#SaveTheDate

.

.

Dedicated for Odes Senpai birthday 28'02'15

.

.

Tittle : Symphoni Cinta

Author : Saita Hyuuga Sabaku

Disclaimer : Naruto-nya - Masashi Kishimoto

Pairing : Itachi.U. Oki (OC)

Chara : Kakashi Hatake, Uchiha Madara, Sabaku Sashi (OC)

Rate : M (for save)

Genre : Angst/Tragedy

Warning : AU, OC, OOC, abal, gaje, maksa, ancur, typo anywhere, eyd sekenanya, dsb.

.

.

Don't Like, Don't Read

.

.

Summary : Simfoni kebahagiaan yang mengalun indah seketika menjadi simfoni pengantar kematian. Seketika kehampaan mengisi hari-harinya. Simfoni kesepian dan kesedihan terus mengisi harinya.

.

.

***Happy Reading***

.

.

Chapter 1 : Simfoni Duka

.

.

.

Semilir angin menerpa wajah sendu gadis cantik keturunan Indonesia bernama Oki. Helaian rambut sehitam arangnya pun ikut berkibar dimainkan oleh angin. Di tempat ini, tempat kedua orang tuanya berbaring di dalam tanah, ia menatap nanar batu nisan yang ada di hadapannya. Batu nisan yang terukir nama ayah dan ibunya. Cairan bening itu tak sanggup lagi ia bendung, dan akhirnya mengalir turun dari sudut-sudut matanya dan membasahi pipi mulusnya.

'Buaaagh'

Oki terjatuh setelah dengan susah payah berusaha turun dari kursi rodanya. Rasa sakit yang masih menjalar di kakinya bahkan tak dihiraukannya. Ia beringsut dengan menggunakan kedua tangannya, menyeret badan dan kakinya agar lebih dekat dengan ukiran batu nisan itu.

Setelah dengan susah payah menyeret badannya, akhirnya ia dapat menggapai batu nisan itu. Ia peluk batu nisan yang bertuliskan nama ibunya dan ia tumpahkan semua emosi yang sedari tadi dirasakannya.

"Hiks ... hiks ... Ibu, kenapa semua ini harus terjadi pada keluarga kita? Hiks ...," tangisnya sambil memeluk erat batu nisan ibunya.

"Kenapa saat kebahagiaan sudah ada di depan mataku, semua itu harus terjadi?" lanjutnya masih dengan isak tangis yang sama. Isak tangis yang sangat memilukan.

"Apa aku tak berhak merasakan kebahagiaan itu? Apa salahku ibu? Apa salah keluarga kita? Kenapa Tuhan begitu kejam mempermainkan kehidupanku? Huuuuuu ... hiks ... hiks ... hiks ...," semua pertanyaan itu keluar saja dari mulutnya. Pertanyaan yang tak kan bisa di jawab oleh benda mati dihadapannya itu.

Oki beralih ke batu nisan di sebelahnya. Batu nisan yang terukir nama ayahnya. Ia lakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pada nisan ibunya. Ia peluk erat nisan itu seolah sedang memeluk ayahnya sendiri. Lagi-lagi ia lontarkan pertanyaan yang takkan mampu di jawab oleh batu nisan itu.

"Ayah, kenapa secepat ini kalian meninggalkan aku? Kenapa Tuhan tidak membiarkanku ikut bersama kalian? Kenapa kalian tega meninggalkan aku sendiri di sini?" isak tangisnya makin meledak, saat ia sadari kenyataan pahit itu.

Matahari senja sudah mulai membenamkan diri. Tapi Oki, yang hatinya tengah rapuh, masih setia pada posisinya. Ia terus menangis, meraung, dan memaki takdir yang telah merenggut kebahagiaannya.

Kejadian tiga minggu yang lalu masih berkelebat di dalam benaknya. Saat kebahagiaan tengah menanti di depan matanya, tapi sebuah kejadian di luar dugaan membuat semuanya hancur berkeping-keping. Kebahagiaan yang dinanti, kini hanya menjadi kenangan pahit.

Flash Back On

Di sebuah hotel mewah di pulau Bali, tengah berlangsung pesta pertunangan antara pewaris Tokyo Entertaint dengan pewaris dari Indonesian Fiction Group. Pertunangan antara Uchiha Itachi dari Jepang dan Oki dari Indonesia. Perayaan itu sekaligus dilakukan atas terbentuknya kerja sama antar kedua negara.

.

