The God Hand
Kehidupan seorang gadis yg semula biasa saja berubah drastis saat dirinya di hantui mahluk astral yg mengaku sebagai Utusan Tuhan. Dengan bantuan sang Utusan, dia di percaya menjadi perwakilan Fraksi Manusia dan mendapatkan Misi untuk menciptakan sebuah perdamaian, bukan hanya untuk manusia tapi seluruh mahluk.
OC + Naruto + HS DxD
Disclaimer tetap pengarang aslinya, saya cuma pinjem charanya doank.
Ide cerita dari sebuah ff yg pernah saya baca (lupa judulnya) tapi isi cerita ...
Itu punya saya !
Rated :: M (jaga-jaga).
Chapter 1
Pagi yg indah di sebuah panti asuhan.
Seorang gadis cantik bersurai hitam panjang seperti iklan produk shampo terlihat bangun dari tidurnya. Gadis itu bernama Sakura Hanna, seorang gadis yatim piatu yg di besarkan di Panti Asuhan itu. Hanna adalah gadis remaja berusia 13 tahun yg masih bersekolah pada jenjang tingkat pertama (SMP). Dia adalah gadis yg tertutup sehingga tidak banyak yg menjadi temannya, dan karna itu pula dia tidak memiliki teman sekamar.
"Euummhhh ..."
Gumamnya sambil mengeliat. Setelah mengerjapkan beberapa kali iris lavendernya, kesadaran gadis itu mulai terkumpul sempurna untuk bersiap melakukan ritual paginya. Dan disinilah dia, sebuah kamar mandi kecil tempat penghuni Panti itu membersihkan diri. Tidak ada yg aneh saat itu, tapi ketika dia sedang mengenakan seragamnya sebuah suara seorang pria yg terdengar asing di telinganya mengganggu aktifitas itu.
"Khuhuhu ... Sebagai seorang gadis berusia 13 tahun, tubuhmu indah juga". 'Benda itu' terlihat bulat, padat dan ... Indah". Ucap seorang pria tua berambut putih seperti landak yg tubuhnya terlihat transparan.
Deg ...
Dengan gerakan patah-patah Hanna memutar kepalanya ke arah sumber suara dan terlihat seorang pria tua sedang bersidakep dan bersender di pintu. Senyum mupeng tergambar jelas di wajah transparannya tanpa sedikit pun rasa bersalah telah mengintip errr ... Melihat dengan terang-terangan gadis itu mandi.
"Kyaaaa ... Hentaaaiii !"
.
.
.
.
.
Dengan wajah penuh kekesalah Hanna berangkat ke sekolahnya sesekali dia menoleh ke arah belakang hanya untuk mendapati dirinya di ikuti oleh pria tranparan itu. Bukan karna takut tapi karna 'mahluk itu' benar-benar mesum dan selalu membicarakan hal yg tidak jelas, seperti 'anak terpilihlah' 'penyelamat dunialah' dan berbagai ucapan yg menurutnya hanya omong kosong dari seorang arwah penasaran.
"Berhenti mengikutiku arwah mesum sialan !" teriak Hanna yg sudah tidak mampu menahan emosinya lagi.
"Hey ayolah percaya padaku ... Aku adalah arwah yg di utus Tuhan untuk mencari anak pembawa perdamaian. Dan kau adalah orangnya Hanna-chan ..."
"Dan satu lagi, aku bukanlah arwah mesum aku adalah Petapa Gamma yg agung, Jiraiya-sama. Seorang petapa dengan ketampanan yg melegenda" bela Jiraiya sambil memperagakan gaya khasnya, jika dia memperkenalkan dirinya. Sementara Hanna menatapnya dengan tatapan bosan bercampur kesal.
"Jadi tuan petapa yg agung, kenapa kau mengintipku hah !" teriak Hanna lagi dan kini ditambah aksi menunjuk-nunjuk wajah transparan Jiraiya. Beberapa orang yg kebetulan melihat kejadian itu hanya menatap iba pada Hanna. Karna menurut mereka Hanna seperti anak stres yg berteriak-teriak sendiri.
"Hmmm ... Aku hanya akan terlihat seperti gadis gila jika terus berbicara denganmu" keluh gadis itu merasakan tatapan iba orang-orang padanya. Dan dengan langkah berat gadis cantik itu melanjutkan perjalanan menuju sekolahnya. Dan Jiraiya ? Tentu saja terus mengikutinya sambil tersenyum tanpa dosa.
