Pair(s) : Namjoon - Seokjin, slight Taehyung - Jungkook.
Genre: Crime, Thrill, Tragedy
Gender switch for Seokjin and Jungkook.
IF you spot any typo(s), please let me know.
Prologue.
Kala itu baru jam dua belas tepat tengah malam di sebuah gang di kota Seoul. Tetapi, jalan dipinggir ibu kota tersebut sudah sangat sunyi. Bahkan, hampir tidak terlihat satu kendaraan pun yang melintas. Pada hari hari sebelumnya, tempat ini nampak ramai ketika malam menjelang pagi hari, bak kota yang tidak pernah mati. Gemerlapnya lampu-lampu jalan yang menyinari aspal kasar bebatuan dan pepohonan rindang yang berdiri kokoh, serta berbagai pedagang kecil yang berjualan di sekitar tempat ini menjadi keindahan tersendiri bagi siapapun yang melewatinya. Anehnya, tidak pernah ada keluhan tempat ini kotor karena sampah yang dibuang sembarangan. Mungkin karena itu pula, banyak orang-orang yang senang untuk mengunjungi atau sekadar mencari udara segar pada malam hari, khususnya di gang ini.
Namun hal menyenangkan tersebut tidak berlangsung lama.
Pasalnya banyak kejadian yang aneh sekaligus mengerikan tiba-tiba menyerang. Ya, masyarakat yang tinggal di daerah sekitar awalnya tidak merasakan apa-apa. Semua bermula saat seorang lelaki paruh baya sedang mengendarai mobil menuju rumahnya ketika ia baru selesai bekerja. Kala itu waktu hampir menunjukkan pukul satu pagi. Jalanan terasa cukup sunyi baginya, walaupun diluar masih banyak orang yang berlalu lalang. Saat dia berbelok dan melintasi sebuah gang kecil, ada satu plastik hitam cukup besar yang tergeletak di sudut jalan. Tanpa merasa curiga, lelaki itupun hanya melewatinya, sampai dia melihat cairan berwarna merah yang keluar melalui rongga plastik yang bolong itu. Rasa takut melanda, lelaki itu melesat secepat mungkin dan berniat mengecek apa yang ada di dalam kantung plastik tersebut pada keesokan paginya.
Diketahuilah, isi dari kantung plastik hitam besar tersebut ternyata mayat yang di rasanya belum membusuk. Sepertinya baru tadi malam korban ini dibunuh. Ah, mengerikan sekali. Kondisi mayat berjenis kelamin laki-laki ini sangat tidak beraturan. Bahkan pergelangan tangan kanan si mayat terpisah dari badannya. Banyak sekali sayatan di sekitar dada dan mukanya, yang membuat wajah si korban sulit untuk dikenali. Namun ada sesuatu yang membuat ia heran. Di pipi korban pembunuhan keji itu, seperti terdapat guratan kasar berbentuk tulisan berantakan namun masih dapat terbaca jika kau memicingkan mata. Sepertinya sang pembunuh baru saja meninggalkan jejak. Dia mengukir huruf 'R' dan 'M'. RM? Apa maksudnya?
Hari demi hari, kejadian serupa terus terulang hingga hampir setiap malam. Ada lebih banyak lagi kantung plastik yang ditinggalkan di sudut jalan secara sengaja oleh pihak tidak bertanggung jawab, dan teknik membunuhnya pun sama persis. Meninggalkan jejak di wajah dengan ukiran alfabet 'RM'. Tidak ada yang tahu dengan jelas apa maksud dari itu semua. Walaupun keamanan semakin ditingkatkan dan patroli terus dilakukan oleh pihak polisi setempat, tetap saja kadang kantung kantung berisi mayat tersebut masih sering terlihat di daerah ini, yang berarti pembunuhan mengerikan seperti sebelumnya masih terus berlanjut. Itulah yang menyebabkan kota ini menjadi rawan dan sepi ketika malam hari tiba. Para orangtua dan anak-anak dihimbau untuk tidak keluar rumah atau melakukan aktivitas mereka pada malam hari. Yah, seperti kota mati saja. Benar benar sunyi.
Tapi tidak untuk malam ini.
Hujan rintik dengan sedikit kabut yang menutupi ruas jalan, justru akan mengawali kegiatan seorang pemuda berbalut jaket kulit hitam yang berdiam diri di mobil Lamborghini Veneno miliknya. Dia duduk di kursi pengemudi, sesekali mengetuk-ngetukan jarinya di setir mobil dan menghela napas panjang.
Pemuda itu sendirian, namun dia tidak benar-benar sendiri.
Dia menoleh ke samping di kursi penumpang, tempat dimana telepon genggamnya diletakkan. Dan.. Alat komunikasi itu menyala. Terkadang berkedip dan mengeluarkan bunyi. Terlihat di layar berukuran persegi panjang itu bahwa dia sedang berkomunikasi dengan seseorang di seberang sana, yang tentunya, sedang mengawasi dirinya.
Pemuda itu melakukan sebuah percakapan, yang hanya dibalas dengan kalimat seadanya. Namun dalam setiap kata yang ia lontarkan, semuanya terkesan dingin dan tajam.
"Aku tahu, kau tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi meninggalkan jejak seperti itu sangat fatal, kau mengerti?"
"Kau tidak perlu mengatakannya dua kali."
"Sebagai seorang pembunuh bayaran, identitas itu sangat penting. Dan jika nama asli mu diketahui, maka hidupmu sudah selesai"
"Apa menurutmu aku akan mengalami itu?"
Terdengar suara gelak tawa diseberang sana.
"Hmm... Tidak."
"Bagus. Aku harap percakapan ini tidak membuang menit-menit ku yang berharga atau kau yang akan menjadi targetku selanjutnya."
Suara tawa itu semakin keras, seperti petir yang menggelegar.
"Kabari aku lagi setelah misi nya berhasil, Kim Namjoon. Malam kita masih panjang."
Seperti tak ada habisnya, lelaki di seberang telepon itu semakin mengeluarkan suara tawa yang keras. Bahkan ketika sang pemuda bersurai pirang itu menutup akhir percakapan mereka.
"... Brengsek."
Lelaki bertubuh tinggi itu langsung melempar handphone miliknya secara asal. Dilihat dari ekspresinya.. Sepertinya dia siap menghabisi siapa saja yang mengganggu urusannya malam itu.
Setelah menyalakan mesin mobil dengan gesit, dia melaju secepat kilat, membelah heningnya malam. Kalung kecil dengan liontin berukiran huruf R dan M yang ia pasang diatas headboard mobil miliknya bergerak kesana-kemari, mengikuti kemana gerakan mobil itu melesat.
Tapi, hey. Bukankah inisial itu cukup familiar?