.

.

Oki dan Itachi sudah menjalin hubungan cukup lama. Takdir mempertemukan mereka saat Itachi yang begitu menyukai musik klasik melihat pertunjukkan musik di Tokyo. Ia terpukau dengan permainan biola yang dimainkan oleh Oki. Permainan biola yang sangat indah dan juga menyentuh hatinya, juga seluruh penonton yang memadati aula pertunjukan.

Permainan biola seorang komponis zion bernama Itzhak Perlman. Itachi juga pernah mendengar soundtrack biola itu pada sebuah film yang berjudul Schindler's List. Tak disangka ia bisa mendengar langsung permainan biola yang menyayat hati itu, dari seorang Violis asal Indonesia. Simfoni yang keluar dari alunan biola itu, mampu membawa para penonton termasuk Itachi ke sisi gelap mereka. Membiarkan semua emosi tumpah dalam deraian air mata. Itachi dapat membayangkan kalau biola itu menangis.

Itachi yang sangat terpukau akan permainan biola Oki, membuatnya ingin mengenal Oki lebih dalam. Saat pertunjukkan selesai, Itachi tanpa ragu mendekati Oki dan berkenalan dengannya. Oki pun menyambut hangat niat baik Itachi. Karena pada dasarnya, Oki adalah orang yang terbuka dan sangat senang apabila bisa mendapatkan banyak teman.

"Hajimemashite, watashi wa Itachi desu," ucap Itachi setelah berhadapan dengan Oki seraya membungkuk kemudian berjabat tangan dengan Oki.

"Watashi wa Oki desu," balas Oki membalas jabatan tangan Itachi setelah sebelumnya membungkuk.

"Aku sangat terpukau dengan permainan biolamu. Bukankah itu alunan biola soundtrack film Schindler's List?" tanya Itachi antusias.

"Kalau tidak salah komponisnya ...," ucapan Itachi menggantung, tampak sedang berpikir.

"Itzhak Perlman," jawab Oki disertai seuntas senyum yang sangat manis di pandangan Itachi.

"Kau tau, kau sangat mengagumkan Oki-san. Kau bisa membawakan permainan biola yang sangat menyentuh. Sudah lama aku tidak merasakan sensasi seperti ini," ucap Itachi panjang lebar dengan mata berbinar yang menunjukkan kekaguman.

"Ah, arigatou Itachi-san. Anda terlalu berlebihan," ucap Oki merendah.

"Jangan terlalu formal seperti itu Oki-san, panggil saja Itachi-kun, dan aku juga akan memanggilmu Oki-chan. Bagaimana, setuju?" ucap Itachi menginterupsi.

"Um, baiklah," balas Oki disertai anggukan.

Merekapun terlibat perbincangan, sampai akhirnya mereka tau, kalau mereka belajar di Universitas yang sama di Tokyo. Banyak hal yang mereka perbincangkan, seolah mereka adalah sahabat karib yang sudah lama tak bertemu. Mulai dari musik, komposer, aransemen lagu, sampai hal yang sedikit pribadi.

Bagi Itachi, sosok Oki cukup menyenangkan karena semua hal yang mereka perbincangkan cukup menarik antusias mereka. Dan bagi Oki, sosok Itachi juga menyenangkan karena sifatnya yang cukup terbuka.

Seiring berjalannya waktu, mereka semakin dekat dan semakin sering menghabiskan waktu bersama. Itachi sering melihat pertunjukkan Oki, dan setelahnya mereka selalu terlibat perbincangan yang menyenangkan. Lama-kelamaan, mereka mulai mempunyai perasaan satu sama lain dan akhirnya menjalin hubungan.

Ketika liburan semester mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk mengisi liburannya. Itachi pun sudah pernah mengajak Oki ke rumahnya, untuk dikenalkan kepada kedua orang tua Itachi. Oki pun juga sudah pernah memperkenalkan kepada kedua orang tuanya meski hanya lewat media skype. Itachi sudah berjanji pada Oki, akan melamarnya setelah Oki menyelesaikan studinya di Jepang. Dan saat itu kini telah tiba.

.

.

.

Sebagai pembukaan perayaan pesta pertunangan dan kerja sama antar dua negara, Oki diberi penghormatan khusus untuk menunjukkan kepiawaiannya dalam memainkan biola. Gesekan-gesekan pada senar biola mengalunkan simfoni yang sangat indah. Karena hari ini adalah hari bahagianya, ia memainkan alunan musik bernuansa ceria dan mampu memberi semangat. Ia memperdengarkan alunan lagu berjudul "Somewhere" yang pernah dibawakan oleh CIRC.

