Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : AU, typo, dsb.
Rated : T semi M (for violence)
.
Luna Rossa
.
Beginning
.
Fate and meetings.
Pain and despair.
When the sun shines with a reddish light.
.
.
Aroma khas tanah basah yang menyeruak indera penciuman seorang gadis yang tengah duduk di balkon kamarnya. Ya, titik-titik air yang turun dari langit membasahi bumi. Karena cuaca sedari siang mendung maka dampaknya titik-titik air itu turun saat senja ini.
Tak nampak pada hamparan luas tak berujung itu siluet-siluet jingga yang bisanya menghiasi kota ini dikala senja.
Gadis itu beranjak dari duduknya, ia melangkah maju menuju pagar pembatas balkon. Dihirupnya partikel-partikel udara yang bertebaran sehingga masuk memenuhi rongga paru-parunya. Bau ciri khas hujan masih mendominasi indera penciumannya.
Ia mendesah. Entahlah apa yang tengah ia rasakan dan pikirkan sehingga mendesah seperti itu. Yang pasti, semenjak beberapa minggu terakhir ini ia merasakan perbedaan yang signifikan dalam hidupnya. Panca inderanya kini agak lebih menajam daripada biasanya, dan dalam pikirannya terkadang berkelebatan bayangan-bayangan yang masih kabur saat ia tengah tertidur dan termenung. Dan itu cukup mengganggunya, dan ia merasa seperti mendengar bisikan-bisikan yang tak ia mengerti. Ia kembali mendesah.
Lalu ia duduk kembali di sofa yang empuk berwarna hitam. Ia menyenderkan punggungnnya pada senderan sofa.
Sejenak matanya terpejam.
Il tuo destino. L'utente deve rispettare con il destino.
Principessa dei dispersi sono tornati. Principessa che scompaiono...*
Gadis itu tersentak kaget saat mendengar suara serak yang tak ia kenali, dengan refleks ia menegakkan tubuhnya. Napasnya agak memburu. Lalu ia menundukkan wajahnya, kedua belah telapak tangannya ia jadikan sebagai tumpuan wajahnya yang tengah menunduk.
Setelah agak tenang kembali, ia tersenyum getir.
"Apakah aku mulai gila? Halusinasikah?" ucapnya lirih.
Kembali ia menyenderkan punggungnya. Hembusan angin semilir menerpa wajahnya, seakan ia merasakan ketenangan dalam buaian angin semilir itu. Suara rintik hujan, gemerisik dedaunan yang tertiup angin, desahan samar angin, dan juga aroma khas hujan bagaikan lantunan lullaby baginya.
Rasa kantuk mulai merambahnya, perlahan-perlahan kelopak mata menutupi iris mata emeraldnya, membawanya pada dunia bawah sadarnya. Dan selamat datang di dunia mimpi.
.
.
Jalanan jantung kota Konoha tampak padat oleh lautan manusia yang melakukan aktivitas paginya seperti hari-hari biasanya. Suara deru mobil yang melintas hinggap di indera pendengaran milik seorang gadis beririskan mata emerald. Di sela-sela kesibukan jalanan jantung kota, gadis emerald itu tengah menatap sketsa yang berada di atas meja kerjanya —baginya— di hadapannya itu dengan kedua alisnya yang bertautan dan dengan kerutan di keningnya yang agak lebar.
Ia heran pada dirinya sendiri. Entahlah, sudah berulang kali ia menggoreskan pensil kesayangannya di atas sketsa putih itu, tiap goresannya itu menyatu membentuk satu kesatuan sintesa yang membentuk sebuah gambar. Dan berulang kali juga tiap goresan yang ia torehkan selalu menghasilkan wajah seseorang, tepatnya wajah seorang lelaki yang tak ia kenali. Ia mendesah frustasi.
Bagaimana mungkin ia dapat menggambarnya dengan lekukan-lekukan yang mendetail, padahal ia tak mengenalinya apalagi pernah melihatnya?
Gambar yang berada di sketsa itu menggambarkan sesosok wajah seorang lelaki yang tampan dengan rambutnya yang err —aneh, hidungnya yang mencuat dengan dua buah pasang mata yang tajam.
Gadis beririskan mata emerald itu memijit-mijit keningnya, lalu ia meyenderkan punggungnya.
"Aneh," desisnya.
