fictogemino/double fiction/fiksi kembar: fiksi yang mempunyai alur ganda, dapat dibaca dari paragraf pertama ke paragraf terkahir ataupun sebaliknya.
pjo © rick riordan
thank you
—seperti sore-sore sebelumnya, dua orang remaja setengah dewa itu masih menertawai kehidupan mereka yang penuh monster dan kemalangan di pinggiran Indiana.
"Aku benci mengatakannya, tetapi terima kasih, Luke," Thalia mangalihkan pandang matanya pada titik imajiner di angkasa. Seolah-olah entah apa yang sedang dia pandang tampak lebih menarik dari wajah Luke yang nyaris tanpa cela.
Remaja pirang di sebelahnya tersenyum menggoda, "jangan memasang raut wajah seperti itu, Thals. Sekarang kita seri."
Kerutan di wajah Thalia bertambah. Sepasang irisnya yang terlalu biru melirik Luke melalui ekor matanya. Dia menghembuskan napas, bersiap melemparkan komentar sarkatis seperti biasa. "Baiklah Tuan Luke Castellan yang hebat, kau menyelamatkan Nona Thalia hari ini. Kerja bagus."
"Nah, sedikit terima kasih tidak akan membunuhmu kan?" bola mata Luke berenang-renang dalam rongganya. Menatap Thalia tanpa berpaling, kristal birunya tampak menari-nari dalam kejailan dan humor—khas anak-anak Hermes.
Thalia mendesah. Luke berpikir sahabatnya pasti kesal. Dia tidak suka menjadi orang yang diselamatkan. Itu membuatnya tampak lemah—katanya. Thalia terbiasa menyelamatkan nyawa Luke, dibandingkan sebaliknya. Tanpa dia tahu jika itu juga melukai harga diri Luke. Hei, dia juga laki-laki—meski usianya belum genap empat belas tahun. Laki-laki mana yang mau terus-menerus diselamatkan oleh seorang gadis walaupun secara teknis perempuan itu memang petarung yang lebih hebat darinya.
Luke tidak mengalihkan pandang matanya dari Putri Zeus itu. Dia cantik—sungguh. Tiba-tiba saja pikiran Luke sedikit melantur, partnernya ini pasti akan lebih cantik jika dia mau memperhatikan penampilannya (tapi, hei, siapa yang peduli penampillan kalau sepanjang hari kau hanya melarikan diri dari monster).
"Ugh, aku berutang padamu, Luke. Aku benci berutang pada orang lain—apa lagi ini soal nyawa, jadi aku pasti akan membayarnya lain waktu." Thalia mempermainkan ujung jaketnya, tanpa melupakan fakta bahwa laki-laki pirang yang cukup tampan itu baru saja menyelamatkannya dari sepasang cyclops yang kelaparan. Luke merasa, Thalia tidak perlu membayarnya. Thalia sudah berkali-kali menyelamatkannya juga.
Hari itu, Luke Castellan menjadi pahlawan bagi Thalia Grace.
silahkan membaca ulang dari paragraf terakhir ke paragraf pertama
.
compiuto
obviously, a highly experimental fic, so please pardon the weirdness of it all. thank you.
