Summary: AU- Populer bukan hal yang sulit bagi Kuchiki Rukia dan Kurosaki Ichigo, tapi bagi Rukia yang ingin menghindari Ichigo, dan Ichigo yang ingin membawa Rukia kembali ke dunianya adalah hal yang paling sulit dilakukan daripada perkerjaan mereka yang menyedot banyak perhatian publik. Sepertinya kegilaan cerita mereka harus diulang dari awal lagi..
Disclaimer: I don't own Bleach, Kubo Tite does.
Everlasting Love
Chapter 1: is it still prolog?
"...dan sampai ketemu di segmen berikutnya, keep love on the air with Kuchiki Rukia, see ya!"
Begitulah penutupan oleh seorang penyiar radio, seorang Kuchiki Rukia adalah seorang penyiar radio Seiretei fm. Segera dia menurunkan volume suaranya pada mixer dan meletakkan headset yang telah dia pakai sebelumnya pada tempatnya, dan keluar dari studio on air.
"Pencapaian yang baik dari hari ke hari, Kuchiki-san." wanita keibuan itu berkata.
"Ahh, itu semua berkat Anda, Unohana-sama." Rukia berkata kepada managernya sambil membungkuk hormat.
"Hahaha, aku menyukai interksimu dengar pendengar, aku bisa melihat respon mereka yang baik pada beberapa kesempatan, padahal kau tidak pernah
mengajarimu seperti itu." Unohana berkata sambil tersenyum.
"Aku hanya mengembangkan apa yang Anda berikan manager, dan aku juga banyak mendengar masukan dari para pendengar aku sendiri dan-" kata-kata Rukia terpotong karena Kiyone tiba-tiba menghampiri dan menepuk punggung Rukia dengan sangat antusias.
"Hey, Rukia kau tahu penggemarmu semakin bertambah saja dari hari-kehari, dan kau tahu kau di undang-loh untuk talk show di salah satu stasiun televisi swasta dalam segmen announcer yang menjadi icon radio-radio terkemuka di negara ini! Wow! Nih undangannya! " Sambil memberikan secarik kertas. Belum sempat Rukia membaca keseluruhan tiba-tiba Sentaro datang dan mencubit pipi Rukia.
"Biarkan kami berdua yang akan mengantarmu ke stasiun televisi itu, kami tahu kau pasti akan diusir satpam karena disangka anak sekolah main-main kesana, hihihi." ketawa jahil Sentaro.
"Aku yakin pasti satpam itu tidak bisa akses internet mungkin di kantor televisi itu karena sudah pasti wajah Kuchiki-san tertera di halaman OMG! Yahoo, jadi seharusnya dia mengenali Kuchiki-san." Unohana-san menggoda Rukia yang hanya tersenyum saja, sepertinya keluarga elit Kuchiki mengajari dirinya bagaimana bersikap anggun ketika sedang digoda.
"Tapi..kenapa dari stasiun televisi itu tidak menemuiku dan memberikannya langsung daripada memberikan surat undangan ini, seperti aku ini pejabat tinggi negara ini saja diberikan undangan formal begini?" Rukia lebih tertarik dengan undangannya ketimbang pujian yang dilontarkan Unohana-san.
Mereka berdua mengangkat bahu mereka.
Rukia membaca kembali, dan disana terdapat terdapat tanda tangan resmi Pemimpin dan Produser stasiun televisi itu. Rukia terperanjat tanpa bersuara dan melipat langsung kertas itu. Unohana memperhatikan air muka Rukia yang berubah dan sepertinya sangat mengerti.
Dengan tenang Rukia berkata sembari tersenyum pada Sentaro dan Kiyone, "Baiklah kalian yang akan mengantarku kesana jangan telat ya nanti aku jemput, bagaimana?"
"SIAP!" dengan muka jenaka mereka memberi hormat, dan langsung bertengkar siapa yang lebih dulu dijemput oleh Rukia untuk ke stasiun televisi itu.
"Santai saja Kuchiki-san, semua akan baik-baik saja." kata Unohana sambil tersenyum dan berlalu.
