~Happy Ending~
by
Kyuubiiechan
Milik : Masashi Kishimoto
...
.
.
.
Awal musim gugur tahun ini, berbeda dari hari-hari, tahun-tahun, dan bulan-bulan sebelumnya yang pernah dialami oleh seorang gadis bermata lavender.
Musim gugur tahun ini, ia harus menerima semua kuensekeunsi yang sudah ia perbuat, dan harus menjalani semuanya tanpa keluhan apapun itu.
Disalah satu tempat duduk menghadap kaca besar, tampak seorang gadis sedang duduk diam sambil mendengarkan musik dari i-podnya. Ia tanpak menikmati waktu istirahatnya, setelah beberapa hari ia sibuk menyelesaikan pekerjaannya di Hawai.
Seharusnya ia tidak sendirian seperti ini, tapi ia tidak merasakan kekuatiran apapun, malah ia menikmatinya.
Perlahan-lahan orang-orang berdatangan mendekatinya,
"Nona, apa kau Hinata-chan?" tanya salah satu remaja laki-laki. Hinata tanpak gugup, tapi ia mencoba menepis semua rasa ketakutannya kemudian menundukkan kepalanya sambil memperbaiki letak kaca mata plus topi yang ia kenakkan saat ini. Dengan santainya Hinata menggeleng sambil berkata,
"Siapa Hinata? Aku sama sekali tidak mengenalinya.." dengan menggunakan bahasa inggris agar semuanya tidak merasa curiga, dan mempercayai perkataannya bahwa ia bukan gadis yang mereka maksud.
"Maaf nona, kami salah mengira anda.." bocah remaja itu pun pergi meninggalkan Hinata. Hinata mengambil nafasnya dan tersenyum tenang ia lega sekali, aktingnya benar-benar sangat bagus sekali, sudah beberapa orang datang dan bertanya kepadanya mengatakan bahwa ia adalah Hinata, tapi dengan santainya pula Hinata menepisnya, karena saat ini ia ingin beristirahat sejenak sebelum ia melakukan aktifitasnya esok hari.
Henphone yang sedari tadi terus berbunyi tanpa henti dan tanpa lelahnya, meminta agar gadis pemilik henphone ini mengangkatnya,
"Ya. Aku mengerti.. Hn, aku segera pergi." Hinata berdiri dari tempat duduknya, sambil meraih baju hangatnya.
Saat ini Hinata semakin risih dengan semuanya, semua orang saat ini sedang berdesak-desakkan akan melakukan penerbangan selanjutnya. Hinata membawa kopornya, ia merasa cemas, terus menundukkan kepala sambil memperbaiki letak kaca mata hitam dan topinya agar semuanya tidak mencuragainya.
BRUUUK!
Hinata terjatuh, begitu pula seseorang yang sudah ia tabrak. Dengan sigap Hinata memperbaiki letak kaca mata, topi maupun pakaiannya, agar ia terlihat rapi dan seseorang yang sudah ia tumbur tidak melihatnya dengan jelas.
"Ma-maaf.." Hinata mengambil kopornya, kemudian pergi meninggalkan orang yang baru saja ditabraknya itu, tanpa melihat wajah ataupun jenis kelamin, yang Hinata pasti tau bahwa yang ia tumbur adalah seorang pria, karena Hinata bisa melihatnya dari tangan pria itu sedikit berotot dan tubuh pria itu lumayan tinggi dan sispex.
"Hei kau!" pria itu memanggil Hinata, karena saat ini passport Hinata tertinggal. Ia mencoba mengejar Hinata, tapi saat ia mengejar Hinata, semua wartawan tengan berlari menghampirimya. Akhir kata pria itu tidak bisa mengejar HInata, dan pasrah dengan para wartawan yang sedang memawawancarinya.
Hinata merasa bingung, alasannya untuk menghindari pria itu, selain ia takut jika saja pemuda itu mengetahui bahwa dia Hinata, dan juga para wartawan saat ini sudah berada diambang pintu untuk segera mewawancarainya. Itulah tujuan Hinata menghindar dari panggilan pria tersebut, padahal ia mulai pasrah bahwa semua wartawan tersebut akan menghampirinya, tapi malah para wartawan mengacuhkannya dan mendekati pria tersebut sambil mengambil gambar pria tersebut. Hinata merasa sedikit aneh, memang siapa pemuda itu? Kenapa semuanya terlihat akrap dan sepertinya mereka semua sudah saling kenal dengan pemuda itu.
