"I'm Sorry For Loving Him [Chapter 1]"
Author : loovyjojong
Genre : Romance
Rating : T
Cast : Kris | Baekhyun
.
.
.
Bagaimana rasanya memiliki kekasih?
Bagaimana rasanya dicintai?
Bagaimana rasanya diperhatikan?
Bagaimana rasanya jika cintamu terbalas?
Baekhyun POV
Kekecewaan tak bisa kututupi ketika aku tahu bahwa aku bukan wanita yang terpilih untuk mendampingi hidupnya. Ingin menangis tapi tak bisa. Ingin tersenyum tapi itu sangat munafik karena aku sedang sedih saat ini. Sudah beberapa jam yang kulakukan hanya berguling-guling di tempat tidurku sambil menahan sesak di dada. Menunggu waktu yang tepat untuk menumpahkan semua emosi. Seluruh hatiku bahkan hampir kuserahkan padanya. Setidaknya aku sedikit beruntung karena Tuhan tidak mengijinkan kisah ini berlanjut ke tahap yang lebih jauh lagi.
Beberapa jam yang lalu, dia menghubungiku. Sekedar menanyakan kabarku dan kedua orang tuaku. Obrolan kami berlanjut dengan saling melemparkan candaan. Sampai kurasakan jantungku berdetak kencang saat dia mengatakan akan pulang ke kampung halamannya. Senang, itulah yang kurasakan mengingat ini pertemuan pertama kami dan pesawat yang akan dia naiki akan mendarat di kota tempat tinggalku. Ya, kami memang belum pernah bertemu, tapi entah kenapa dari semua obrolan yang kami lakukan melalui telefon membuat rasa cinta bersemi dihatiku.
Kami sangat antusias, namun itu tidak berlangsung lama. Aku kembali mematung karena kaget mendengar kalimat yang dia lontarkan. Kalimat yang membuatnya bahagia namun membuatku hancur dalam sekejap.
.
.
.
Author POV
Flashback 3 hours ago
"Yeobboseyo?" Sapa Baekhyun saat mendengar ada telefon masuk ke handphonenya.
"Yeobboseyo, bagaimana kabarmu dan keluarga saeng? Baik kan?" Tanya laki-laki di seberang sana.
"Aku baik oppa, bagaimana disana? Kau juga sehat kan?" Tanya Baekhyun sedikit manja.
"Ne, oppa baik disini."
Obrolan mereka lanjutkan dengan berbagai topik pembicaraan. Sampai tidak terasa waktu sudah bergulir satu setengah jam.
"Saeng, bisakah kau menjemput oppa di bandara tanggal 13 nanti?" Tanya sang laki-laki.
"Oppa akan pulang? Benarkah? Apa kita akan bertemu? Oppa aku gugup bertemu denganmu." Jawab Baekhyun beruntun.
"Ya! Ya! Ya! Kalau bicara jangan seperti itu, oppa bingung menjawabnya. Pertama, oppa akan pulang karena ini sudah hampir akhir tahun dan oppa belum mengambil jatah cuti oppa. Kedua, benar kita akan bertemu asal kau bersedia menjemput oppamu yang gagah ini di bandara, adikku yang manis." Kata sang oppa panjang lebar.
"Oppa, kau bilang aku manis untuk merayuku eoh? Dasar laki-laki."
"Ya! Kau ini tidak sopan sekali pada oppamu! Oppa penasaran denganmu. Apakah semanis fotonya atau lebih jelek dari yang oppa bayangkan?"
"Oppa!" Baekhyun sedikit berteriak kesal, membuat sang oppa tertawa.
Ya, mereka memang belum pernah bertemu karena sang pria yang dipanggil oppa sedang menjalankan tugasnya sebagai tentara yang menjaga perbatasan di pulau seberang. Perkenalan mereka diawali dengan ketidaksengajaan karena Baekhyun salah sambung saat akan menghubungi temannya. Dan hubungan ketidaksengajaan itu berlanjut menjadi status kakak adik diantara keduanya. Namun tidak sepenuhnya rasa sayang itu berlandaskan status kakak dan adik. Karena Baekhyun menganggapnya lebih. Lebih dari rasa sayang adik kepada kakaknya.
"Oppa akan tiba jam berapa besok?"
"Sekitar jam 2 siang, tunggu oppa ya?"