Semua mata tertuju pada pertunjukkan memukau yang dimainkan oleh pewaris tunggal Indonesian Fiction Group tersebut. Gesekan demi gesekan biolanya mengeluarkan simfoni yang memberi kesan ceria dan semangat yang mengalir pada masing-masing jiwa tamu yang hadir pada pesta tersebut. Mereka berdecak kagum akan kepiawaian Oki dalam memainkan alat musik itu. Gemuruh tepuk tangan menggema di aula hotel tersebut.

Setelah selesai dengan pertunjukkan yang diberikan Oki, inilah saatnya Komisaris utama Indonesian Fiction Group mengumumkan pertunangan putri tunggalnya dengan pewaris Tokyo Entertaint, sekaligus kerja sama yang mereka jalin. Gemuruh tepuk tangan kembali terdengar di aula hotel saat berita bahagia itu disampaikan.

Acara berlanjut ke pesta dansa. Lagu yang dipilih adalah From this Moment – Shania Twain. Suara alat-alat musik klasik yang beradu, mengalun lembut mengiringi setiap hentakan kaki-kaki yang tengah berdansa. Liriknya yang penuh cinta membawa setiap pasangan dansa untuk kembali kepada kenangan manis saat bersama dengan pasangan. Suasana romantis begitu terasa oleh beberapa pasang kekasih yang tengah berdansa. Termasuk pasangan utama dalam pesta ini. Uchiha Itachi dan Oki.

Saat pesta dansa tengah berlangsung, hal tak terduga terjadi. Sebuah ledakan yang cukup keras terdengar memekakkan telinga.

'BOOOOOMMMM'

Suara gemuruh ledakan mengguncang hotel tempat diadakannya pesta pertunangan itu. Gedung yang penuh dengan lautan manusia itu seketika porak poranda. Seketika ruangan itu di penuhi oleh mayat-mayat yang bergelimpangan. Terdapat beberapa orang yang masih selamat, tapi kondisinya sungguh mengenaskan.

Alunan musik klasik yang tadinya mengiringi pesta dansa seketika menjadi sebuah simfoni pengantar kematian. Seluruh anggota keluarga Oki dan Itachi hanya tinggal nama saja. Entah keajaiban apa sehingga Oki dan Itachi selamat, meski mereka harus menerima kenyataan pahit.

Tulang-tulang kaki Oki mengalami keretakan serius. Akhirnya ia mengalami kelumpuhan. Meski tipis, harapan kesembuhan kaki Oki sebenarnya masih ada. Lalu Itachi, dia terbaring lemah di rumah sakit dengan kondisi yang sangat kritis. Dia koma dan belum sadarkan diri.

.

.

.

Seminggu setelah kejadian itu, salah satu televisi Nasional menyiarkan tentang tragedi yang terjadi di aula hotel tempat berlangsungnya pertunangan Oki dan Itachi. Terungkaplah dalang di balik kejadian itu. Dan ternyata dalangnya adalah orang tertinggi dari perusahaan Fuck Corp. Saingan terberat dari Tokyo Entertaint. Ia mempunyai dendam tersendiri pada Tokyo Entertaint yang merupakan saingan terberatnya dalam kancah hiburan di Jepang. Masalah pribadi akibat kesalahpahaman antar kedua belah pihak, membuat mereka terus bersaing. Dan Fuck Corp yang tidak terima kalah saing dari Tokyo Entertaint, nekat melakukan tindak kejahatan seperti itu.

Meskipun pengamanan yang super ketat pada acara pertunangan tersebut, tapi ia juga mempunyai orang-orang yang handal dalam masalah penyusupan. Kemudian bom berteknologi tinggi, membuat bom tersebut tidak mudah dilacak. Perencanaan yang cukup matang, membuat semua rencanya berjalan mulus seperti yang ia harapkan.

Kepolisian dua negara, yakni Jepang dan Indonesia, harus mengerahkan orang-orang yang paling ahli dalam bidangnya untuk mengusut tragedy berdarah yang telah melibatkan para pewaris 2 perusahaan yang paling berpengaruh tersebut. Bahkan mereka sampai mendatangkan tim pelacak khusus dari luar negeri, demi terbongkarnya kasus tersebut. Dan dalam waktu satu minggu, akhirnya mereka berhasil mengusut tuntas pelaku dan motif di balik kejadian tersebut.

