuah kopi ditanganku, kulihat seorang pemuda bersurai kuning cerah didepanku—tch bocah. Belum saja mulutku mengeluarkan kata perintah bagi nya untuk minggir tiba-tiba saja ia bergerak dan menabrakku, persetan pula ia membuat baju ku kotor dengan kopi yang pada saat itu sedang kupegang di tangan kananku.

Mata ku bertemu matanya, sapphire warna yang tenteram—tersadar dari lampunan, aku berdehem.

"Oi." Dengan tatapan tajam aku menatapnya.

[Naruto POV.]

'Akh! Sialan, baru saja masuk aku sudah membuat perkara.' Aku berkata didalam hati.

Sebuah senyuman kaku kuberikan padanya selagi menelan ludah. "Etto.. G-Gomenasai!" menurukan badanku sekali tapi bermakna sebagai tanda meminta permintaan maaf. Tetap diposisi itu aku yang berniat untuk mengintip wajah yang saat ini sedang ia berikan malah langsung bertemu dengan matanya, betapa buruknya keberuntungan ku hari ini. Kembali menunduk seketika kulaksanakan untuk menghindari tatapan langsung seperti yang berlangsung tadi.

[End POV.]

Sunyi. Tidak ada lontaran kata dari kedua pemuda yang bisa di temukan. Si surai gelap pun menghela napas berat, lumayan memberikan sengatan hawa tidak enak bagi lawan bicara. Yang sampai saat ini masih menatap mesra lantai sekolah barunya itu.

"..Ano—" Naruto yang mencoba mengeluarkan suara nya pun tersentak saat pemuda misterius didepannya memotong moment miliknya.

"Hn, merah." Tentu Naruto mengerti apa yang dia maksud. Dasinya, yang berwarna merah menandakan bahwa dia adalah anak murid kelas beasiswa.

"..Gelandangan bodoh sepertimu hanya akan menyulitkan udara bersih masuk." Dengan dengusan dan tampang sombong sang lawan bicara berambut model pantat-uhuk-ayam memutuskan untuk mengakhiri percakapan mereka dan berjalan kearah berlawan, lebih tepatnya kea rah tangga. Tempat dimana para 'pelajar mutiara' menuntut ilmu. Right, dasi hitam, menandakan bahwa ia lah salah satu dari mereka. The Genius Ones.

Twitch,

"H-Hei! Apa maksudmu hah?! Kalau mau berkelahi sini! Jangan kabur begitu saja oi, teme!" Merasa kata-kata yang sangat amat sangat menusuk. Naruto dengan sigap menggulung kan lengan tangan baju nya yang tadi menjadi seperemat.

Uchiha Sasuke, nama dari pemuda yang sudah memanaskan si surai pirang itu pun menyeringai tipis.

'Berani sekali.' Membalikan badannya selagi memasukan kedua tangannya kedalam kantung celananya, Sasuke dengan tegap menatap sang pemuda yang tengah menantangnya. Dan dia bersumpah hanya akan mengatakan ini sekali, jujur lawan bicara nya lumayan mungil—manis—ah, terserahlah.

"Menantang? Tidak ada gunanya dobe." Tiba-tiba saja matanya menatap Naruto seakan ia ingin membunuh pemuda itu. Belum sempat Naruto mengucapkan sepatah kata pun Sasuke sudah melanjutkan lagi part miliknya.

"..Kalau begitu-" Sasuke memberi jeda, membiarkan sebuah seringai terbentuk. "Aku akan memberimu sebuah pekerjaan, simple." Sekali lagi ia menjeda membuat sebuah alis terangkat pada wajah Naruto, penasaran, sungguh.

"Kau, harus menjadi pesuruh ku sampai akhir kelulusan." Flat, ia menatapnya tenang menunggu hamper 5 detik penuh sampai akhirnya si pemuda bermata sapphire membelalak seakan telah mendapatkan sebuah bencana yang sama sekali tidak pernah ia harapkan.

"T-Tungu sebentar.. Apa-apaan—"

"Sebagai permintaan maaf. Dasar bodoh, kau kira bisa mengganti baju sekolahan ini." Nah barulah terpikir olehnya, ia kan anak beasiswa. Segala kebutuhannya, mulai dari seragam itu telah tercapai karena sekolahannya inilah yang memberikan itu padanya. Keluarga nya itu krisis akan keuangan, Naruto pun memilih untuk diam seribu kata.