"Tentu, aku akan menunggumu. Oppa, kau pasti senang akan bertemu dengan eonni kan?" Ada sedikit rasa cemburu saat Baekhyun menyebutkan kata 'eonni' yang tidak lain adalah kekasih dari pria yang dicintainya.
"Ne, oppa akan bertunangan dengannya. Doakan kami ya?" Jawab lelaki bernama Wufan itu.
"Mwo?" Baekhyun sedikit gugup.
"Oppa akan bertunangan, saeng."
"Geurae, chukhahamnida oppa. Semoga kalian bahagia" Baekhyun menahan sesak di dadanya yang ia rasakan setelah mendengar kalimat itu. Akhirnya yang ia takutkan terjadi juga.
"Ne, gomawo saeng. Kalau begitu sudah dulu ya. Oppa harus bersiap-siap mengurus kepulangan oppa."
Tidak lama setelah itu telefon terputus. Baekhyun masih mematung ditempatnya. Terngiang-ngiang percakapannya beberapa saat lalu. Hari ini ia baru saja merasakan bahagia karena akan bertemu dengan laki-laki yang dicintainya. Namun hari ini juga ia serasa disambar petir mendengar kabar bahwa laki-laki yang dicintainya akan bertunangan dengan kekasihnya.
Flashback Off
.
.
.
13 September 2010
Seandainya saja Baekhyun dapat menangis dan berteriak, ia pasti sudah melakukannya dari kemarin. Sayangnya ia tak ingin merusak ketenangan yang selalu dirasakan keluarga Byun. Sakit dalam hati yang ia rasakan tidak bisa begitu saja disembuhkan. Apakah kalian pernah merasakannya? Dadamu terasa seperti terhimpit tembok raksasa, tidak bisa bernafas dan ingin menangis sekencang-kencangnya.
Pandangan mata Baekhyun mulai memburam karena buliran air mata siap meluncur dipipinya. Sedari tadi yang ia lakukan selalu menjadi tidak fokus. Yang ia ingat hari ini hanya satu, bertemu dengan sang oppa.
"Aauuch"
"Ya! Noona kalau sedang menyetrika hati-hati. Sayangilah jari lentik yang sudah diturunkan ibu kepadamu." Ucap Sehun sang adik karena kasihan melihat jari kakaknya yang terluka karena menyenggol setrika panas.
"Ne, gomawo. Ah, sebaiknya aku obati dulu." Elak Baekhyun karena tak ingin adiknya melihat kabut di matanya.
Baekhyun segera membereskan baju yang baru selesai disetrikanya. Ia pun langsung memasuki kamar dan berganti baju untuk bersiap-siap ke bandara. Masih ada waktu dua jam lagi sebelum pria itu tiba. Di satu sisi hatinya merasa tak siap, tapi di sisi lainnya Baekhyun juga tak sabar ingin bertemu pria itu.
Ddrrrrrttttttt drrrrrrrtttttttt
Baekhyun segera memeriksa handphonenya untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan.
"Saeng, tunggu oppa di bandara ya, sayang." Ternyata dari pria itu, sepertinya ia sedang transit di bandara Gwangju dan sedang menunggu keberangkatan menuju Seoul.
"Ne, oppa. Hati-hati di jalan."
'Ya Tuhan, kuatkan hatiku.' Batin Baekhyun perih.
.
.
.
Suasana bandara Internasional Incheon sedikit ramai. Terlihat antrian puluhan penumpang pesawat sedang menunggu giliran untuk keluar dari bandara. Baekhyun mendudukkan dirinya di kursi ruang tunggu. Matanya mengedarkan pandangan sekedar mengurangi rasa bosan.
"Agassi, apa kau akan menjemput keluargamu?" Tanya seorang laki-laki yang diperkirakan usianya diatas 30 tahun.
Baekhyun menjawab dengan senyum ramahnya, "Ne, ajussi"
"Boleh aku tahu pesawat yang dinaiki keluargamu?" Tanya ajussi itu lagi seolah ingin tahu urusan Baekhyun.
"Eemm…kalau tidak salah Korean Air. Memangnya ada apa ajussi?" Tanya Baekhyun.
"Ah tidak apa-apa. Kalau jadwalnya tidak mundur, pesawat itu akan tiba sebentar lagi. Kau tunggu saja, ne?"
"Ah ne, gamsahamnida ajussi."