Flash Back Off

Matahari sudah tenggelam, bahkan hujan telah mulai turun membasahi bumi, tapi Oki masih enggan meninggalkan pemakaman itu. Dia merutuki dirinya sendiri yang tak ada saat kedua orang tuanya menuju peristirahatan terakhir. Karena saat itu kondisinya masih sangat kritis di rumah sakit. Hari ini pun sebenarnya ia memaksakan diri kabur dari rumah sakit.

Rasa dingin yang mulai menjalari tubuhnya tak ia hiraukan. Ia masih rindu akan orang tuanya. Meski tubuhnya telah menggigil hebat, itu tak sebanding dengan kesedihannya saat ini. Hujan makin lebat mengguyur bumi. Oki sudah terlihat sangat lemah.

Tak lama sebuah mobil terlihat melintasi pemakaman. Dari dalam mobil keluarlah pemuda berhelai perak dengan gaya rambut yang melawan gravitasi. Ia adalah Kakashi Hatake. Sahabat Oki dan Itachi saat di Tokyo. Dengan cepat ia berlari menghampiri sosok gadis yang sudah terkulai lemah di tanah pemakaman itu. Baju Oki sudah kotor oleh tanah merah pemakaman itu. Ia menatap sendu gadis rapuh di hadapannya itu.

"Baka," lirihnya.

"Kenapa kau tidak menghubungiku kalau ingin kesini Oki-chan? Aku bisa menemanimu. Itachi bisa sedih jika melihat kondisimu yang seperti ini," lirih Kakashi.

Oki yang sudah lemah hanya menyunggingkan senyum kecut sebelum kedua matanya menutup.

.

.

.

Dua hari setelah kejadian itu.

'Kriiieett'

Suara kenop pintu yang dibuka membuat gadis berhelai sehitam arang menoleh ke arah pintu. Iris hitam matanya menangkap sosok Kakashi yang mulai berjalan menghampirinya.

"Oki-chan, apa kau sudah merasa baikan?" tanya Kakashi begitu mendekat ke ranjang Oki.

"Seperti yang kau lihat," Oki berusaha tersenyum ke arah sahabatnya itu.

"Ne, ada hal yang harus kusampaikan," lanjutnya dengan raut muka serius.

"Apa ada hubungannya dengan Ita-koi?" sambar Oki.

"Ya," lirih Kakashi.

"Uchiha Madara akan membawa dia kembali ke Jepang," lanjutnya.

"Aku bahkan belum sempat menemuinya," lirih Oki.

"Kakashi, bisa kau bawa aku ke tempatnya. Aku ingin menemuinya," pinta Oki.

"Sudah kuduga kau akan meminta hal itu," kata Kakashi.

" Yah, biar bagaimanapun kau memang harus menemuinya sebelum dia pergi. Karena mungkin kau tidak akan bisa menemuinya dalam waktu dekat. Kau juga harus segera mendapatkan terapi," ucap Kakashi panjang lebar.

"Kalau begitu, aku akan minta ijin dulu pada dokter yang bertanggung jawab atas dirimu," lanjutnya. Kemudian Kakashi berbalik menuju pintu dan melangkahkan kakinya ke ruang dokter.

Tak lama Kakashi kembali ke kamar Oki dan menyampaikan bahwa dokter sudah mengijinkannya untuk membawa Oki keluar.

Setelah memapah Oki menaiki kursi rodanya, Kakashi mendorong kursi roda itu menuju parkiran tempat mobilnya terparkir. Setelah sampai di depan mobilnya, ia menggendong Oki ala bridal style untuk membantunya duduk di kursi belakang. Setelah itu ia melipat kursi roda Oki dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil, kemudian Kakashi pun memposisikan diri duduk di belakang kemudi. Mobil pun mulai melaju meninggalkan rumah sakit tempat Oki di rawat menuju rumah sakit tempat Itachi dirawat.

.

.

.

Dan disinilah Kakashi dan Oki berada. Di rumah sakit tempat Itachi di rawat. Kakashi mendorong kursi roda Oki melewati lorong-lorong rumah sakit menuju kamar Itachi. Begitu sampai di depan kamar Itachi, ia membuka pintu itu dan kembali mendorong kursi roda Oki mendekat ke arah ranjang Itachi.

