Judul : An Unforeseen Predicament
Author : Faithwood
Disclaimer : Harry Potter © JK Rowling
Pasangan : Draco Malfoy / Harry Potter
Penerjemah : neko chuudoku
Warning : SLASH, So so so silly XD
Catatan : As always. Saya mengetik ini bukan demi keuntungan finansial, oke? Selamat membaca.
Summary :
Draco khawatir dikarenakan kesulitannya yang tak terduga, Harry akan menganggap dia tak menarik lagi.
.
An Unforeseen Predicament
.
Draco duduk di ruang tunggu sembari mengetuk-ngetuk kakinya di lantai dan merajuk dengan segenap kekuatan. Dia menunggu si Penyembuh untuk mengkonfirmasikan ketakutan terbesarnya, yang akan berakibat mengubah hidupnya selamanya. Semuanya telah berjalan dengan baik, namun rupanya tubuhnya memiliki rencana yang berbeda. Draco berhasil menyembunyikan kesulitannya dari Harry untuk beberapa waktu, namun Harry akhirnya menyadari apa yang terjadi. Kemarin, ia berdiri di depan Draco dan memberinya tatapan keras.
"Kau ada janji besok sore," Harry mengumumkan dengan tegas, dan Draco tak punya banyak pilihan selain setuju untuk pergi dan menemui Penyembuh. Lagipula, ia tak bisa begini terus.
Harry, yang sedang duduk dan menunggu bersama dengan Draco, meraih tangan Draco dengan tangan miliknya, dan menenangkan, "Semua akan baik-baik saja. Berhentilah khawatir."
Draco mendengus. "Ini tidak adil. Segalanya berjalan begitu baik. Kenapa hal ini terjadi padaku?"
"Ini kan bukan hukuman mati," Harry menghela napas, terdengar geli. Si Brengsek. "Lihatlah aku— aku baik-baik saja," katanya menyemangati.
Draco mengayunkan tangannya. "Kau kan berbeda. Kau punya kecenderungan genetik untuk ini. Tapi aku... Aku sama sekali tak menduga ini akan terjadi padaku. Maksudku... apakah ini gara-gara sesuatu yang aku makan? Atau mungkin aku dikutuk!" Draco berseru penuh harap.
"Bisa jadi." Harry terdengar tak yakin. "Itulah sebabnya kita ada di sini. Untuk mengetahui secara pasti."
"Mungkin itu menular." Draco memandang Harry dengan pandangan menuduh.
Harry tak menghargai pernyataan itu dengan jawaban.
Draco menyembunyikan wajahnya di kedua tangan. "Bisa kau bayangkan? Aku harus membawa benda itu... kemana-mana. Sepanjang waktu. Mereka akan melekat pada diriku."
"Ya. Aku bisa membayangkan hal itu," kata Harry garing. Draco mengabaikannya.
"Dan aku akan jadi jelek. Dan kau tak akan mau tidur denganku lagi," Draco berkabung. Harry memberinya tatapan kuyu, yang tampak seperti tatapan sakit hati, dan Draco cepat-cepat menambahkan, "Yah... err... kalo untukmu sih cocok. Itu tidak membuatmu jelek. Aku tak pernah berpikir bahwa kau..." Draco melambaikan tangannya ke arah Harry. "Itu terlihat hot padamu," ia meyakinkan. Sudut bibir Harry berkedut.
"Tak ada apapun di dunia ini yang mampu membuatku tak ingin tidur denganmu lagi," kata Harry tegas.
Sedikit tenang, Draco melompat sedikit kaget ketika Mediwizard (–Penyihir Medis) keluar dan memintanya untuk masuk ke dalam kantor si Penyembuh. Dia harus mengucapkan selamat tinggal pada Harry dan berjalan menuju kehancurannya sendirian.
Sayangnya, si Penyembuh mengkonfirmasi ketakutannya dan setelah itu, Draco hanya setengah mendengarkan solusi alternatif karena sebagian besar solusi alternatifnya adalah berbagai cara Muggle. Pada saat ia kembali ke ruang tunggu, dia merasa pusing dan merana.
"Hei," Harry berkata pelan, menyenggol bahu Draco dengan bahunya. "Jadi bagaimana?"
"Tidak ada obatnya. Aku terjebak dengan benda itu."
Harry menepuk punggungnya penuh simpati. "Apakah kau mendapatkan... err... benda itu?"