"Uchiha Sasuke, 1-1. Mulai hari ini, kutegaskan lagi. Pesuruh." Naruto meneguk ludahnya dengan sukses membuat sang surai hitam makin tertarik.

"Hn, berikan nomormu. Segera, supaya aku bisa meminta pesuruhku untuk bertugas. Kegunaan mu kan?" Ingin sekali ia mencabik-cabik muka sombong lawan bicaranya yang terpampang—Tunggu, Uchiha? Apakah.. Shit, anak dari kepala sekolah nya, Uchiha Fugaku?!

Naruto dengan pasrah mendekat, ia mengeluarkan handphone nya, memberikannya pada Sasuke yang dengan kasar menerimanya, bertukar nomor. Merasa bahwa kegiatan bertukar sudah selesai pun melempar handphone Naruto yang tentu dengan cepat langsung tertidur di tangan tan-nya.

"Teme! Kau kira mencari uang itu gampang?!" Tatapan tidak suka terpampang saat mendapatkan tatapan tenang dari si pelaku.

"Hn." Naruto ditengah kesunyian menghela napas.

"Oh ya, Uzumaki Naruto." Entah ia itu memang orang yang moody atau apa, tapi sekarang senyum manis terbentuk selagi ia menjulurkan tangan kanannya. Melupakan segala argumentasi yang mereka lakukan. Sasuke yang masih terdiam saat matanya terpaku pada senyuman sang surai pirang pun hanya menganggukan kepalanya pelan lalu mengalihkan pandangan kearah luar—tepat dimana para siswa baru berdiri. Sial! Upacara penerimaan siswa baru.

"Tsk, dobe." Ia pun bergegas ke arah yang dituju dari tempat kejadian mereka bertemu.

"Ha..?" Bingung, saat melihat pemuda itu beralih kearah pintu yang terbuka lebar. Naruto mencoba meloading apa yang ia lihat. Barisan para siswa, pada saat itu pun ia terbangun dan dengan cepat mengikuti langkah pemuda bersurai hitam.

"Ah! Oi, Sasuke tunggu—" Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba ia tersandung kakinya sendiri tepat saat mereka sudah berada di tempat dimana para siswa dengan mudahnya berpaling dan menatap kedua surai gelap dan terang. Bisa dimaklumi betapa kencang suara si pirang kan? Sasuke yang sempat mengalihkan pandangnya kebelakang saat mendengar nama kecilnya pun membelalakan mata yang sedari tadi terlihat dingin.

Cough, ya bagaimana tidak. Sekarang posisi Naruto berada diatas Uchiha muda, belum lagi bibir mereka yang sekarang bersatu. Bersatu. Sekiranya selang beberapa detik, Naruto pun meletakan satu tangan nya ke atas kepala.

"Itte..tte-" Sadar bahwa pemuda dibawahnya sama sekali belum mengeluarkan satu kata pun, padahal harusnya Sasuke lah yang mengaduh kesakitan.

"Oi teme, daijoubu ttebayo?" Seakan mengalami amnesia sementara, Naruto menjelajahi sekeliling nya. Ada yang terdiam tidak percaya, menggelengkan kepala, memotret mereka, bermuka merah dengan darah yang—Abaikan yang satu itu, ia menatap kembali Sasuke dengan tatapan apa yang sudah terjadi. Sasuke terdiam lalu berkata tanpa suara, gerakan mulut yang akhirnya menyadarkan Naruto. Menyadarkan dari semua kebodohan yang telah menumpuk dikepalanya.

Satu kata. Yang Naruto ingat sekali, malahan masih dengan senang berlarian di pikirannya, kata-kata yang sengaja dilontarkan,

'd-o-b-e'.

Mereka baru saja dengan-tidak-sengaja berciuman.

TBC.

.

.

.

Wawawa! Gimana? qwq. Maaf untuk beberapa typos yang bertebaran, mohon dimaklumi ufufu.

Ayo para senpai! Kasih saran lagi qwq, sekalian jalan cerita biar aku gausah mikir. /hus /pemales

So, mind to review? Thank you very much for reading sweets! –Iwacchi.