Kondisi Itachi sungguh mengkhawatirkan. Selang-selang infus terpasang di pergelangan tangannya. Kabel-kabel dari alat pendeteksi jantung menempel pada dada bidangnya. Alat bantu pernafasanpun masih setia menutupi mulutnya. Ia masih belum sadar dari komanya.

Setelah mendorong kursi roda Oki dan dekat dengan ranjang Itachi, Kakashi kembali berbalik dan menuju ke pintu keluar. Biar bagaimanapun juga mereka perlu waktu berdua. Ia mengerti Oki akan menumpahkan perasaannya saat ini. Ia berharap kehadiran Oki dapat membuat keajaiban pada Itachi.

Oki yang sudah berada di samping Itachi mengulurkan tangannya meraih tangan kekar Itachi. Ia genggam erat tangan pemuda cinta pertamanya itu. Tangannya yang lain mengusap lembut helaian raven pemuda bermata onyx itu, dan turun mengelus pipinya. Tanpa di komando, air mata mengalir lagi di pipi mulusnya. Matanya menatap nanar kekasihnya yang terbaring lemah tak berdaya.

"Ita-koi, bangunlah ... hiks ... hiks," Oki mulai menangis sesenggukan.

"Kumohon, jangan tinggalkan aku Ita-koi, hiks. Aku sudah kehilangan orang tuaku, hiks. Kalau aku kehilanganmu juga, apa artinya aku hidup ... hiks ... hiks," racaunya.

"Harusnya kau biarkan saja aku yang tertimpa reruntuhan itu. Jika kau tidak melindungiku, kau tak akan bernasib seperti ini. Aku tidak bisa melihatmu seperti ini Ita-koi, hiks, hiks. Melihatmu terbaring lemah seperti ini sungguh membuatku diriku merasa bersalah," tangisnya.

Oki makin kuat menggenggam telapak tangan pemuda yang masih terbaring lemah itu. Ia tenggelamkan wajahnya pada tangan yang sedang di genggamnya itu.

"Kumohon Ita-koi, bukalah matamu, hiks ...," tangisnya masih sesenggukan.

Tanpa Oki sadari jari tangan Itachi yang tak digenggamnya menunjukkan refleks. Meski sesaat, jarinya sempat bergerak. Seakan perasaan hati Oki tersampaikan pada Itachi.

Selama beberapa menit Oki terus memandangi paras tampan yang tercetak sempurna di wajah kekasihnya itu. Ia terus membelai lembut helaian raven kekasihnya. Bahkan, bulir air mata masih setia mengaliri pipi mulusnya. Tangannya setia menggenggam erat tangan kekasihnya, seolah menguatkannya dan berkata, 'Cepatlah bangun Ita-koi.'

Setelah dirasa cukup lama, Kakashi kembali masuk ke kamar Itachi. Matanya menatap nanar pasangan kekasih di hadapannya sekaligus sahabatnya. Batinnya berkata, 'Kami-sama, kenapa kau berikan cobaan berat seperti ini pada mereka.'

Ia melangkah mendekat ke arah Oki dan Itachi. Setelah langkahnya terhenti tepat di sebelah Oki, ia menepuk pundak Oki pelan dan berkata, "Sudah saatnya kita pulang."

Oki hanya mengangguk lemah dan pandangannya tertunduk. Ia masih ingin berlama-lama di dekat Itachi, tapi waktu tak mengijinkannya. Kakashi memutar kursi roda Oki dan berjalan menuju pintu keluar, menjauhi ranjang Itachi. Sambil berjalan mendorong kursi roda, Kakashi melewati lorong-lorong rumah sakit menuju ke tempat mobilnya terparkir. Begitu sampai di parkiran, ia membantu Oki masuk ke dalam mobil dan kemudian mobilpun melaju ke tempat Oki dirawat.

.

.

.

Oki sudah berada di rumah sakit tempat ia di rawat dan kembali ke kamarnya. Biar bagaimanapun juga ia sedikit lega bisa melihat wajah kekasih tambatan hatinya itu. Ia berjanji akan menyusul Itachi ke Jepang, begitu ia pulang dari rumah sakit.

.

.

.

_TBC_


Yosh ... Minna

Maaf bagi yang menunggu kelanjutan fic saya yang lain, tapi saya justru mengeluarkan fic baru. Fic yang lain masih dalam proses.

Terakhir, terima kasih bagi yang sudah bersedia membaca fic gaje ini, dan bila berkenan tinggalkan review.

Arigatou ^-^

With Love,

Saita