Rukia tersenyum getir, kenapa harus dirinya yang ditakdirkan untuk ini. Rukia membuang surat itu ke tong sampah sembari jalan melewati mereka berdua. Kiyone dan Sentaro memperhatikan dan mengambil surat tersebut dengan penuh tanda tanya. Segera mereka mengambil surat tersebut dan membacanya, mungkin ada perubahan isinya setelah dibaca oleh Rukia, mungkin dalam sekejap Rukia bisa mengubah surat tersebut menjadi sandi morse.. mungkin saja 'kan? Mereka membaca berulang kali dan tidak menemukan satu huruf-pun yang diubah Rukia kedalam sandi morse. Jadilah timbul pertanyaan besar di kepala , akhirnya Sentaro-lah yang memutuskan untuk menyimpan surat tersebut yang ditandatangani resmi oleh Pimpinan dan Produser stasiun televisinya, Kurosaki Ichigo.
/
Yumichika heran sekali melihat boss mudanya itu bolak-balik di kantornya dengan raut wajah cemas. Sebentar duduk di kursinya, sebentar memandangi layar iphone-nya, sebentar bangkit berdiri menghampiri jendela diruangannya di lantai 6 gedung itu, dan kadang memanggil dirinya tanpa memberikan perintah.
Yumichika menghampiri bosnya dan memberikan secangkir Robusta yang telah dia pesan sebelumnya pada office-boy. "Minumlah kopi ini bos yang akan meredakan gelisahmu dan tanpa mengurangi pesona tampanmu." Yumichika berkata sembari memijat bahu bosnya. Bos berkepala orange itu bergidik geli diberi sentuhan oleh pria seperti itu tapi dia mencoba rileks. Yumichika mengerti biasanya bosnya ini paling anti diperlakukan seperti ini, dan segeramelepaskan.
"Aku sedang bimbang, apakah dia menerima undanganku, tidak? Kenapa dia tidak menghubungi aku sekarang? Apa dia enggan melakukannya?" Kurosaki Ichigo berkata sembari meletakkan pipi di telapak tangannya.
"Mungkin dia sibuk." Yumichika menenangkan Ichigo.
"Mungkin dia sudah menghapus nomor ponselku jadi dia tidak bisa menghubungiku."
"Itu hanya pikiran negatifmu saja, boss."
"Mungkin dia memilih siaran di Satsiun Radio Seiretei fm ketimbang menghadiri talkshow itu."
"Boss.."
"Apa mungkin dia punya kekasih baru? Setahu aku belum, sih. Eh, tunggu... tapi tidak ada beritanya di manapun.." Pikiran negatif mengerebungi kepala Ichigo.
"..."
Yumichika diam saja mendengar curhatan bosnya itu. Sebenarnya dia mengerti kegelisahan dari bosnya ini. Siapa lagi kalau bukan si penyiar radio tersohor itu. Yumichika tahu bahwa setiap hari bosnya itu tidak pernah absen mendengar suara penyiar itu melalui siaran streaming di sela-sela kesibukannya, atau mencari tahu kesibukan si wanita itu melalui akun jejaring sosialnya yang terkadang dia update sesekali. Sepertinya wanita itu sibuk pula. Yumichika yang sehari-hari bersama bosnya paham sekali suasana hati bos kepala orange-nya. Yumichika mengerti, dia yang sebagai pria cantik di kantor itu bukan tidak mengerti masa lalu pria berambut orange ini, tapi memang masalahnya yang...duh ya ampun mereka ini tinggal diselesaikan saja susah sekali, mereka ini orang dewasa apa anak SMA sih, masih sulit sekali untuk menurunkan ego masing-masing.
Ichigo masih memainkan telunjukknya di tepian mulut cangkir kopi itu dengan gerakan memutar, tampak sedang memikirkan sesuatu. Yumichika tahu sejalannya waktu meraka akan sama-sama mengerti. Haahh.. ditinggalakannya bosnya itu dengan pikirannya dan meninggalkan ruangannya.
/
"Apakah itu siaran live?" tanya Kuchiki Byakuya saat Rukia mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di meja makan. Rukia sengaja makan siang –yang jarang sekali dia lakukan- bersama kakaknya di rumahnya sebelum dirinya pergi ke stasiun televisi itu.
"Iya, aku rasa mereka tidak punya waktu untuk memutarkan siaran ulang talkshow tersebut dalam satu minggu." Rukia menjawab sembari terkekeh.
"Kau diundang dalam segmen talkshow tersebut kali ini, sepertinya memang kau sekarang sangat terkenal sekali, Rukia, hingga sering melewatkan makan malam bersama diriku."
