Ini fanfic pertamaku, jadi pasti agak aneh n ceritanya garing banget..(maap, pemula kufufu)

Title: Mine Only

Setting: Five Years Later (Tsuna dkk berumur 19 thn)

Pairings: G27,1827, 6927 Slight 8059

Disclaimer: KHR bukan milik saia...hanya milik Amano Akira


Chapter 1. The Accident In The Laboratory


Untuk sebagian besar orang, pekerjaan adalah hal yang paling membosankan dan bikin BT, apalagi kalau pekerjaannya itu lagi-itu lagi.

Begitulah keadaan Tsuna sekarang, sudah 5 jam dia berkutat dengan kertas-kertas yang menggunung di meja kerjanya sejak pukul 7 pagi. Tugasnya sebagai Vongola Decimo membuatnya gila, setiap hari dia harus menghabiskan waktu berjam-jam di meja kerjanya, membubuhkan tanda tangan- membuat surat aliansi-membaca laporan-membubuhkan tanda tangan-menulis surat-membaca laporan-dan seterusnya.

Tidak adakah hal yang menyenangkan?

Pikir Tsuna sambil meregangkan tubuhnya. Tsuna menguap lebar sampai-sampai keluar air mata di sudut matanya yang mulai terasa berat.

"Hhh, istirahat sebentar mungkin tidak apa-apa." Gumam Tsuna. Untunglah saat ini Reborn sedang mengunjungi Vongola Nono, jadi tak ada yang memaksanya untuk terus bekerja. Berat rasanya kalau memikirkan Reborn akan menghukumnya bila dia kabur dari tugasnya yang menggunung. Beberapa bulan yang lalu, Tsuna sempat tertidur karena kelelahan dan menyebabkan tugasnya terbengkalai, sehingga laporan yang penting telat untuk dikonfirmasi dan ini membuat Reborn sangat marah sampai-sampai tidak mengizinkannya tidur selama 2 hari.

Kalau memikirkan Reborn, Tsuna jadi takut untuk beristirahat, karena itu dia memutuskan untuk pergi ke luar dan mencari seseuatu untuk dijadikan hiburan.

"Selamat siang, Vongola Decimo!" sapa salah satu mafioso yang berpapasan dengan Tsuna.

"Siang!" sahut Tsuna, tak lupa memperlihatkan angelic smile nya yang menawan. Kebanyakan orang beranggapan kalau Tsuna terlalu manis untuk ukuran seorang laki-laki. Mungkin itu karena rambutnya yang coklat mulai panjang, dan poninya juga terkadang menutupi mata karamelnya, membuat kesan misterius pada karakternya yang ceroboh. Setiap orang yang berpapasan dengan Tsuna, baik laki-laki atau perempuan, dia akan mencium wangi parfumnya yang 'oh-sangat-menggoda', membuat mereka melirik ke arahnya sambil bergumam 'wow'.

Keluarga mafia lain pasti mengira dia adalah perempuan pada pandangan pertamanya kalau saja Tsuna tidak memperkenalkan diri sebagai laki-laki. Karena perawakannya yang 'cute' itulah Tsuna cepat populer di kalangan mafia.

"Yo Vongola!" sapa Spanner sambil mengacungkan tangan kanannya.

"Ah, Spanner-san? Apa yang kau bawa?" tanya Tsuna saat ia melihat Spanner datang sambil membawa kantung plastik hitam di tangan kirinya.

"Ini kabel yang diminta Giannini untuk penelitiannya." Jawab Spanner datar.

"Penelitian?" Alis Tsuna terangkat sebelah. Biasanya Giannini selalu meminta persetujuan Tsuna sebelum ia melakukan penelitian objek atau percobaan-percobaan lainnya. "Penelitian tentang apa?"

"Entahlah." Spanner mengangkat bahu. "Aku hanya diminta membawakan kabel-kabel ini."

"Di mana dia sekarang?"

"Laboratorium B2."

Tsuna memutuskan untuk pergi ke Lab. B2 bersama dengan Spanner dan mencari tahu apa yang sedang dilakukan Giannini.

Sesampainya di sana, Tsuna bisa melihat betapa berantakannya lab. B2. Banyak kabel di sana-sini, kardus-kardus yang mungkin berisi penemuan-penemuan gagal, perkakas-perkakas bengkel yang berserakan di lantai, dan lain sebagainya yang membuat laboratorium itu terasa penuh.

Ini pasti karena aku jarang pergi ke sini

Batin Tsuna.

Tsuna kemudian mencari-cari sosok Giannini.

Dan…Itu dia! Nampaknya ia sedang menyolder sesuatu di sudut ruangan.

"Giannini, ini kabel yang kau minta." Kata Spanner. Giannini menoleh dan terkejut karena Spanner datang bersama Tsuna.

"V-Vongola? Kenapa kau ada di sini?" tanya Giannini grogi.

"Kudengar katanya kau melakukan penelitian?" tanya Tsuna sambil mendekat, sementara Giannini berusaha menyembunyikan objek yang tadi disoldernya.

"Apa yang kau sembunyikan?"

"A…bukan apa-apa."

"Coba kulihat!" Tsuna memaksa untuk melihat, akhirnya Giannini pun mengalah.