Tanpa terasa Hanna sudah berada di sekolahnya, dia duduk di bagian paling belakang. Dan tatapan kesal selalu menghiasi wajah cantiknya. Bukan karna pelajaran yg tidak disukainya sedang berlangsung, tapi karna aksi Jiraiya sang arwah penasaran yg mesum itu sedang mencuri pandang untuk melihat isi dalaman rok para gadis juga sang guru yg kebetulan wanita muda yg cantik.
"Hah ... Tidak ada yg bagus. Gadis-gadis di sini benar-benar buruk ... Tapi Sensei ini lumayan juga, hanya saja tubuh Hanna-chan jauh lebih indah" gumam sang arwah mesum a.k.a Jiraiya. Sementara Hanna yg mendengar dan mengetahui exsistensi Jiraiya hanya mampu mendesis kesal karna aksi itu, terlebih namanya selalu di kait-kaitkan saat membandingkan bentuk tubuh seorang gadis.
Jam istirahat tiba dan selama itu Hanna tidak melihat penampakan Jiraiya. Arwah mesum itu tidak lagi berkeliaran di sekitarnya. Semula dia fikir Jiraiya telah pergi dan mencari gadis lain dan berhenti mengganggunya, tapi itu salah besar karna kini sang arwah muncul secara tiba-tiba di depannya. Hingga membuat Hanna terjungkal dari duduknya dan memberikan Jiraiya hidangan siang berupa warna celana dalamnya.
"Hanna-chan ... Warna putih tidak cocok denganmu. Kau harus memakai warna celana dalam yg kontras dengan warna kulitmu" ucap Jiraiya dengan entengnya sambil menatap intens 'segitiga bermuda' Hanna.
"Arwah mesum sialan ..." desis Hanna menahan emosi sambil berusaha menutupi asetnya. Ingin sekali dia mencongkel mata dan memukul wajah mupeng arwah itu, namun sayangnya dia tidak bisa melakukannya.
"Hey aku sedang memberimu pelajaran agar kau terlihat menggoda di mata ..."
"Gak butuh" potong Hanna cepat sebelum untaian kata mesum Jiraiya selesai di ucapkan. Tanpa permisi lagi Hanna langsung melangkah meninggalkan sang arwah, tentu saja karna kedongkolannya pada kemesuman Jiraiya juga jam istirahat yg hampir habis. Sementara Jiraiya terlihat terpuruk dengan aura suram di sekitarnya.
.
.
.
.
.
"Kalian cepatlah. Sensei sudah menunggu di ruang olahraga" ucap ketua kelas setengah berteriak pada siswi yg masih sibuk berganti pakaian di ruang ganti.
Beberapa siswi mulai tergesa-gesa mengganti seragam sekolahnya dengan seragam olahraga. Namun berbeda dengan Hanna, gadis itu hanya diam saja dengan seragam lengkap yg masih menempel di tubuhnya. Gadis itu hanya sesekali melirik ke pojokan ruang ganti dan selalu mendapati seorang kakek tua transparan yg bersandar di tembok melambaikan tangan ke arahnya tentu saja dengan senyum mupeng. Sayangnya hannya Hanna saja yg mampu merasakan exsistensinya, sehingga gadis lain tetap berganti pakaian dengan cueknya.
"Ayo Hanna-chan, ganti pakaianmu, nanti kau telat loh" ucap Jiraiya masih dengan tampang mupengnya yg semakin menjadi-jadi.
"Hanna-chan kau gak ganti pakaian ?" tanya salah satu teman Hanna.
"Aku ... Sakit. Perutku sakit uuuhhhh ... " ucap Hanna sambil memegangi perutnya, tak lupa expresi kesakitan yg sedikit lebay. Tapi ajaibnya teman-temannya langsung percaya begitu saja dan arwah mesum kita hanya mrngumpat tak jelas karna kehilangan tontonan utamanya.
"Sial !" umpatnya.