Rukia merasa ikan salmon yang dia makan tadi menjadi bergerak di dalam perutnya mendengar sindiran Byakuya. Rukia tahu dirinya yang sangat sibuk hingga melewatkan hampir setiap makan malam bersama kakaknya. Rukia merasa bersalah seharusnya dia memanfaatkan makan malam sebagai tempat mereka untuk bertemu karena Kuchiki Byakuya adalah pria sibuk pula untuk mengurusi perusahaan properti keluarga. Rukia bisa saja berkerja disana tapi Byakuya meminta dirinya untuk mewujudkan impiannya yang lain sebelum dia terjun menjadi business woman yang pasti akan disandangnya setelah dia mengurusi perusahaan itu bersama kakaknya secara penuh. Untuk sekarang Rukia masih membantu Byakuya sedikit, kendali tetap di pegang Kuchiki Byakuya.
Byakuya tersadar apa yang telah dia katakan, dan berkata kembali, " Jangan lupa, kau dan aku akan bertemu di Ball Room Hotel Hilton pukul 7 malam Rukia, bertemu dengan pemegang saham untuk membahas properti di distrik Karakura."
"Baiklah Nii-sama." Kata Rukia sembari tersenyum.
"Apa kau yakin tidak ingin aku menontonmu di studio itu?"
"Tidak apa-apa Nii-sama, aku tidak mau kau lebih disorot kamera ketimbang aku yang menjadi bintang tamu, karena Pemilik Properti Kuchiki Corp berada disana." Rukia meledek Byakuya, tapi pria itu hanya memenjamkan matanya dan tersenyum sambil menyeruput Luwak-coffee yang bercita rasa berkelas itu. Dan bagi Rukia senyuman itulah bentuk respon bagi lelucon Rukia yang sebenarnya kaku.
Rukia bergegas membuka Shirayuki- yang sebenarnya Honda Jazz berwarna putih yang sudah dia pakai setahun terakhirnya, Rukia memilihnya karena sesuai dengan dirinya yang kecil dan sederhana, lagipula dia patut berbangga ini hasil dari keringatnya sendiri bukan dari kado ulang tahun ke-25 dari Byakuya.
"c'mon Shirayuki, kita guncang studio pemilik Zangetsu itu!"
/
"... dan begitulah talkshow hari ini dengan tema: Penyiar sang Bintang Radio. Oke terimakasih atas kedatangan kalian semua disini, sukses selalu untuk kalian. Baiklah pemirsa sampai disini dahulu sampai berjumpa di kesempatan berikutnya, saya Matsumoto Rangiku mohon pamit, muachhh!" kata host talkshow tersebut dengan gaya centilnya, dan diiringi tepukan riuh dari penonton di studio. Mereka saling menyalami satu sama lain, termasuk Rukia yang diberi banyak ucapan selamat dari sesama rekan penyiar itu.
"Aduh, Rukia-chan terimaksih loh mau datang, aku senang sekali. Hey, aku sering mendengar dirimu setiap kau on air, apalagi program Everlansting Love yang kau bawakan itu, duh aku jadi ingat sampai menitikkan air mata saat kau bacakan salah satu cerita cinta seseorang, dan kau tahu aku balikan lagi dengan manatanku gara-gara kami sering mendengar Everlasting Love-mu itu!, oh iya aku mau menikah dengan Hisagi loh, kau datang ya manis~..." Matsumoto terus saja berceloteh sembari menjabat tangan Rukia dengan antusias. Rukia hanya nyengir saja menahan sakit jarinya diremas Matsumoto.
"Jangan terlalu bersemangat Matsumoto kalau menjabat tangan Kuchiki ini, tanpa sadar kau remukkan jemarinya yang terlalu kecil itu." cengiran pria berambut merah membuat mereka berdua menoleh.
"Renji!" teriak Rukia antusias dan memeluknya. "Wohooo, jangan antusias begitu Rukia, kau bisa tertimpa gosip kalo memelukku seperti ini." goda Renji.
Rukia menendang kakinya, "Sombong sekali kau baboon, apakah bayaran dari majalah Rolling Stones dan Elle jadi membutakan matamu heh!"
"Tentu saja, Midget. Aku bisa membelikan dirimu satu Jaguar kalo kau mau, ketimbang Shirayuki-mu itu." katanya yang Rukia tahu itu hanya lelucon yang biasa mereka lontarkan satu sama lain dari dahulu.
"Ahaha, apa kabar Renji?" sekarang Matsumoto yang menjabat tangan Renji, "Apa kau tadi menonton kami dari tribun penonton?"
"Tentu tidak, aku bisa diserbu oleh penonton setia talkshow-mu itu." cengirannya semakin melebar, "Aku menonton di belakang layar, di sebelah kamera yang paling kiri bersama produser talksowmu ." Renji terkekeh.
