.

.

.


YOU


YOU

CHARACTER©NARUTO©MASASHI KISHIMOTO

STORY, PLOT, AND THE OTHER OF:

YOU [PROJECT]©HACHI BREEZE

©2013

©SASUHINA


.

.

.

Hujan turun dengan deras. Membuat tanah menguarkan aroma tersendiri. Ini yang di sukai Hinata saat musim gugur. Gadis bermarga Hyuuga itu selalu duduk di dekat jendela melihat hujan dengan tersenyum. Tak jarang Kakashi-sensei menegur Hinata yang sering terlihat melamun memandang keluar jendela ketika ia menerangkan pelajaran Matematika. Hinata berdiri untuk membungkuk hormat dengan meminta maaf setiap ia tertangkap basah oleh Kakashi memandang hujan di luar jendela.

"Hyuuga-san, jika kau tak menyukai pelajaranku bilang saja. Aku tahu pelajaranku ini memang membosankan."

Dengan panik memandang wajah Kakashi yang selalu nampak murung ketika tak ada yang memperhatikannya telah membuat Hinata bingung. Ini yang membuat Hinata selalu meminta maaf pada Kakashi-sensei, karena beliau terlalu menilai jika pelajarannya tidak di minati.

"T-Tidak sensei, aku hanya melihat hujan di luar."

"Itu berarti jika hujan memang lebih menarik daripada pelajaranku."

"Gomenasai!"

Hinata menggenggam erat bullpen dan mengarahkannya pada kertas buku tulisnya yang tak sepenuhnya bersih. Dengan berat hati Hinata mencoba menepis keinginannya untuk menengok ke kiri dimana suara hujan terdengar jelas dan mengusik hatinya. Wajahnya berubah memerah menahan keinginannya itu. Hinata mencoba menggigit bibir bawahnya untuk menahan keinginannya agar tidak membuat sensei si rambut perak satu ini merasa tak di inginkan mengajar dan membosankan.

Suara Kakashi-sensei menggema lagi memenuhi ruangan. Walaupun tak seberapa jelas karena teredam hujan deras di luar, semua siswa yang ada disana memperhatikan dengan sedikit mengantuk. Sementara Hinata masih mencoba menekan keinginannya, di bangku pojok depan dekat pintu masuk kelas yang cukup strategis dan paling cepat untuk pulang, Sasuke duduk memperhatikan Kakashi dengan mengetuk-ngetukan bullpennya di meja.

Sasuke masih mengetuk-ngetukan bullpennya dengan wajah merengut kesal. Pemuda bermarga Uchiha itu bukannya tidak tertarik dengan pelajaran Kakashi-sensei, tapi dia tidak suka dengan suara hujan yang membuat penjelasan Kakashi sedikit terganggu.

Hinata sangat menyukai hujan, sementara Sasuke sangat tidak menyukai hujan. Keduanya selalu tidak bisa konsentrasi memerhatikan penjelasan Kakashi-sensei karena itu. dan masalahnya, hujan deras selalu turun ketika pelajaran Matematika yang di bawakan oleh Kakashi-sensei. Naruto dan Kiba saling melempar kertas. Menuliskan sesuatu yang kelihatannya saling berhubungan di atas kertas itu. meskipun lusuh dan tak rapi lagi, tulisan di atas kertas itu tersusun berantakan dan bait-bainya penuh selingan gambar animasi chibi maupun emoticon.

Shikamaru tertidur di samping Sai yang tersenyum dengan menepuk sang juara kelas setiap semester itu karena kedinginan. Walaupun setiap semester Shikamaru harus berebut peringkat pertama dengan Sasuke, Shikamaru selalu berhasil mengalahkan Sasuke di musim gugur. Ini semua berkat hujan yang di bencinya. Karena hal itu ia menjadi tidak bisa konsentrasi.

Sakura yang duduk di belakang Hinata hanya tersenyum melihat bahu Hinata bergetar. Kedua gadis manis itu saling berbisik di sela-sela penjelasan Kakashi. Berbeda dengan Ino, gadis itu menyelipkan cermin kecil di balik buku Matematikanya. Mengambil kesempatan duduk di belakang tubuh besar Chouji, gadis Yamanaka itu pura-pura menulis penjelasan semua guru walaupun sebenarnya ia sibuk merapikan rambutnya dengan cermin yang ia sembunyikan.