"Apa ini?" tanya Tsuna keheranan, nampak tak asing dengan senjata berwarna ungu yang tergeletak berantakan di atas meja. "Ini seperti…"

"Ini TYL Bazooka milik Lambo." Jawab Giannini. Mata Tsuna melebar.

"EEH?! K-kenapa bisa ada di tanganmu?"

"Yah…Itu…Ceritanya panjang."

"Lalu apa yang hendak kau lakukan dengan ini?"

"Aku sedang memperbaikinya, tiga hari yang lalu aku tidak sengaja menjatuhkannya dan rusak."

Tsuna baru ingat, memang beberapa hari yang lalu Lambo megatakan kalau Bazooknya hilang, tapi ia tak menyangka Giannini lah penyebabnya.

"Apa Lambo tahu mengenai hal ini?"

Giannini menggelengkan kepalanya, sedangkan Tsuna hanya menghela nafas.

Sudah kuduga

"Tapi aku akan mengembalilkannya begitu selesai kuperbaiki, makanya aku meminta bantuan Spanner, rencananya hari ini harus selesai."

"Kalau begitu, aku juga akan membantu." Kata Tsuna.

Akhirnya mereka bertiga bekerja di laboratorium bersama-sama selama 2 jam. Giannini memperbaiki bagian internal, Spanner bagian eksternal, sedangkan Tsuna yang tak begitu mengerti, hanya membantu mereka berdua dengan mengambilkan peralatan yang mereka butuhkan.

Tak lama kemudian…

"Nah, komponennya sudah beres." Kata Giannini sambil mengelap peluh yang mengalir dari dahinya yang mengkilat.

"Bagian sini juga sudah selesai." Kata Spanner.

"Bagus deh, dengan begini kita bisa cepat mengembalikannya pada Lambo." Kata Tsuna. Giannini dan Spanner mengangguk bersamaan.

"Tinggal satu masalah lagi." Kata Giannini.

"Eh?"

"Bagian sini agak longgar." Giannini menunjuk bagian yang dimaksud. "Jadi kalau digerakkan akan terdengar suara klotak-klotak."

Tsuna berpikir sebentar.

"Kalau diikat pakai ini bisa tidak?" tanya Tsuna sambil menyerahkan rantai kecil yang biasa ia kalungkan bersama cincin Vongola.

"Hmm, mungkin bisa kita coba." Kata Spanner. Tsuna menyerahkan rantai itu pada Giannini, sedangkan cincin Vongolanya ia taruh di atas meja.

Sesaat kemudian TYL Bazooka selesai diperbaiki dan terlihat seperti sedia kala.

"Apa kita perlu mencobanya?" tanya Spanner.

"Benar juga, tapi harus ada yang jadi kelinci percobaan kan?" kata Tsuna. Giannini dan Spanner bertukar pandang lalu tersenyum dan mengarahkan TYL Bazooka pada Tsuna.

"A-apa yang kalian lakukan?" pekik Tsuna. "Jangan bilang kalau aku yang jadi kelinci percobaannya?"

"Maaf Vongola, tapi hanya kamu yang cocok."

"Alasan macam apa itu?"

Spanner tak menjawab dan menarik pelatuk Bazooka tersebut. Namun peluru yang ia tembakkan meleset, malah melesat ke arah meja tempat Tsuna meletakkan cincin Vongola.

Suara 'BUUUM' yang keras dan asap berwarna pink segera memenuhi Lab. B2.

Tsuna bersyukur dia tidak kena tembak, namun bagaimana dengan cincin Vongola yang tadi ia simpan?

"Tembakanmu payah sekali." Komentar Giannini di tengah kepulan asap.

"Bukan tembakkanku yang payah, tapi peluru itu melesat semaunya." Sangkal Spanner.

"Aaah! Bagaimana ini? Aku menyimpan cincin Vongola di meja itu!" teriak Tsuna panik. Entah apa yang akan Reborn perbuat terhadapnya kalau dia sampai merusak cincin yang sudah turun temurun itu.

Tak lama kemudian asap pink mulai menghilang dan betapa terkejutnya Tsuna, bukannya melihat cincin Vongola, tapi dia malah melihat sesosok tubuh laki-laki berjubah hitam tergeletak tak sadarkan diri di meja itu.

Tsuna, Giannini, dan Spanner tak kuasa mengucapkan sepatah kata pun saat laki-laki itu membuka matanya dan bangun, mencoba memfokuskan pandangannya, melihat sekeliling dan menemukan Tsuna, Giannini, dan Spanner yang terpaku karena shock.

Kalau orang normal pasti dia akan bertanya, "siapa kalian?" atau "di mana ini?" dengan kebingungan atau ketakutan, tapi laki-laki itu malah bertanya…

"Maaf, apa aku salah kamar?" dengan wajah dan nada yang polos.


Chel: ...

Tsuna: ...

Chel: Gimana?

Tsuna: Ceritanya ngegantung, tapi syukur deh, ternyata bukan yaoi..

Chel: Ini belum semua, ujung-ujungnya tetep yaoi kok.

Tsuna: -_-"

Chel: Tolong review yah, aku pingin ceritanya jadi lebih baik ^^v