Matsumoto-pun terkekeh, tapi Rukia tidak. Apa mungkin dia ada di studio ini juga? Heh, jelas ada dong Rukia bodoh, ini studio milik perusahaannya, batin Rukia berkomentar. Rukia bersikap tenang dan jangan sampai mereka berdua mengetahui apa yang menjadi ketakutannya. Rukia tidak menyadari kalau dirinya dari masuk gedung stasiun televisi ini telah diawasi oleh seseorang.
Kurosaki Ichigo memperhatikan dalam diam betapa sibuknya semua orang dalam berkerja untuk talkshow ini, bahkan produser talkshownya sendiri, pria kecil dan bermuka sangat serius sekali. Kadang sesekali menggeram apabila sang host- si Matsumoto tertawa berlebihan. Hitsugaya Toushiro, pria ini kadang bagi Ichigo tidak bisa menaggapi lelucon Matsumoto yang sangat menghibur. Ichigo hanya tersenyum dan matanya kembali- tak lepas dari bintang tamu talkshow tersebut, wanita midget itu...
Ichigo terhentak dari lamunannya mengubah posisi berdirinya, bersiap untuk begerak mengikuti targetnya bergerak pula meninggalkan studio, diikuti Matsumoto, Renji—sejak kapan kepala nanas itu datang? dan beberapa bintang tamu lain. Mereka sepertinya menuju ruang transit. Ichigo membuntuti mereka, astaga kenapa dia jadi penguntit dalam kantornya sendiri sih. Begegas dia ingin menghampiri ruang transit tersebut, dan membuka pintunya dan wufff- ramai sekali disana, sepertinya tidak ada yang memperhatikan bahwa Pimpinannya datang, sampai Renji melihat dan menyapanya.
"Halo Pak Direktur, semakin nyentrik saja warna kepalamu, kau warnai ulang ya?" goda Renji, sebentar lagi mereka bernostalgia dengan saling lempar cemohoan.
"Ahh, super male model of the year, sepertinya kau menambah pula tatto di badanmu, apa sekarang bergambar pisang?" timpal Ichigo tidak mau kalah.
Abarai Renji hanya terkekeh dan memeluk Ichigo, "Long time no see." Ichigo tersenyum, tapi dia berusaha bersikap sebagai laki-laki tidak mempermasalahkan hal yang sudah berlalu, mereka bertiga dan Rukia.. eh, Rukia? Oia, dia lupa tujuan dia datang kesini. "Tunggu sebentar Renji, aku pergi sebentar." Ichigo berkata sambil berlalu. Renji sepertinya mengerti dan tersenyum sinis, "Jangan lagi kau mengulang kesalahan yang sama, kalau tidak kesempatan itu aku yang ambil kembali."
Ichigo tak menemukan sosok yang ia cari, dan dia melihat Matsumoto yang sedang membereskan peralatan make-up dalam tasnya, "Apa kau melihat Rukia?" tanya Ichigo.
"Sepertinya di toilet yang di sebelah kiri.."
"Oke, terimakasih." Ichigo berlalu, dan Matsumoto sepertinya heran melihat Pimpinannya itu ada di ruang transit, mencari penyiar radio itu lagi, apa Ichigo penggemar Rukia? Hooo, tidak disangka Ichigo bisa mengagumi orang juga. Apa dia ingin minta tanda tangan dirinya dan berfoto bersama? Matsumoto sepertinya tidak bisa membedakan mana penggemar yang berumur belasan dengan mana penggemar yang sudah melewati kepala dua. Dia berpikir Ichigo itu seperti Biebers yang bisa pingsan tanpa menyesal sama sekali saat Justin Bieber hanya melambai ke arah mereka, padahal belum tentu si Bieber melambai ke arahnya ya?
Tenang Ichigo, batin Ichigo berkali-kali. Tidak mungkin dia menyergap Rukia dalam toilet wanita. Dia berdiri bersandar menunggu dengan was-was. Beberapa wanita keluar, dan Ichigo memperkirakan hanya Rukia yang disana, dan Ichigo telah bertanya bahwa memang hanya ada Rukia yang tertinggal di toilet itu.
Ichigo membuka pintu toilet tersebut, ada sekitar dua washtafel dengan gaya modern dan cermin besar, semua pintu toliet terbuka kecuali satu. Disana kau ya Rukia.