Satu bulan berlalu dan itu bagaikan neraka bagi Sakura Hanna. Bagaimana tidak, setiap saat dia harus extra hati-hati saat akan berganti baju atau mandi, karna Jiraiya selalu mencari kesempatan untuk mengintipnya. Berbagai cara telah dia lakukan termasuk mendatangi paranormal kondang untuk mengusir sang arwah, tapi semua usahanya berahir sia-sia, tidak ada yg berhasil mengusirnya. Dan sekarang, Hanna hanya mampu menatap dongkol pada Jiraiya yg asik tiduran di kasurnya.
"Sudahlah Hanna-chan, terima takdirmu dan semua akan baik-baik saja" ucap Jiraiya yg masih tiduran santai di kasur Hanna, mengabaikan tatapan membunuh dari gadis itu.
"Takdir gundulmu ! Dunia sudah damai. Tidak ada lagi perang, jadi apa yg perlu di damaikan lagi hah ?!" ucap Hanna penuh emosi selama 1 bulan ini harus di ganggu arwah mesum.
"Hah ... Sudah kukatakan berulang kali kan ini hanya kedamaian semu, sesuatu yg sangat besar akan terjadi. Karna ..."
"... Karna Fraksi akuma, Tenshi dan Da-tenshi mulai menetap di Bumi dan memikat pengguna [Sacred Gear] kuat untuk bergabung dengan Fraksinya. Ditambah seekor naga yg terdampar di Bumi setelah kalah dalam pertempuran Dimensional Garp" potong Hanna dengan nada bosan.
"Hooaammm ... Kau sudah mengatakannya berulang kali, tapi sampai saat ini tidak ada bukti perkataanmu". "Menyingkir dari kasurku, aku mau tidur !" lanjut gadis itu setelah sempat-sempatnya menguap lebar.
"Kau itu seorang gadis Hanna-chan, masa gadis menguap seperti Kuda Nil ?". "Bersikap lembutlah, selama ini sikapmu seperti seorang preman pasar" ucap Jiraiya yg sekarang duduk nangkring di atas meja belajar Hanna.
"Grrr ... Tuhan, mohon beri aku kekuatan untuk menghajar mahluk masum itu" gumam Hanna sambil menatap sengit Jiraiya. Dan seperti biasa, Jiraiya hanya melambaikan tangan dengan tampang mupengnya.
'Kau sudah memilikinya. Kekuatan yg mampu menghukum semua mahluk yg ada di dunia ini ... Cepat atau lambat kekuatan itu akan bangkit ...' batin Jiraiya sambil menatap lembut sosok Hanna yg sedang tertidur dengan wajah kesal.
'... Hinata-hime ...' lanjutnya. Dan secara perlahan tubuh transparannya mulai memudar hingga benar-benar hilang dalam ketiadaan.
.
.
.
.
.
Seorang pria bersurai kuning terlihat berjalan santai di tengah hutan yg luas hingga ahirnya sebuah gerbang yg tinggi dan megah dengan dipenuhi aksen Tengkorak sebagai hiasan berdiri kokoh di hadapanya. Jubah putih dengan motif api di bagian bawahnya melambai tertiup angin. Kalimat 'penerus ke 7' dalam huruf Katakana di bagian punggung jubah itu bukti bahwa dia bukan orang sembarangan. Pria itu mulai mengetuk pintu gerbang itu.
"Ahhh ... Shichidaime Hokage Uzumaki Naruto-sama ?! Silahkan masuk. Rikudo-sama sudah menunggu anda" ucap seorang penjaga membungkuk hormat pada sosok itu. sementara dia hanya mengangguk lalu berjalan memasuki gerbang itu.
Dan di sinilah Naruto, sebuah Kastil tradisional megah khas jaman Edo. Di sebuah singgasana megah duduk seorang pria berambut putih dengan wajah yg terlihat sangat tua. Orang itu adalah Hogoromo Ootsuki, atau yg di kenal dengan sebutan Rikudo Sannin. Di samping kanan dan kiri sang Rikudo berdiri dua pria gagah yg di ketahui bernama Indra dan Ashura. Kakak-beradik anak sang Rikudo.