Kurang lima menit lagi pelajaran akan berakhir. Hinata tak bisa melepaskan pandangannya dari jam tangan dan tulisan Kakashi-sensei di papan tulis. Ia menatap kedua objek itu secara bergantian. Wajahnya semakin memerah berimajinasi lebih jauh ketika ia membayangkan bagaimana dinginnya air hujan membasahi tangannya setelah bel pulang nanti. Berharap Neji-nii terlambat datang menjemput sehingga ia bisa menikmati hujan hari ini.

.

.

.

"Terima kasih atas perhatiannya hari ini, sekian untuk Matematika yang saya ajarkan. Jangan lupa barang-barang kalian. Jangan sampai ada yang tertinggal. Pakailah mantel jas hujan, payung, atau benda-benda lainnya yang bisa melindungi kalian dari hujan. Jangan sampai sakit. Bagi yang tidak membawa silahkan menunggu."

Kakashi berbicara panjang lebar dengan merapikan bukunya di atas meja. Semua siswa yang ada di kelas terkesan tidak mendengarkan Kakashi yang masih berbicara di depan kelas. Guru muda nan tampan itu selalu nampak terlihat malas dan sedikit murung ketika berbicara. Bangku Sasuke sudah kosong. Pemuda itu langsung melesat pergi keluar kelas begitu bel pulang berdering. Ia berjalan keluar kelas mendahului teman-temannya dan sebelum Kakashi-sensei berbicara panjang lebar hingga saat ini. Sakura dan Ino saling menyiapkan rencana untuk pergi ke kuil sebelum kerja part-time mereka di minimarket.

"Baiklah, hati-hati di jalan."

Kakashi menyudahi pidato panjangnya yang mencerminkan perhatiannya kepada semua siswa di kelas itu. sorak salam semua siswa mengantark Kakashi keluar kelas dengan menempuk pundaknya yang terasa pegal menggunakan buku modul pembelajarannya.

Hinata membungkuk hormat selepas Kakashi pergi. Ia berjalan dengan mengucapkan salam perpisahan kepada Ino dan Sakura yang masih berdiskusi. Hinata berlari menuju pintu masuk gedung sekolahnya. Ia sudah tidak sabar membuat kulit tangannya basah karena air hujan.

.

.

.

"Eh? Neji-nii tidak bisa menjemput?"

Hinata memegang ponsel flip dengan tangan kanannya yang sudah basah karena air hujan. Gadis itu setengah kecewa dan juga sedikit bahagia. Ia sedikit tersenyum gusar ketika mengakhiri panggilan Neji hari itu. ia melipat ponsel dan memasukannya kedalam saku mantelnya dengan memandang bingung hujan deras di halaman sekolah.

"Jika begini bagaimana bisa pulang? Apa iya jika aku harus menerobos hujan begini?"

Ia memandangi mantelnya, mantel musim semi yang sangat tipis hari ini telah salah ia pilih. Dari ke-empat jenis mantel yang ia punya, ia salah memilih mantel musim dari lemarinya. Ia dan Hanabi, adiknya, selalu di manjakan oleh Hiashi. Ia membelikan putri-putrinya mantel berbahan bagus di setiap musim. Hinata seringkali menolak ketika Hiashi menyuruhnya untuk memilih mantel-mantel berbulu yang hendak di beli Hiashi. Ia lebih memilih mantel tipis untuk musim semi, jaket untuk musim panas, mantel hangat untuk musim gugur dan mantel tebal yang jauh lebih hangat untuk musim dingin. Dan sekarang ia menyesali pilihannya memakai mantel musim semi.

"Hinata? Menunggu jemputan?"

Sasuke berdiri di belakang Hinata dengan memakai jas hujan vinyl. Pemuda itu menggenggam payung vinyl yang sama beningnya dengan mantel jas hujan yang di pakainya. Hinata sedikit melangkah mundur dengan tersenyum bingung menjawab pertanyaan Sasuke.

"Eto, Neji-nii tidak bisa menjemput. Ada meeting mendadak di kantornya,"

Sasuke mengangguk mengerti mendengar jawaban Hinata yang di selingi rona merah dan sedikit bingung menjawab.

"Ano, Sasuke-san kenapa baru pulang? B-Bukannya kau selalu pulang lebih dulu?"

Hinata takut-takut menanyakan hal itu ketika Sasuke hendak membuka payungnya. Sasuke menoleh memandang Hinata yang sedikit bingung. Ia sedikit tersenyum tipis lalu memalingkan wajahnya menatap halaman yang kini sedikit buram karena hujan yang deras.