Rukia membuka pintu toilet tapi matanya masih merogoh tasnya mencari Maybelline Lipstick dan saat matanya melihat cermin, jantungnya berdetak lima kali lebih cepat saat melihat pria yang paling dia hindari di planet ini. Sial, sok keren sekali dia berdiri memunggungi dirinya dan menatap wajah kagetnya dari cermin yang bersebrangan dari toilet yang Rukia pakai.
"Sepertinya toilet pria bukan disini tuan." Rukia mencoba menjawab paling tenang yang pernah dia coba.
"Aku tahu midget, hanya saja sesekali aku ingin masuk ke toilet wanita." Jawabnya masih memandang Rukia melalui cermin.
Oke, jangan coba-coba memukul kepalanya, ini kantornya! "Sepertinya, aku yang harus menggunakan toilet pria dari awal kalau kau akan menggunakan toilet wanita ini."
"Kalau begitu aku yang akan sabotase toilet pria agar bisa kau gunakan dan aku bisa menghampirimu sepuas hati." dengan senyum yang sangat.. ooh, Rukia berani mempertaruhkan Nitendo Wii yang ada di kediaman Kuchiki kalau ada wanita yang melihat senyumnya ini tidak terpesona.
"Sepertinya kau yang menutup toilet ini sehingga aku perhatikan tidak ada wanita yang masuk, selain aku yang terakhir." masih mematung mencari fakta yang tersembunyi.
"Tepat sekali nona penyiar radio, aku yang melakukannya. Menyuruh salah satu wanita agar tidak masuk ke sini dan membiarkan hanya kau dan aku , tentu saja hingga aku keluar."
Ichigo masih menahan diri untuk tidak memutar badannya dan menatap langsung mata yang sudah sangat dia rindukan itu. Hingga Rukia melunak terlebih dahulu. Tapi Rukia masih berdiri dengan sikap angkuhnya. Bagaimana membuat dia melunak dahulu?
Ichigo memperhatikan pantulan rambut spike orange-nya di cermin dan sepertinya dia mendapat ide untuk membuat Kuchiki ini melunak dan menghampiri dirinya. Ichigo mendekatkan diri ke cermin dan membuat nafas di area cermin tersebut, sehingga membuat uap di permukaannya.
"Hey, apa yang kau lakukan jeruk!"
Ichigo masih melakukannya dan membuat area uap semakin besar dan menuliskan sesuatu di permukaan cermin yang ber-uap itu.. miss you.
Rukia kaget dan menahan untuk tidak menimbulkan semburat merah di kedua pipinya. Wanita itu berjalan menghampiri washtafel di sebelah Ichigo dan berpura-pura tidak bereaksi dengan yang dia lakukan, menghidupkan keran air dan mencuci tangannya.
Tapi Ichigo tersenyum menang, okay I got you, babe.
Mereka menatap diri masing-masing di cermin, Rukia melirik tulisan dengan uap itu. Ichigo menyadarinya dan bersiul dengan semangat, kemudian bersandar di tepi washtafel dengan gaya come-to-me-nya. Rukia tersadar telah masuk dalam jebakannya dan bereaksi dengan bergegas meniggalakan toilet itu yang sudah terkontaminasi oleh pesona Kurosaki Ichigo. Tapi lengan kekar Ichigo menahanya dan menariknya ke dalam pelukannya. Ichigo menempelkan dahinya dengan dahi Rukia, menikmati momen yang sudah lama ingin ia lakukan, dan berkata..
"Sepertinya kau bertambah tinggi beberapa sentimeter.. ADUH! Apa yang kau lakukan, midget!"
Rukia menendang kaki kirinya, membuat Ichigo merintih tapi masih memegang tubuh Rukia.
"Rasakan itu kepala jeruk! Sudah aku mau pulang!" bersiap pergi dari jeratan lengan Ichigo, tapi sepertinya dia tersadar pipinya dikecup oleh sesuatu yang lembut, dia tak mau mengambarkan kalau itu memang kecupan dari bibir Ichigo yang dihadiahkan di pipinya. Rukia merasakan lengan Ichigo mengendur dan membiarkan dirinya pergi, tanpa menoleh kepada pria itu karena takut dia malah dihadiahkan kecupan yang lain. Astaga jangan lemah dong.
Rukia segera meniggalkan toilet wanita itu dan Ichigo bergumam, "Kau akan kembali Rukia."
Ichigo seharusnya menyadari, kisah mereka baru sampai prolog, masih panjang dan harus dimulai dari awal kembali..
To be continued...
What you think?
Lanjut apa nggak perlu?
Butuh responnya ya sodara-sodara
x x x
rim-chan.