.
.
.
.
.
"Kau ini selalu saja seperti itu. Lamban, sangat lamban." gerutu Kakasi saat melihat Hinata baru muncul. Memang ia menggizinkan Hinata untuk beristirahat, tapi istirahat tersebut hanya sebentar, dan hari ini juga ia harus mengambil gambar terbarunya sepulang dari Hawai.
"Bu-bukan kah kau bilang aku mulai bekerja besok? Tak ada masalahnyakan jika aku tidak bekerja hari ini?" Hinata memberontak bertanya kepada Kakasi, Kakasi agak sedikit jengkel dengan ucapan Hinata barusan,
"Tidak ada libur untuk gadis sepertimu? Apa kau mau karir yang susah payah kau jalani sampai kepuncak keberhasilan tiba-tiba jatuh dan terhenti ditengah jalan? Apa kau sanggup menerimanya?" ujar Kakasi menekankan nada bicaranya. Akhirnya Hinata hanya dapat menunduk, ia merasa kalah jika berdebat dengan Kakasi, lagi pula tipekal wanita seperti dia, bukanlah wanita yang membangkang semua perintah orang yang lebih tua darinya.
"Apa kau baik-baik saja Hinata-chan?" tanya Ten-ten yang mulai mencemasinya. Hinata menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kearah Ten-ten. Ten-ten bagi Hinata, sudah seperti kakak sendiri, karena jika ada masalah pastinya Ten-ten selalu ada didekatnya dan menenangkannya. Kali ini ia lelah sangat lelah sekali, baginya beristirahat 1jam itu sudah cukup, tapi kalau orang lain pasti akan merasa tidak nyaman dan mereka akan drop, tapi Hinata adalah gadis yang sangat kuat, ia tidak akan sakit hanya karena itu.
Kakasi merasa iba melihat Hinata, yang sepertinya tidak merasa senang dengan pemotretan itu, akhirnya Kakasi meminta potografer untuk berhenti dan pengambilan gambarnya diambil esok hari. Potografer pun menyetujuinya dan menerima saran Kakasi, memang Hinata sangat lelah sekali, 3 hari ia melakuakn pemotretan dan hanya menikmati istirahatnya selama 4 jam, pastinya tubuhnya saat ini sangat lelah sekali.
Hinata merasa senang, lalu datang mendekati Kakasi dan berterimakasih karena Kakasi mengerti dengan penderitaannya.
"Kau berhutang padaku." Hinata tersenyum mendengar ucapan Kakasi kemudian mengajak semua orang terdekatnya yang sudah bekerja keras dan membantunya makan malam.
Bagi Hinata Kakasi adalah sosok seorang ayah yang selalu melindunginya, Kakasi adalah menejer Hinata maka dari itu Hinata mempercayainya, sedangkan Ten-ten adalah asistennya.
.
.
.
.
.
.
Kakasi membawa istrinya Anko bersamanya menerima jamuan Hinata. Anko merasa sedih saat melihat Hinata sedikit lebih kurus dari biasanya. Kemudian Anko mulai melakukan omelan kepada Kakasi agar Kakasi bisa sedikit lebih lunak jika menyuruh Hinata melakukan pekerjaan.
"Maaf, aku merasa menyesal sekali. Tapi kali ini semua tawran selalu berdatangan untuknya. Aku melakukan semuanya yang terbaik untuknya esok hari. Aku akan berusaha untuk memahaminya." Kakasi membela diri, sambil merasa bersalah dengan semua yang telah ia lakukan kepada Hinata. Dengan lembut Anko memeluk Hinata lalu berkata,
"Maafkan pamanmu yang sedikit kurang memahami tentang perasaan wanita." Kakasi yang mendengarkan Anko berbicara seperti itu memelototkan matanya, hingga masker yang menutupi mata dan mulutnya ingin segera dibuka dan mengoceh panjang lebar membela diri bahwa ia tidak pernah salah. Kakasi itu tipekal pria yang kurang peka jika membicarakan hal seperti 'kurang memahami dan kurang perhatian' seperti itu. Semuanya malah tertawa melihat Kakasi menggurutu kepada Anko, padahal mereka suami istri tapi terlihat tidak sepasang suami istri malah seperti anak muda yang berpacaran dan selalu bertengkar.
