Yuri On Ice
Mitsuro Kubo
Notes : H-2. Ga tenang.
Terinspirasi Kobayashi Chi No Maid Dragon.
Bisa kupastikan lelaki yang mengaku bernama Victor Nikiforov itu adalah seorang dedemit. Walaupun berpakaian layaknya seorang butler kerajaan. Berambut silver panjang yang terikat dengan rapih dan menyisakan poni yang menutupi sebagian wajah bagian kirinya dan terlihat seperti manusia normal pada umumnya namun laki-laki itu (bagiku) tetap saja dedemit. Kenapa aku bisa beranggapan seperti itu? Karena kemunculannya yang begitu janggal.
Dia muncul ketika aku hendak pergi bekerja. Sebuah kepala naga terlihat jelas tepat didepan koridor apartementku. Persis di depan pintu kamarku. Aku yang baru saja menginjakkan dunia luar membatu karena melihat monster itu. Ia membuka rahangnya dan menggeram. Nafas dari mulutnya meniupku. Jujur aku gemetaran bukan main disaat itu saat mendengar suara geramannya. Apalagi saat melihat gigi-giginya yang tajam. Tak bisa kubayangkan bagaimana gigi itu mengoyak daging manusia.
Itulah naga. Hewan atau mahkluk (aku lebih senang menyebutnya monster) yang hidup dalam fantasi. Bisa mengeluarkan api, bisa terbang dan bisa menggunakan sihir. Berbahaya dan dianggap musuh oleh sebagian umat manusia.
Lingkaran sihir muncul didepan moncongnya lalu sekelebat cahaya putih menyinari kami dan disitulah dia muncul saat cahaya putih itu memudar. Ia tersenyum lebar.
"Selamat pagi, Yuuri."
Sapanya dan aku sama sekali belum sadar sepenuhnya dari kejadian yang menegangkan itu. Aku berpikir keras untuk mencerna semua ini dan pemikiranku berakhir dengan sebuah kesimpulan sederhana : ini hanyalah mimpi.
Ya semua ini hanya mimpi. Tapi terlalu realistis untuk disebut sebagai sebuah mimpi.
Aku membalas sapaannya lalu menyuruh dia masuk kedalam rumah dan itulah kenapa sekarang dia berada didalam ruangan ini. Sedari tadi ia tersenyum kearahku. Mata birunya memandangku dengan polosnya.
"Jadi. Apa tujuanmu kesini?" Tanyaku.
"Yuuri, ijinkan aku menjadi Butlermu!"
Balasnya dengan nada senang. Jujur, aku sama sekali tidak pernah merasa membuka lowongan kerja sebagai asisten rumah tangga. Sama sekali tidak pernah. Yuuri tenangkan dirimu. Ini hanya mimpi.
Ya ini hanya mimpi. Jangan anggap serius.
"Maaf tapi aku tidak mempekerjakan orang—"
"Kau lupa dengan janji mu kemarin?! Saat berada digunung?!"
Jawabannya membuatku membuka mata lebar. Memang.. Kemarin malam kenapa? Aku sama sekali tidak ingat. Tidak ingat... Tidak bisa kuingat.
"Kau mengatakannya begitu jelas. Aku masih mengingatnya dengan jelas." bentuk hati terbentuk dibibir merahnya. Aku sampai tidak fokus karena melihatnya. Namun tetap saja, aku harus menolak laki-laki ini dengan halus. Waktu itu, aku sedang mabuk jadi— semua yang tadi malam kuucapkan itu tidak lebih hanyalah sebuah guronan belaka. Aku menarik nafas dalam sebelum membalas jawaban Victor.
"Aku mengerti perasaanmu tapi Victor,aku sedang mabuk kemarin jadi semua itu hanya guyonan— haah.. Inilah kenapa aku benci mabuk... Maaf kumohon kau bisa mengerti soal ini. Aku tidak bisa menepati janjiku.."
Ia memandangiku seperti seekor anjing yang sedih."Baiklah aku mengerti" ia tersenyum tipis untuk terakhir kalinya dan pergi meninggalkanku. Kulihat kepergiannya yang terasa begitu lambat dan hal itu membuatku merasa bersalah. Sudut matanya mengeluarkan air mata— ternyata seorang dedemit bisa menangis seperti layaknya manusia juga. Betapa sentimetal sekali. Ia meraih kenop pintu lalu memutarnya. Aku terus memandangi kepergiannya hingga aku sadar. Buru-buru aku melihat jam.
"Sial, Aku terlambat! Victor! Tolong antar aku!"
Aku lari tergesa-gesa menghampiri Victor.