Iris shapphire sosok itu kini melirik deretan shapnya berdiri. Dari ujung paling kanan seorang pria bengis nan kejam yg selalu memandang rendah pada siapa pun itu berdiri, sosok yg pernah menjadi lawannya dalam sebuah perang. Dia adalah Uciha Madara. Merasa di perhatikan sang Uciha pun balik melirik, tentu saja dengan sinisnya. Mengabaikan hal itu kini pandangannya beralih ke samping kiri Madara, berdiri seorang pria dengan tampang bodoh dan konyol, namun jangan salah dibalik itu semua dia adalah seorang master senjutsu dan akan menjadi masalah jika harus berhadapan dengannya dalam sebuah pertarungan. Dia adalah Shodaime Hokage, Senju Hashirama. Seniornya dalam jabatan Hokage. Dan kini di samping kanannya berdiri seorang pria seusianya dengan style rambut pantat ayam yg melegenda. Seorang teman sekaligus rivalnya. Dia adalah Uciha Sasuke.
"Berhenti menatapku seolah-olah kau maho Naruto" ucap Sasuke datar. Sementara Naruto hanya mendesis kesal mendengar perkataan Sasuke.
"Ehem~ baiklah karna semuanya sudah berkumpul ... Langsung saja siapa yg sudah menemukannya. Pemilik kekuatan 'Tangan Tuhan' Sacrad Gear [God Hand]" ucap Ashura. Mendengar itu Naruto maju satu langkah dan sukses menjadi pusat perhatian.
"Uzumaki Naruto ..." ucap Indra seraya menatap Intens sosok Naruto. Sasuke dan Madara hanya diam dan menatap sinis Naruto (meski hanya dilakukan Madara). Namun berbeda dengan Hashirama yg langsung berteriak girang melihat sang juniornya berhasil menemukan Sacred Gear yg selama ini mereka cari-cari.
"Uyeaahh ! Itu baru juniorku, kau hebat Shichidaime ! Mulai besok aku bisa bersantai kembali hahaha" ucapnya. Ya pencarian Sacred Gear [God Hand] membuat mereka kehilangan masa damai dalam menikmati 'kehidupan setelah kematiannya'.
"Siapa ?" pertanyaan monoton itu kini muncul di mulut sang Rikudo dan membuat Hashirama bungkam.
"Sakura Hanna. Gadis berusia 13 tahun yg sangat mirip dengan ... Hinata-hime". "Sayangnya dia belum menyadari kekuatan itu dan tidak mempercayai semua kebenaran tentang Dunia ini" jawab Naruto.
"Baiklah, tugasmu selanjutnya wahai Rainkarnasi Ashura terkuat, latihlah dia. Buat dia siap dengan takdirnya yg berat, dan yg terpenting ... Buat dia percaya tentang Kebenaran Dunia"
"Baiklah".
Merasa tidak ada yg perlu di sampaikan lagi, pertemuan itu pun usai dengan sebuah tugas baru yg harus dijalani Naruto. Hashirama dan Madara sudah menghilang sejak tadi, sepertinya duo legenda jaman dahulu kala itu sudah tidak sabar melanjutkan kedamaiannya dalam menjalani kehidupan setelah kematian mereka. Sementara saat Sasuke akan pergi, Naruto langsung mencegahnya.
"Sasuke tunggu, ada yg ingin aku bicarakan denganmu" cegah Naruto. Sementara Sasuke hanya terdiam sambil menatap Naruto penuh tanya. Merasa Sasuke menerima permintaannya, Naruto pun mulai berjalan keluar dari ruangan keluarga Ootsuki itu, di ikuti oleh Sasuke.
.
.
.
.
.
Sinar mentari pagi menerangi kamar Hanna, membuat gadis itu terbangun dari tidurnya. Hari ini dia begitu bersemangat karna sebuah mimpi indah yg selalu dia idam-idamkan. Ya, mimpi bertemu dengan seorang pria bersurai pirang jabrig yg terlihat gagah dengan pakaian tempo dulunya. Namun semangatnya tiba-tiba hancur saat mendengar suara yg sebenarnya tidak ingin dia dengar. Suara seorang pria tua mesum yg selalu membual tentang takdirnya.
"Pagi Hanna-chan !" ucap Jiraiya penuh semangat.
TBC
Salam kenal untuk senpai-senpai author dan reader sekalian ,, saya author baru nick name sayaYamicheru. Ijinkan saya untuk meramaikan dengan fict saya . Dan mohon kritik dan sarannya Minna-san, yah sudah jelas kan itu sangat membantu untuk seorang Newbie seperti saya ini.
Mohon RnR nya please \(^0^)/
TTD
Yamicheru.