"Aku ingin minum bir" ujar Anko sambil mengambil gelas dan menyuruh Ten-ten menuangkan bir kedalam gelasnya. Melihat Anko seperti itu Kakasi merasa kesal lalu menarik gelas Anko sambil berkata,
"Kau harus menjaga bayi kita, jika kau ingin bayi kita hidup" semuanya terbelalak saat mendengar ucapan Kakasi seperti itu, wajah Anko saat ini sudah merona sangat merah, padahal mereka sudah berencana tidak akan memberitahukan siapapun, mereka akan memberitahukannya saat janin dalam kandungan Anko sudah membesar.
"Apa Anko-nii akan segera punya bayi? tanya Hinata lugu, saat ini gilaran Kakasi yang merona merah, ia sangat malu karena semua bawahannya sedang memandang kearahnya.
"Apakah salah jika istriku mengandung anak ku?" Kakasi bertanya dengan nada dingin tapi sebaliknya ia gugup sekali untuk berkata hal semacam itu. Semuanya hanya menahan tawa agar Kakais tidak merasa kesal dan tidak merasa harga dirinya jatuh dihadapan bawahannya.
.
.
.
Hinata sampai dirumah larut malam sekali, henphonenya terus saja berbunyi saat ia menyetir mobil.
"Ya. Siapa ini?" tanya Hinata kemudian. Seseorang dari seberang sana sedikit terdiam, lalu seperti sedang menahan nafas kemudian mengeluarkannya, Hinata bisa mengetahuinya karena nadanya terlihata seseorang disana sedang menghembuskan nafasnya.
"Apa ini nona Hinata-chan?" tanya suara tersebut. Hinata sedikit gugup, ia tak menduga ternyata orang yang tak dikenali nomor ponselnya bisa tau itu dia. Hinata ingin segera mematikan ponselnya takut jika orang yang menelephone macam-macam dengannya.
"Jangan mencoba menutupi hubungan ini, jika kau menutupinya mungkin aku tidak akan menghubungimu lagi." ujar suara tersebut. Hinata terdiam, dari mana orang ini bisa tau kalau dia ingin menutup ponselnya.
"Aku tidak ingin menyakitimu. Aku hanya ingin mengembalikan passport milikmu. dimana kita bisa bertemu?" tanya suara tersebut yang Hinata dengar dari nada bicaranya orang tersebut adalah seorang pria.
"Aku tidak akan menganggumu atau menjahatimu. Aku berniat baik, jadi kau jangan salah paham dulu, aku ingin mengembalikan pasportmu, jadi kapan kita bisa bertemu?" tanya pria itu yang author tau dia adalah seorang pria tampan bernama Uchiha Sasuke, hehehehehehe.
"Hn,, sepertinya kau tidak mempercayaiku. Baiklah aku akan menentukan waktu dan tempatnya, jadi jika kau mau kau bisa menemuiku besok atau lusa." ujar sasuke kemudian. Hinata hanya terdiam membisu, ia tidak bisa berkata apa-apa, ia sedikit takut, bagaimana jika ia dikuntit oleh seseorang?
Tanpa Hinata sadari bahwa ponselnya sudah tidak tersambung lagi dengan pria tersebut. Hinata cemas sekali, akhirnya ia diam dan mencoba untuk menenangkan dirinya dengan cara, TIDUR.
.
.
.
Jam 10.00 AM. Hinata sudah berada di agency tempat ia bernaung selama 3 tahun belakangan ini. Hanya dalam waktu 3 tahun, ia bisa menjadi terkenal, pantas jika semuanya merasa iri dengannya. Tapi mereka yang bekerja disana, hanya dapat merasa bangga dengan kesuksesan Hinata, dan mencoba menjual nama Hinata agar mereka bisa terkenal juga sepertinya, dan mendapatkan banyak tawaran yang menggiurkan tapi tidak semenggiurkan dengan pekerjaan Hinata.