Ia kini tengah duduk disebuah ruangan, tepatnya di kamarnya. Kamarnya yang agak luas bercat dinding berwarna nila, terdapat sebuah ranjang berukuran Queen size dengan seprainya yang berwarna biru tosca, di dinding yang berada di belakang ranjangnya itu terdapat gambar sulur-sulur akar daun berwarna abu-abu tua yang melintang memenuhi dinding berbentuk persegi empat itu. Di pinggir ranjangnya terdapat sebuah buffet kecil yang berukiran senada dengan ranjangnya —sulur-sulur dedaunan. Lalu terdapat sebuah lemari besar berwarna hitam, dan juga sebuah kamar mandi.
Tok... tok... tok...
Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamarnya. Dengan agak malas ia beranjak dari tempat duduknya dan mendapati seorang gadis berdiri di depan pintu kamar yang telah ia buka.
Seorang gadis berperawakan agak tinggi untuk ukuran wanita, kulitnya yang putih, matanya yang beririskan shappire dan rambut pirangnya yang diikan ke belakang dengan ponystyle. Ia mengenakan blus berwarna biru tua dengan rok di atas lutut 5 centimeter.
"Ya ampun... Ada apa denganmu?" pekiknya saat melihat keadaan gadis beriris mata emerald yang ada di hadapannya.
Terlihat raut wajahnya yang lelah dan agak pucat. Gadis emerald itu tersenyum lemah. "Aku tak apa, Ino," sahutnya. "Dan tumben sekali kau datang. Ada apa?"
Gadis pirang bernama Ino itu memandangnya dengan tatapan tak percaya, "Kau lupa? Hari ini kan kau harus pergi ke gallery. Apa sih yang ada dipikiranmu sehingga kau melupakan janjimu. Dan kuperhatikan, akhir-akhir ini kau agak pucat dan —kurusan. Benar kau tak apa, Sakura?"
Gadis emerald itu —Sakura, menatap Ino malas. Ia berisik sekali. Seketika matanya melebar. Ia baru saja ingat untuk menemui kliennya di gallery.
"Ya ampun, Ino... Bagaiman ini? Aku belum apa-apa," ucapanya histeris sembari berjalan menuju meja kerjanya. Menyambar sketsa dan tas yang ia letakkan di sana.
"Ayo, kita berangkat!" ucapnya.
Ino hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.
.
.
In gallery
Terdapat banyak sekali lukisan yang menggantung menghiasi dinding-dinding gallery. Seorang gadis beriris mata emerald tengah berdiri di depan sebuah lukisan yang abstrak, di pinggirnya terdapat seorang lelaki tua yang berumur sekitar 50 tahunan, nampak Sakura tengah menjelaskan pada lelaki tua itu tentang lukisan yang menggantung di sana.
Suasana di gallery ini terlihat ramai oleh pengunjung. Dan lelaki tua ini adalah salah satu kolektor lukisan. Lelaki tua itu mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Sakura.
Sementara itu Sakura merasakan sesuatu. Ia merasa di perhatikan oleh seseorang yang entah siapa dan yang jelas bukan lelaki tua yang berada di sisinya itu.
Bulu kuduknya seketika meremang. Berkelebat bayangan hinggap di benaknya. Wajah seorang lelaki yang samar-samar dilihatnya. Ia memegang kepalanya. Lelaki tua itu menatap Sakura khawatir.
"Kau tak apa?" tanyanya khawatir.
Sakura tak menjawab. Ia semakin jelas mencengkeram kepalanya. Lalu tiba-tiba tubuhnya jatuh. Dan semuanya menjadi gelap.
.
.
Sepasang mata onyx yang sedari tadi memerhatikan gerak-gerik seorang gadis beririskan mata emerald itu agak melebar saat didapati sang gadis terjatuh pingsan. Tapi dengan segera ia menyembunyikan keterkejutannya itu.
"Akhirnya kutemukan juga —Principessa," ucapnya lirih sembari tersenyum yang sulit diartikan.
.
.
to be continued
Il tuo destino. L'utente deve rispettare con il destino. Principessa dei dispersi sono tornati. Principessa che scompaiono. = Your destiny. You must comply with destiny.
Princess of the missing have returned. Princess who disappear.
a/n : whua... Rie datang kembali... sorry buat yang nunggu fictnya yg dahulu-dahulu. Rie tahu Rie masih banyak hutang tapi sayang ide ini sedari dulu udah ada. daripada berakhir di Recycle bin, kan? oh iya, maaf kalo masih belum kerasa fantasynya... hehe... ^^
hehe...
boleh minta REVIEWNYA...?
Dan GRAZIE MILLE for read this fict. ^^