Setelah itu Baekhyun kembali duduk sendirian sambil mengedarkan pandangannya. Benar saja apa yang dikatakan ajussi tadi. Suara perempuan yang bertugas di bagian informasi bergema keseluruh penjuru bandara, mengatakan Korean Air baru saja melakukan pendaratan. Baekhyun kembali panik. Jantungnya berdegup semakin kencang. Tidak tahu harus berbuat apa. Kepanikan Baekhyun terhenti saat menyadari telefon genggamnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Dari Kris.
"Yeobboseyo, Oppa?" Tanya Baekhyun gugup.
"Ne, kau sudah di bandara? Oppa sudah tiba, saeng." Kata Kris senang.
"Ne oppa, aku sudah di ruang tunggu bandara."
"Tunggu sebentar lagi ya, oppa sedang antre mengambil barang." Jawab Kris.
"Ne." percakapan mereka berakhir.
Baekhyun berkali-kali menghembuskan nafasnya kasar untuk mengurangi kegugupannya. Matanya mengarah ke pintu kedatangan dalam negeri. Segerombolan orang keluar melalui pintu tersebut. Pandangannya bertemu dengan sepasang mata elang milik seorang pemuda. Pemuda yang dicintainya. Pemuda bernama Kris.
Senyuman tersungging di wajah mereka berdua. Langsung saling mengenali wajah masing-masing yang sudah mereka lihat sebelumnya melalui foto.
Setelah berjabat tangan tanda pertemuan, mereka berjalan beriringan menuju tempat Baekhyun memarkirkan motor kesayangannya. Sempat kerepotan mengatur barang bawaannya yang berupa ransel besar membuat Kris sedikit bingung. Kris memutar balikan ranselnya untuk mendapatkan posisi terbaik agar tidak kerepotan saat membawa ransel itu sambil mengendarai motor Baekhyun.
"Ya! Oppa, cepatlah sedikit. Lelet sekali." Omel Baekhyun tidak sabar.
"Sabar sedikit, ransel ini membuat oppa repot."
"Oppa cepatlah, kasihan ajussi itu dari tadi menunggu kita keluar antrian."
Kris menengokkan kepalanya kebelakang, tampak seorang pria paruh baya dibelakang mereka sedang tersenyum kecil menyaksikan pertengkaran kakak beradik tak sekandung itu. Setelah menunggu beberapa detik akhirnya mereka keluar antrian dan Kris segera memboncengkan Baekhyun menuju rumah orang tuanya.
Setelah sampai di rumah, Baekhyun segera mengenalkan Kris pada orang tuanya. Orang tua Baekhyun mempersilakan pria itu agar tidak sungkan dan menganggap mereka sebagai keluarganya sendiri. Kris beristirahat sekedar melepas lelah karena sudah duduk berjam-jam di dalam pesawat. Pria tinggi itu tidak menyangka orang tua Baekhyun menyambutnya dengan ramah. Mereka bertukar cerita dan pengalaman karena ayah Baekhyun juga memiliki profesi yang sama dengan Kris. Tidak terasa senja sudah tiba mengingatkan Kris untuk segera pulang kerumah orang tuanya. Kris segera berpamitan kepada orang tua Baekhyun dan mengucapkan terima kasih karena sudah merepotkan keluarga mereka.
.
.
.
Kris seperti teringat sesuatu, ia lupa membeli oleh-oleh pesanan ayahnya. Sesuatu yang sudah diinginkan ayahnya selama beberapa bulan namun belum sempat untuk membelinya.
"Saeng, bisa kau antar oppa membeli oleh-oleh sebentar? Setelah itu baru kita pergi ke halte bus."
"Ne, kajja. Tapi tempatnya agak jauh dari sini, oppa. Kita harus melewati jalan memutar dulu. Kemudian kita harus berputar di persimpangan lagi baru bisa sampai di halte tujuanmu." Jelas Baekhyun sebagai pemandu jalan.
"Benarkah?"
"Ne."
"Benarkah harus melewati jalan memutar dahulu? Bukan karena kau yang ingin berlama-lama bersama oppa kan?" Goda kris sambil memajukan wajahnya membuat Baekhyun merona.
"Anni, aku berkata yang sejujurnya." Baekhyun mengalihkan wajahnya agar Kris tak melihat ruam merah itu.