"Tidak. Aku selalu pergi ke ruang OSIS setelah bel pulang. Pekerjaan disana selalu menumpuk setelah pulang sekolah. Kau kan selalu pulang bersama jemputanmu itu makanya kau tidak pernah tahu jika aku sebenarnya pulang jam segini."

Sasuke tertawa meremehkan Hinata yang kini menunduk menelan jawaban Sasuke. Benar juga, yang di katakana Sasuke memang ada benarnya. Sasuke kan ketua OSIS, dan Hinata bukan apa-apa. Jadi wajar jika Sasuke menjalankan kewajibannya sebagai ketua yang menyelesaikan tugas sepulang sekolah sementara ia langsung pulang dengan jemputannya. Duduk manis di dalam mobil hingga tertidur ketika perjalanan pulang. Hinata sedikit meyibakan rambutnya ke belakang telinga sambil menatap sepatunya.

"Ah, iya. Gomen, aku memang tidak pernah tahu kehidupan Sasuke-san. N-Ngomong kau mau pulang, kan? Kalau begitu aku juga akan pulang duluan. Jaa, S-Sasuke-san."

Hinata yang merasa jika percakapannya dengan Sasuke sedikit kaku itu memutuskan untuk lebih memilih pergi walaupun menerobos hujan. Hinata baru melangkahkan kaki kanannya, tapi pemuda itu sudah menahan tangan kanannya. Hinata balik menatap wajah pendiam Sasuke. Pemuda itu masih tidak berbicara walaupun Hinata memandangnya dengan pandangan bertanya. Ia malah menarik tubuh mungil Hinata untuk semakin mendekat ke arahnya dengan mengarahkan payung untuk berdiri di atas tubuh mereka. Tangan kirinya menarik bahu Hinata untuk semakin mendekat ke arahnya, menghapus jarak di antara mereka berdua agar terlindungi dari hujan di bawah payung vinyl yang di bawa Sasuke.

Sasuke mendorong pelan punggung Hinata agar ia berjalan bersama dengan dirinya di bawah payung vinyl untuk berlindung dari hujan. Hinata merona memandang wajah Sasuke dari bawah sedekat ini.

"Aku tahu kau sangat menyukai hujan. Tapi jangan biarkan dirimu sakit karena hal yang kau sukai,"

Hinata merona mendengar suara Sasuke. Pemuda itu masih memandang ke depan ketika berbicara. Mereka berjalan bersama di bawah payung itu.

" Dan aku berlawanan denganmu, tapi aku selalu berupaya agar diriku tidak disakiti oleh hujan karena aku tidak menyukainya."

"Kenapa kau tidak suka hujan?"

"Karena hujan sangat berisik dan gampang membuatku sakit. Dan lagi, gara-gara hujan ketika pelajaran berlangsung aku jadi tidak bisa konsentrasi. Itu membuat nilaiku turun di musim gugur. Sama denganmu tapi berbeda alasan penyebabnya."

Sindiran Sasuke membuat Hinata bingung berkata apa di samping pemuda itu. Hinata meremas pelan ujung roknya yang sedikit basah terciprat air hujan. Sesekali Hinata bisa mendegar Sasuke membuang nafas berat-berat. Gadis itu menoleh dan melihat wajah Sasuke yang sudah merona.

"K-Kau kenapa Sasuke-san?"

Sasuke lama tak menjawab pertanyaan Hinata hingga mereka berhenti di penyebrangan lampu merah yang sedikit sepi. Suara mesin mobil yang berlalu lalang mengisi keheningan yang masih belum di jawab Sasuke. Hinata masih menatap wajah pemuda itu dari bawah.

"Aku selalu berantakan jika berbicara denganmu, dan aku tidak tahu harus bagaimana setiap denganmu."

Keduanya meroba setelah suara berat Sasuke mulai mengisi keheningan yang lama terjadi. Hinata dengan cepat menghadap kedepan dengan mencari objek yang harus di pandangnya. Lebih memilih menghindari pandangan Sasuke dan mencoba menatap sepatunya lalu berpindah menatap objek lain dengan meremas erat tas sekolahnya. Sasuke mencoba meredam dentuman detak jantungnya yang bisa ia dengar. Ia menutupi wajahnya dengan sebelah tangan sementara tangannya yang lain masih tetap mempertahankan payung vinyl untuk melindungi tubuh mereka untuk tetap kering dan tidak basah. Sasuke menutupi wajahnya ke arah yang berlawanan dengan Hinata.