"Kau bisa terbang kan?!"
Wajah muramnya berubah menjadi bahagia.
Ia mengangguk "tentu!"
Tangan kirinya ia rentangkan kearah perkotaan. Lingkaran sihir itu muncul lalu ia berubah menjadi seekor naga putih. Tiba-tiba saja aku sudah berada di punggung nya.
"Berpegangan yang kuat Yuuri!"
Belum sempat aku menjawab dan ia langsung melaju dengan kecepatan tinggi membelah gumpalan awan. Badanku gemetar. Tanganku memegang erat sisiknya karena hidupku sekarang ini bertumpu pada sisik itu.
"B-Bisa kah kau pelankan sedikit!"
Teriakku tapi ia tidak mendengarnya sama sekali. Ia terus melaju hingga aku sampai tempar kerjaku. Bagaimana dia tahu tempat ku bekerja padahal aku belum memberi tahunya. Jangan-jangan monster ini bisa telepati?
Aku turun dari punggungnya. Setelah itu ia berubah menjadi manusia lagi.
"Victor terima kasih tumpangannya. Lebih baik kau pulang sekarang" perintahku dan ia menurutinya.
"Dimengerti."
Ia terbang lagi namun kali ini ia tidak berubah menjadi seekor naga seutuhnya. Ada sayap naga dipunggung wujud manusianya. Ia terbang kembali kerumah.
Ini hanya mimpi. Tapi kenapa begitu realistis... Berarti ini nyata. Naga itu—Victor itu nyata.
Bergegas aku berlari menuju tempat kerjaku. Untunglah pekerjaanku kali ini tidak begitu berat seperti sehari yang lalu jadi aku bisa pulang dengan selamat (dan tanpa mabuk) dalam perjalanan pulang— didalam kereta, aku memikirkan apa yang sedang Victor lakukan karena aku takut dia melakukan hal berbahaya yang tidak begitu penting. Seperti, membersihkan rumahku seutuhnya, membakar apartementku atau lebih buruknya membuat kekacauan. Selalu saja hal negatif yang kubayangkan saat memikirkan Victor. Ya, karena dia adalah monster— dedemit berwujud manusia. Seharusnya monster tetaplah jahat seperti buku dongeng yang kubaca tapi kenapa dia bertobat? Apa yang melatar belakangi pertobatan dia?
Aku terus tenggelam dalam pemikiranku hingga tidak sadar aku sudah sampai rumah. Apartementku masih utuh dan tidak ada kekacauan dimana-mana. Ternyata Ekspetasiku...
"Aku pulang"
"Selamat datang Yuuri."
Benar.
Rumahku sekarang... Seperti habis terbakar. Gosong dimana-mana bahkan Tv ku hancur! Tidak hanya Tv, semuanya sudah menjadi debu!
"Apa yang kau lakukan Victor!"
"Eh? Kupikir dengan ini kau akan senang "
"Yang benar saja!"
"Baik-baik akan kukembalikan seperti semula"
Barang-barang ku yang menjadi debu kembali seperti semula. Aku menghela nafas lega dan langsung menyenderkan diri diatas sofa yang baru saja ia kembalikan kebentuk semula. Ingin sekali aku berkata kasar kepada Victor tapi dedemit itu selalu saja menatapku dengan perasaan tidak bersalah. Membuatku kesal sekaligus membuatku mengurungkan niat untuk memarahinya.
"Victor... Seharusnya kau menyiapkanku teh, kopi atau membuatkanku makan malam. Bukan menghancurkan rumahku seperti tadi."
"Maafkan aku. Aku.. Masih pemula dalam bidang ini."
"Pemula?!"
Ia mengangguk pelan dan tertunduk dihadapanku. Lalu kenapa kau mengajukan diri jika kau sendiri tidak bisa melakukannya?
"Maafkan aku tapi.. Bisa kah kau mengajariku untuk menjadi seorang butler?"
Aku sendiri yang dimintai tolong juga tidak tahu bagaimana untuk menjadi seorang butler. Karena aku sendiri sama sekali belum begitu masuk kedalam dunia butler dan maid—Lalu apa yang harus kuajarkan kepadanya? Ah.. Aku mengabaikan keberadaan internet.
"Kau bisa menggunakan internet?"
"Internet? Apa itu?"
Tidak ada gunanya. Berarti aku harus mengajarinya dari awal. Dan mulai hari ini, dimulailah kehidupanku mengajarkan dedemit ini menjadi Butler sesungguhnya seperti butler kerajaan. Ya semoga ini bukanlah menjadi neraka bagiku
