Paris, You, and Me
Vocaloid©Yamaha Corp.
Paris, You, and Me©Arisa Kaminaga
Summary: Rin berlibur ke Paris! Yey! Dan, di sana dia bertemu seseorang yang membuatnya mengalami banyak hal.
Genre: Romance
Rated: T
Warning: GaJe, typo, OOC, garing, bahasa campur aduk, dan berbagai warning-warning lainnya!
Story 1. What the-?!
"MICCHAN! CEPATLAH!"
Suara ultrasonik Rin cukup membuat Bandara Narita hancur berantakan.
"Ugh... bantuin kek, kamu uring-uringan sendiri!" dengus Miku sambil membawa 2 koper, 1 backpack, 1 tas selempang, dan 2 kresek berisi jeruk dan negi. Sedangkan Rin hanya membawa 1 tas selempang.
"BANTUIN!" teriak Miku sampai sukses membuat semua yang ada di sana tuli. "GUA BUKAN PEMBANTU LU!"
Akhirnya keluarlah kata kasar dari mulut Miku.
Rin langsung mencari alasan. "Aduh, Micchan, lengan aku keram(?) nih..," kata Rin sambil memegang lengan kanannya.
"Elah... alasan aja," Miku berjalan dan mengabaikan Rin. "Ya udah kalo gak mau bawa koper sendiri... baju dan jeruk aku ambil."
Rin langsung menghampiri Miku. "Eh, eh, jangan dong, Micchan yang unyu-unyu...," kata Rin sambil mengambil kopernya dari tangan Miku.
Miku memutar matanya. "Terserah..."
"Hahaha.. ayo cepat, keburu berangkat pesawatnya!" Rin menarik tangan Miku.
"Woi, tangan jangan lu tarikin!"
xXx
"Yah, Micchan... kita gak duduk bareng...," Rin cemberut saat melihat nomor seatnya di tiket.
"Lah, emang kenapa?" tanya Miku sok cool.
"Huuaaaaa... MICCHAN JAHAT!" jerit Rin. "Ya sudah, aku nggak mau ngomong sama Micchan!" Rin berjalan meninggalkan Rin.
Miku tersenyum jahil. "Awas kalau kau mencariku ya..."
"Aku tak akan mencarimu!"
BRUK!
Rin menabrak seseorang berambut honeyblonde. Yang nabrak jatuh, yang ditabrak malah ketawa.
"HOI! BANTUIN KEK!" bentak Rin.
"Hehe.. gomennasai. Oiya, suaramu kecilin dong. Dari tadi, sejak aku di luar bandara, suaramu kedengaran, tahu. Kalau kau terus berteriak seperti itu, bandara ini akan dilanda tornado," tawa lelaki itu.
BLETAK!
Jitakkan keras mendarat di kepala pemuda itu.
"Kenal aja nggak, ngatain orang seenak jidatnya!" seru Rin. Ia melanjutkan jalannya.
"Tuh cewek, sumpah aneh," umpat pemuda itu.
xXx
"Halo, Rin-chan," goda Miku di seat 17A. Rin hanya memalingkan muka. Ia duduk di seat 19A.
"Permisi, aku duduk di seat 19B," kata seorang pemuda sambil tersenyum jahil.
"Ya sudah du-" Rin mengangkat kepalanya. "KAMU?!" pekik Rin.
Pemuda itu menutup mulut Rin dengan tangannya, lalu mendorong Rin agar duduk. "Ini pesawat, lho."
"Hmmpfth..." Rin menunjuk mulutnya yang dibekap tangan itu. Pemuda itu melepas tangannya.
"Ugh... dari tadi kamu bikin aku kesal!" gerutu Rin. Ia menggembungkan pipinya.
"Hihi... kamu kawaii deh," pemuda itu mencubit pipi Rin.
BLETAK!
Pemuda itu mendapat tinju keras dari tangan Rin untuk kedua kalinya.
"Dasar genit!" ledek Rin sambil menjulurkan lidah.
"G-gomennasai..." pemuda itu mengelus perutnya yang mendapat tinju dari Rin.
'Para penumpang harap memakai sabuk pengaman karena 1 menit lagi pesawat akan take off'
Rin segera memakai sabuk pengaman dan berdoa.
"Semoga selamat...semoga selamat...semoga selamat...," gumam Rin. Pemuda di sampingnya menatap Rin heran.