.

.

.

"Terima kasih sudah mengantar putriku."

Sasuke meletakan cangkir berisi teh hangat yang di sajikan Hinata beberapa saat yang lalu. Kini pemuda itu duduk di ruang tamu Mansion keluarga Hyuuga. Hiashi duduk bersebelahan dengan Hinata yang menemaninya. Sasuke memejamkan mata mencoba untuk merasakan hangat yang mulai mengalir di tubuhnya berkat teh yang baru saja ia seduh.

"Sebuah kehormatan bisa mengantar putri Hiashi-jiisama pulang dengan selamat."

Hiashi sedikit tersenyu melihat Sasuke yang membungkuk hormat ketika menjawabnya. Ia membenarkan suaranya sebelum berbicara lagi dengan anak bungsu keluarga Uchiha itu.

"Kudengar putra bungsu dari keluarga Uchiha menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah, ya?"

"Hai, itu benar Hiashi-jiisama."

"Bagaimana harimu?"

"Terima kasih sudah memerhatikan saya Hiashi-jiisama. Seperti kebanyakan sekolah, banyak tugas yang saya lakukan sepulang sekolah."

"Namamu Uchiha Sasuke, kan?"

"Benar jii-sama."

"Bisakah kau tidak memanggilku seperti itu? Entah kenapa lama-lama jadinya aku merasa geli. Cukup panggil Hiashi-jii saja sudah tidak apa-apa, lagipula Fugaku dan aku sudah lama berteman dalam hal bisnis yang menguntungkan."

"Baiklah, Hiashi-jii."

Hinata tidak terlalu banyak berbicara di antara Sasuke dan Hiashi. Malah ia lebih terlihat diam dan memerhatikan pembicaraan mereka. Lama setelah mereka berbicara, Neji muncul dari balik pintu yang tadinya tertutup rapat. Pemuda itu terlihat sedikit tergesa-gesa dengan rambut dan kemeja yang sedikit basah. Hinata berdiri mengambilkan handuk dan berlari cepat menghampiri Neji yang tersenyum kecil sambil mengelus pelan puncak kepalanya. Pandangannya beralih pada Sasuke yang kini menyeduh tehnya kembali dan juga Hiashi yang memejamkan mata.

"Baru saja aku selesai meeting bersama Uchiha company dan bertemu dengan Itachi, sekarang aku bertemu dengan kau bocah."

Hiashi sedikit berdehem membenarkan suasana yang menyelimuti ruang tamu itu. Neji langsung membungkuk hormat menghormati pamannya yang sudah seperti ayahnya sendiri. Ketika Hiashi mulai membuka matanya, Neji langsung tahu maksud Hiashi dan apa posisi Sasuke sekarang yang masih tenang menyeduh tehnya.

"Terima kasih telah mengantar Hinata, Sasuke."

Sasuke meletakan cangkir dan langsung berdiri. Ia mengambil barang-barangnya lalu membungkuk hormat ke arah Hiashi. Hiashi membalas dengan anggukan kecil. Sasuke beralih membungkuk hormat ke arah Neji dan Hinata yang ada di sampingnya. Tak jauh beda dengan Hiashi, Neji hanya menganggukan kepalanya sementara Hinata membungkuk seperti yang Sasuke lakukan.

"Itu hal mudah, Neji-senpai."

Gumam Sasuke pelan dengan penekanan di kata terakhir. Ia berlalu melewati Neji dengan senyum yang sama menyamping seperti Neji.

.

.

.


T.B.C


Author Note:

Huuee gomen buat reader yang udah mendukung Hachi dan menunggu saya. Maaf saya belum bisa mengupload My Lovely Witch. Entah kenapa rasanya itu susah dan berat banget hati saya.

Belum selesai nuntasin fic lain malah ngebuat fic sampah nan gak jelas seperti ini -_-

Mohon maafkan saya readerku tercinta. Terima kasih sudah mau menunggu saya. Dan saya gak yakin dengan fic jelek saya yang berjudul YOU ini, karena idenya ini pas saya ngawang..tidak terpikirkan dan terencana. Langsung main tulis sekenanya aja. Gomen ne TT_TT

Terima kasih untuk yang sudah mau mampir disini. Saya doakan yang terbaik untuk kalian semua yang sudah mau mampir. =)