"Kau kenapa?" tanya Kakasi saat melihat Hinata lemah, seperti orang yang tidak beristirahat cukup. Hari ini Hinata mengenakkan sebuah mantel yang mereka tau musim gugur tidaklah sedingin musim dingin yang biasanya mengenakkan mantel seperti mantel yang dikenakkan oleh Hinata sekarang.
Selain mantel, ia juga mengenakkan baju hangat, kemudian didalam baju hangat tersebut terdapat lapisan lagi, baju berlengan panjang. Kakasi yang sedikit mencemasi Hinata setelah mendengar ucapan Anko agar ia sedikit memperhatikan Hinata, kemudian bertanya.
"Apa kau sakit?" Hinata menggeleng lalu menjawab,
"Hanya saja aku tidak baik hari ini." bukankah itu sama saja Hinata? ckckckc.
Kakasi mengerti, memberikan sebuah teh hangat, lalu membiarkan Hinata sedikit beristirahat sebentar.
"Apa kau sudah baikkan?" tanya Kakasi kemudian. Hinata mengangguk sambil tersenyum, Kakasi kemudian berdiri, lalu berkata.
"Hinata sudah merasa baikkan. Silahkan ambil gambarnya sekarang." Kakasi memberitahu kepda semuanya agar mereka segera melakukan pekerjaan mereka masing-masing. Kali ini Hinata merasa jengkel, Kakasi benar-benar difikirannya hanya uang dan pekerjaan saja. Menjengkelkan sekali.
.
.
.
.
"Siapa pria ini?" tanya Hinata saat melihat sebuah gambar seorang pria menghiasi setiap halam majalah, tabloid, dan Koran hari ini. Ten-ten mendekati Hinata, memasangkan make-up Hinata, lalu menjawab pertanyaan Hinata.
"Dia seorang model terkenal. Dia sudah berada di atas, sangat atas, kau tau ? Go Internasional. Ia sudah menjadi bintang terkenal saat ini. Apa sebelum kau menjadi seorang foto model tidak mengenalinya?" tanya Ten-ten kemudian. Hinata menggelengkan kepalanya, lalu berkata
"Aku tidak mengenalinya, karena saat itu aku berada di Inggris. Aku belum berada disini." ten-ten baru ingat, Hinata memang lama tinggal di Inggris karena pekerjaan ayahnya yang menjadi duta besar di Inggris, ia baru pulang 3 tahun yang lalu, dan saat ini ayahnya sudah menjadi duta besar lagi di Australia. Ayahnya selalu berkeliling dunia, karena dia adalah diplomat, maka dari itu Hinata merasa ia sudah besar dan bisa hidup sendiri, Hinata pun kembali ketanah kelahirnya beserta orang tuanya, Tikyo-Jepang.
Kakasi lah yang merasa dipercayai oleh ayahnya dan menganggap Kakasi sebagai adiknya untuk membantunya selama di Jepang, tapi malah Hinata tdiak menerima setiap kekuatiran yang sering di alami Kakasi kepadanya, sedangkan Anko selalu memperingati Kakasi agar selalu menjaga Hinata dengan baik saat ia bekerja.
"Kau tau, baru datang kemarin, berita sudah heboh mengabarkan kedatangannya. Dia tidak hanya sukses dan terkenal, dia sangat tampan sekali. Andai saja aku menjadi kekasih atau istrinya, maka hidupku akan selalu bertebaran penuh bunga di padang rumput yang luar." Hinata mencoba menahan tawa melihat tingkah Ten-ten yang sudah kehilangan akal sehatnya karena pria ini. Hinata memandang lebih dekat wajah pria yang berada di gambar itu, Sepertinya ia mengingat sesuatu, ia pernah melihatnya, tapi dimana dan kapan?
.
.
.
"Kau dimana?" Kakasi menanyakan keberadaan Hinata melalu telphonenya saat ini.
"Dirumah" jawab Hinata singkat.
"Tsunade memintamu untuk segera menemuinya, kerana ia ingin mengambil beberapa gambarmu dan meminta kau memakai pakaian yang ia rancang. Apa kau ingin melakukannya?" tanya Kakasi kemudian. Hinata sebenarnya tidak mau, tapi ia teringat bahwa namanya terkenal berkat pekerjaan Tsunade pertama sekali yang menawarkan agar Hinata mengenakkan pakaian rancangannya beberapa tahun lalu. Akhirnya Hinata menyetujuinya.