'Maafkan aku oppa, aku memang ingin sedikit mengulur waktu.'
'Kau menggemaskan sekali, sungguh disayangkan aku terlambat bertemu denganmu.'
Oh, seandainya suara hati itu dapat didengar, mereka sama-sama meronta ingin menyuarakan perasaannya.
.
.
.
Baekhyun mengantar Kris menuju halte bis yang akan membawa Kris pulang. Hening. Tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Suasana senja sangat dingin dan sedikit gerimis. Dengan sengaja Kris menautkan tangannya dengan milik Baekhyun. Menggandengnya layaknya sepasang kekasih. Baekhyun hanya memandangi wajah Kris dari samping. Begitu juga yang dilakukan oleh Kris, memandangi wajah mungil Baekhyun. Sama-sama mengagumi dalam tatapan mata. Mereka mengatakan bahasa yang hanya dimengerti oleh hati mereka masing-masing melalui tatapan tersebut.
"Aku ingin mencubit pipimu." Kris tiba-tiba bersuara.
"Awas saja kalau kau berani!" Sahut Baekhyun galak.
"Ne…apa kau sedang mengancamku? Uh…aku takut." Balas Kris setengah meledek membuat Baekhyun cemberut.
"Awas kau oppa…" Baekhyun mengomel membuat Kris tertawa.
Tiba-tiba Kris terdiam. Memandangi wajah Baekhyun yang sedikit pucat karena hawa dingin yang mengelilingi mereka.
"Saeng, jangan terlalu sering begadang lagi. Jangan terlambat makan. Jangan sering membolos kuliah lagi. Jangan lupa beribadah." Kris memberikan pesannya sambil menatap bola mata cokelat Baekhyun.
"Oppa, kenapa kau mengatakan itu?" Sahut Baekhyun cemberut.
"Ini pertama kalinya kita bertemu setelah sekian lama. Dan oppa tidak tahu lagi kapan akan bertemu denganmu. Mungkin tahun depan atau dua tahun kemudian. Kita tidak akan tahu apa yang terjadi selanjutnya. Oppa hanya berpesan seperti itu padamu karena oppa menyayangimu. Kau adikku." Jelas Kris.
'Ya…aku hanya adik yang tidak tahu diri karena sudah mencintaimu.' Batin Baekhyun menahan sesak.
Hening kembali. Mereka hanya duduk bersebelahan tanpa tahu apa yang ada dipikiran masing-masing sambil sesekali saling memandangi satu sama lain.
Tidak terasa bis yang akan membawa Kris pulang tiba dan berhenti di hadapan mereka. Mereka saling berpandangan. Mata Baekhyun sedikit berkaca-kaca namun masih bisa mengendalikannya.
"Oppa pulang ya? Jaga dirimu baik-baik. Kita pasti akan bertemu lagi." Kata Kris.
"Ne oppa, hati-hati dan sampaikan salamku untuk orang tuamu." Suara Baekhyun bergetar menahan tangis.
"Ne, hati-hati dijalan saat pulang kerumah nanti." Pesan Kris sambil membelai kepala Baekhyun dengan sayang.
Kris langsung membalikkan badannya dan memasuki bis yang hampir berjalan. Baekhyun masih memperhatikan punggung tegap Kris yang ingin dipeluknya sedari tadi namun ia tidak memiliki keberanian untuk mengutarakannya. Kris duduk tepat disamping jendela agar bisa memandangi wajah Baekhyun dari dalam bis. Tampak pria itu melambaikan tangan kearah Baekhyun dan Baekhyun membalasnya.
Bis itu mulai berjalan. Membawa Kris pulang menemui orang tuanya. Menemui kekasihnya. Menemui peraduan hatinya. Meninggalkan Baekhyun yang mulai berkaca-kaca. Meninggalkan Baekhyun karena Baekhyun bukan pilihan hati seorang Kris.
.
.
TBC
.
.
Haii semuaaaaaa….aku author amatiran yang mencoba peruntungan di ffn, iseng2 nyoba bikin ff dan semoga banyak yang suka sama ff ini…
Oiya, ff ini pernah di publish di wp dengan cast perempua yang berbeda dan aku juga pake nama authorku yang lain jadi jangan salah paham ini ff plagiat ya…ff ini murni dr otakku..
Ditunggu reviewnya baik itu saran atau kritik….Terima kasih…