Draco mendengus. Rupanya Harry menganggap itu sebagai jawaban iya, karena ia menuntut, "Coba kulihat."
Memajukan sedikit bibir bawahnya, Draco merogoh saku dan mengeluarkan si instrumen keji.
Dengan napas gemetar, dia memelototi bingkai persegi tipis itu dan kemudian meletakkan si kacamata di hidungnya.
"Aku tak akan pernah melihat diriku di cermin lagi," katanya, pada saat yang sama mengagumi penglihatannya yang tiba-tiba tidak kabur lagi.
"Kau tampak sangat gagah. Sangat intelek." Harry menganggukkan kepala.
"Aku yakin kita terlihat seperti sepasang idiot."
Harry tertawa, sayangnya ia tak menyangkal pernyataan Draco, tetapi sebaliknya, ia mengelilingi pinggang Draco, dan bersandar, lalu berbisik penuh konspirasi, "Kita harus pulang dan menguji penglihatanmu yang baru diperbaiki."
Draco mengerutkan kening. "Apa, kau mau menyuruhku membaca sesuatu?"
"Sebenarnya, bukan itu. Masalahnya adalah, aku punya tato ular baru, tapi itu sangat kecil dan magis dan dia meluncur ke suatu tempat, dan aku belum melihatnya lagi sejak saat itu. Jadi aku berharap kau akan membantuku menemukannya."
"Oh." Draco membetulkan kacamata dan mengangkat alis, merasa sedikit lebih baik. "Kalau begitu, aku akan melakukan yang terbaik dan mencarinya dengan sangat menyeluruh."
"Baguslah." Harry tersenyum dan mengambil tangan Draco untuk mengajaknya pulang sehingga mereka bisa memulai misi pencarian mereka.
Saat mereka mengambil jubah mereka dari gantungan, Draco menangkap bayangan dirinya di jendela. Dia mengerjap pada bayangan dirinya yang begitu jernih.
"Sweet Merlin! Aku tampak sangat tampan," kagumnya.
"Senang melihatmu kembali seperti biasa," Harry tertawa sambil melemparkan jubahnya ke atas bahu, kemejanya naik saat ia melakukan itu. Draco menangkap pemandangan ular hitam kecil menggeliat ekornya di tulang pinggul kiri Harry sebelum ular itu menghilang ke dalam celana. "Ayo, tampan. Kau punya ular yang harus ditangkap," Harry membujuk.
"Mmm. Sesuatu mengatakan padaku aku tak perlu kacamata untuk melakukan itu. Cukup pakai lidahku."
"Mengingat aku sudah punya tato ini selama satu bulan dan kau belum menyadarinya, aku segan untuk setuju denganmu."
"Oh. Err... jadi apa lagi yang aku lewatkan?" tanyanya saat mereka bergerak menuju pintu keluar.
"Well," Harry mengernyitkan wajahnya. "Ingat jubah yang kau beli tempo hari?"
"Yang warna biru? Ya."
"Itu sebenarnya gaun."
Draco menganga dan bergidik.
"Dan anak kucing yang kau berikan padaku minggu lalu?" Harry melanjutkan.
"Itu bukan kneazle, kan?"
"Itu anak anjing."
Draco tertawa, memukul punggung Harry dan terus menaruh tangannya di sana. "Idiot. Kau mengada-ada."
"Wow. Kacamata membuatmu lebih pintar."
Draco menyipitkan matanya. "Awas saja, saat aku menemukan ular itu— aku akan menggigitnya. Tak peduli di manapun dia berada."
Harry menggetarkan bulu matanya dan menyelipkan tangan di pinggang Draco, tersenyum padanya dengan senang hati. "Aku berharap kau akan bilang begitu."
Draco meremas bokong Harry penuh sugesti, merasa benar-benar lega Harry tidak melemparkan godaan 'si idiot berlensa' padanya. Dia separo menduga Harry akan membalas dirinya dengan beberapa retribusi— yang pasti akan membuatnya tak tahan. Draco hampir siap untuk benar-benar mencari solusi Muggle, tapi untunglah itu tampaknya tak perlu. Draco mengumpulkan informasi bahwa cara alternatif Muggle untuk mengobati penglihatan sangatlah rumit dan diluar jangkauannya karena dia tak mengenal Muggle seorangpun.
Karena rupanya –untuk meningkatkan daya penglihatanmu di dunia Muggle- kau harus punya kontak. Dasar Muggle sombong bodoh.
TAMAT