"Aku sudah memberitahukan kepada Ten-ten, aku tidak bisa menemanimu karena Anko sendirian. Aku harap kau mengeri dengan kondisiku saat ini" Hinata mengangguk mengerti kemudian menutup ponselnya.
Hinata mengganti pakaiannya dengan hangat, agar malam ini ia tidak merasa kedinginan. Hinata mulai menjalankan mobil sedannya berwarna putih.
.
.
.
Disisi lain.
"Benarkah? Baiklah jika begitu aku akan segera kesana." Sasuke tanpak bersemangat mendengar tawaran yang menggiurkan mungkin ia bisa mengembalikan passport milik wanita yang sudah membuatnya selalu tidak tenang dan selalu mengingat tingkah cerobohnya saat berada di bandara kemarin.
.
.
"Hinata-chan akhirnya kau datang juga! Kau harus berbahagia karena kali ini kau akan berpasangan dengan pria yang sedang dipuja-puja oleh semua orang!" Ten-ten bersemangat saat menyambuti Hinata memasuki kamar ganti di butik Tsunade.
"Be-benarkah itu?" tanya Hinata histeris, wajahnya saat ini merona merah. Pikirannya kali ini tertuju pada pemuda yang ia sukai sejak dulu, pemuda berambut merah maron dan berkarismatik, kemudian mempnyai senyuman yang sangat mematikan membuat para wanita menjadi luluh kepadanya.
"Aku sudah tidak sabar lagi" ujar Hinata bersemangat sambil tersenyum bahagia.
.
.
"Wah,, kau terlihat anggun dan manis memakai pakaian ini Hinata-chan.. Apakah kau menikmatinya? Sepertinya kau harus benar-benar segera menikah?" ujar Tsunade menjahili Hinata. Hinata tanpak gugup kemudian menghadap kedepan kaca, lalu bertanya kepada semua orang yang sedang berada di tempat yang sama.
"Benarkah itu?" tanya Hinata tidak yakin. Semuanya tersenyum.
"Benar sekali.. Kau tanpak sangat manis.." ujar suara seorang pria, Hinata mencari arah sumber suara tersebut berasal dari mana? Hinata melihat dari balik pintu, tiba-tiba seorang pria mengenakkan pakaian pengantin pria berwarna putih setara dengan pakaian Hinata, lalu mendekati Hinata kemudian tersenyum kearaha Hinata,
"Kau tanpak cantik jika terlihat lebih dekat. Tidak dekat maupun jauh kau sama terlihat cantik dan manis.. Aku menyukaimu.."
Hinata terkejut, seolah apa yang difikirkannya bahwa Gaaralah yang akan berpasangan dengannya, tapi malah pria yang tak ia kenali sama sekali.
"Akhirnya kita bertemu lagi." tambah Sasuke. Semuanya melihat kearah Sasuke dan Hinata, memandang curiga apakah mereka memang benar-benar saling mengenal? Sedangkan Hinata tanpak sedang terkejut, dan warna merah tiba-tiba sudah mulai bermunculan menhiasi wajahnya.
"Siapa pria ini?" tanya Hinata dalam hati.
TO BE CONTINUE
Sebenanya ne fanfic buat SHDL,, tapi dikarenakan sibuk maklumlah mahasiswa baru, jadinya g' bisa jadi buat SHDL, ya buat cerita biasa aja,, mudah-mudahan kalian senang N' suka.
Maaf ye,, sepertinya ne fanfic ma fanfic yang lainnnya g' bisa update,, tapi aku janji bakalan lanjut kok yang lainnya,,. Seakali lagi MAAF! ToT
Wah saya pun penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, otak saya lagi penuh dengan khyalan tentang Song Seung heon dan Kim Tae Hee pemeran Park Hae Young-Lee Seol di drama Korea "My Princes".. Saya mendapati inspirasi, walaupun pada kenyataannya mungkin mereka tidak berjodoh, tapi setidaknya dalam fanfic ini agap saja kenyataan mereka benar-benar jodoh. Dan mudah-mudahan saja kenyataan yang mereka alami di Korea sana, mereka benar-benar berpacaran atau menjadi sepasang suami istri.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya. Seperti biasa REVIEW! ^_^
R
E
V
I
E
W