'Nih cewek kayak nggak pernah naek pesawat aja?' batin pemuda itu. Ia pun memberanikan bertanya. "Kenapa kamu kelihatan cemas begitu?"
"Siapa yang cemas! Emangnya ada, orang yang nggak mau selamat sampai tujuan?! Baka banget lu," jawab Rin dengan entengnya.
Pemuda itu hanya kedip-kedip mendengar cewek di sampingnya meledeknya 'baka'.
'Emang wajah aku yang keren ini nampak baka ya? Apa mata cewek ini rabun?' batin pemuda itu.
"Hoi, aku tahu kamu lagi ngatain aku di dalam hatimu," ujar Rin.
'Eh? Dia paranormal ya?'
"Tapi, aku bukan paranormal atau dukun," celetuk Rin.
Pemuda itu hanya cengo di tempat. Wajahnya yang tampan seperti monyet itu tak lagi tampan.
xXx
Di Bandara International Charles de Gaulle...
"Hhmmm... Micchan di mana ya?" Rin melihat di sekelilingnya. Nihil.
"Huee... jangan-jangan... Micchan beneran ninggalin aku?!" pekik Rin. "HUUEEE... MICCHANNNN!"
"Nggak di Jepang, nggak di sini, sama aja," celetuk pemuda berambut honeyblonde itu.
Rin mengusap air matanya. "Apaan sih?! Dari tadi ikut campur urusanku aja! Kenal aja nggak," ujar Rin.
"Oke, Kagamine Len, panggil saja Len. Kau?"
"Komine Rin," jawab Rin.
"Nah Rin, ki-"
BLETAK!
Tinju ketiga kalinya.
"Siapa suruh kamu panggil nama depan aku?!" seru Rin. "Nggak sudi!"
"Oi," pemuda bernama Len itu meringis kesakitan. "Kau sudah menjitak kepalaku, meninju perutku, dan sekarang meninju lenganku. Apa lagi yang mau kau tinju?"
"Jadi, kau mau tambah lagi?!" seru Rin.
"Eh, NGGAK!"
Rin melihat sekitarnya. "Huee...Micchannn! Kamu di mana sih?!" rengek Rin.
"Ngng... begini saja," Len berniat memberi usul. "Untuk sementara, bagaimana kalau kau menginap di apartemenku dulu? Tapi, cuma ada 1 kamar, sih."
"WHAT THE-" Rin mengumpulkan emosinya. "Ini gue cuma mimpi apa lu yang gila?!"
"Kamu nggak mimpi, dan aku nggak gila," jawab Len dengan polosnya. "Jadi...mau ya?" pinta Len sambil mengedipkan sebelah matanya.
'Ya Tuhan... aku ingin muntah...,' batin Rin.
"DASAR GENITTTT!"
xXx
"I-ini.. apartemenmu?" tanya Rin sambil memasuki apartemen itu takut-takut. "Emang kamu sering ke sini ya?"
"Iya, aku sering ke sini, biasanya pas liburan. Kamu?" Len bertanya pada Rin.
"Biasanya aku ke sini cuma seminggu dan nginap di hotel bareng Micchan. Biasanya sih, aku di sini buat ngurusin butik punya haha. Tapi, aku nggak ada niatan beli apartemen," jelas Rin. Len hanya ber-oh ria.
"Nih, kamarnya," Len mempersilahkan Rin masuk ke dalam kamarnya.
"Eee... kalau aku tidur di kamar, kamu tidur di mana?" tanya Rin.
"Ya, di kamar dong," jawab Len enteng.
"Kamu..."
"Apa?"
"H-HENTAI!"
BLETAK! PRANGG! DUARRR! MEAAUWWW!(?) DUAKK! JDARR!
Oh, Len yang malang. Pastikan saja, apartemenmu yang elite itu besok akan hancur berantakan.
TBC
Halo, minna-san... aku balik nih^^
Oiya, gomen, gomen! Fic aku yang Your Smile is My World masih belum bisa lanjut... ide tentang kelanjutannya masih buntu. Jadi, buat ngisi kekosongan waktu, aku bikin fic ini! Yyeeeyy! #dilindes
Tapi tenang aja... Yout Smile is My World bakal lanjut kokk... tapi kalo lama, jangan marah ya... hehe...
Last word...
.
.
.
.
Review please...^^
