Mari kita mulai cerita ini dengan sebuah pertanyaan.
Apa yang kamu rasakan ketika menghadiri sebuah acara keluarga, dimana mayoritas saudara jauh yang belum
pernah kamu temui berusaha untuk mengenalmu melalui serentetan pertanyaan yang penuh dengan antusiasme?
Senang?
Bayangkan, pertemuan sebuah keluarga besar, misalnya saja dalam acara pernikahan salah satu saudaramu. Acara pernikahan bertema outdoor dikelilingi pohon sakura, penuh dengan makanan dan minuman lezat, serta anggota keluarga besar yang belum pernah kamu temui berusaha bersosialisasi denganmu.
Indah bukan?
Tomoki Himi yang kini telah berusia 15 tahun, sedang mengalami hal yang kurang lebih mirip dengan situasi di atas. Melihat ekpresi wajahnya saat ini, bisa disimpulkan bahwa ia tidak setuju dengan pemikiran tersebut.
Kedua kaki kurus yang menyangga tubuh anak laki-laki berambut coklat gelap itu sedang berdiri terdiam di depan pagar rumahnya, bersiap berangkat menuju sebuah sekolah menengah atas baru yang sudah termasuk unggulan di jantung kota Tokyo. Mantan prajurit es itu sibuk mencari pemikiran positif, mempersiapkan mentalnya untuk melangkah menuju "rumah" barunya.
Masuk ke lingkungan baru memang kadang terasa menakutkan, terlebih kalau kamu tidak memiliki teman seangkatan di jenjang sebelumnya yang masuk bersama ke sekolah barumu.
Tomoki pun merasakan hal itu. Ia memang sudah jauh lebih baik dibanding saat SD dulu, namun manusia tidak bisa berubah 180 derajat secepat itu. Terlebih, semua murid seangkatannya tahun ini mungkin lebih tua setahun darinya. Ya, anak kecil pemalu yang telah tumbuh menjadi seorang bishounen itu cukup pintar untuk lulus dari program akselerasi di SMP-nya, mendahului teman-teman seangkatannya.
Jadi, biar kusimpulkan. Tomoki adalah seorang anak pemalu yang masuk ke sebuah lingkungan baru tanpa teman, dan ia akan dikelilingi orang-orang yang seharusnya menjadi senpai-nya selama 3 tahun berturut-turut.
Bayangkan.
Sudah?
Ya, betul. Cukup berat bagi anak itu.
Tapi tunggu, ada yang perlu kuralat.
Tanpa teman, maksudnya adalah tanpa teman seangkatan. Di sekolah barunya, Tomoki memiliki lima orang teman, yang secara teknis adalah senpai-senpainya.
Dan kalian tahu mereka siapa.
Yokoso! Sensetsu Daifuzoku! (Welcome to Sensetsu Daifuzoku!)
a Digimon Frontier Fanfiction by Inbu.
Prologue Chapter : Tomoki & Clubs (1)
Disana, di depan gerbang sekolah, Tomoki kembali mematung. Keberanian yang sudah ia kumpulkan seakan hilang dalam sekejap, diambil alih secara paksa oleh rasa gugup yang datang tanpa diundang. Bagaimana tidak? Apabila ia melangkahkan kakinya ke dalam gerbang sekolah, Ia akan masuk ke sebuah "perang" yang sedang berlangsung di bawah naungan pohon-pohon sakura.
Terlihat bahkan dari luar gerbang, klub-klub ekstrakurikuler yang memiliki stand masing-masing sedang sibuk mempromosikan dan memperlihatkan kebolehan mereka kepada anak-anak baru untuk menjaring anggota-anggota baru dengan caranya masing-masing.
Seorang anggota klub modern dance sedang menari tanpa malu di atas meja stand.
Anggota-anggota klub band bernyanyi, bermain gitar akustik dan cajoon sekencang yang mereka bisa.
Sedangkan anggota klub home economics mencoba menarik "mangsa" dengan memperlihatkan masakan yang sangat wangi dan terlihat menarik.
Situasi yang sangat ramai itu membuat Tomoki enggan untuk masuk ke dalam, sampai sebuah pesan Line dari seseorang yang dia kenal masuk ke smartphone miliknya.
"Tomoki,kamu dimana? Mau aku jemput atau kamu temui aku di depan gedung sekolah? nanti aku antar berkeliling."
Pesan yang melegakan bagi anak laki-laki yang memakai seragamnya dengan sangat rapi itu. Sepatu Adidas Superstar miliknya-pun mulai menemaninya melangkah masuk ke dalam area sekolah.
"Silakan lihat-lihat klub seni rupa!"
"Hei, Tampan! Ayo bergabung dengan klub memanah!"
"Ayo masuk ke klub paranormal! Kami punya kue!"
"Nggak usah ikut klub! Sekolah saja yang betul! Sekolah, pulang, dan nonton Anime!" Sebuah cara pemasaran yang unik dari klub Anime.
Si tampan melangkahkan kakinya dengan cepat, ingin segera melewati kerumunan itu agar bertemu sang penjemput.
Namun kenyataan berkata lain.
Yang ia temui di depannya justru figur dua orang yang cukup besar, dengan sengaja berdiri mematung seakan tidak membiarkannya lewat. Tomoki bahkan perlu untuk mengadahkan kepalanya untuk melihat kedua orang itu.
Mereka terkenal di Sensetsu Daifuzoku sebagai dua orang berandalan yang sangat senang mem-bully teman-temannya yang lemah. Ciri khas salah satu dari mereka berambut plontos, dan yang satu lagi bergigi tonggos. Tentu, sang mangsa yang lugu belum mengetahui hal itu.
"Um, Permisi senpai," sapa Tomoki dengan gugup sambil mencoba lewat, namun salah seorang dari mereka dengan sengaja kembali menahan jalannya. Tomoki melihat senyuman yang muncul di wajah lelaki plontos itu, dan menyadari bahwa beberapa senpai-nya yang berada di sekitar melihatnya dengan tatapan berduka.
Dari sana, Ia tersadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
"Hei, siapa namamu?" tanya senpai dengan rambut plontos. Sebut saja Takeshi.
"Na-namaku Himi Tomoki, senpai!" jawabnya dengan lantang. "Ke.. kelas 1-7!"
"Ah, Himi ya!" seru Takeshi. Temannya yang bergigi tonggos, sebut saja Kazuo, dengan sengaja mendekat ke tubuh kurus Tomoki dan mulai berbisik.
"Disini terlalu ramai. Ayo ikut kami ke..."
"Tomoki-kun?"
Suara seorang anak perempuan mengalihkan perhatian mereka bertiga, dimana satu orang anak laki-laki terlihat bahagia dan dua sisanya ketakutan bagai melihat iblis.
Sebenarnya aneh bila harus mendeskripsikan gadis ini dengan kata "Iblis" karena apa yang terpampang memperlihatkan sebaliknya. Dia adalah seorang perempuan berkaki jenjang, bertubuh proporsional dengan rambut blonde panjang dan wajah bidadari. Sayang sekali memiliki temperament issue.
"O...Orimoto-san!"
"Izumi nee-san!"
Kedua berandal itu mendengar sebuah kata yang sangat tidak mereka duga keluar dari mulut Tomoki.
"Nee… nee-san?" tanya Kazuo pelan. "Kau adik Orimoto-san?"
"Eh.. ah, Bukan adik sih," jawab Tomoki dengan memiringkan kepalanya.
"Kalian..." Izumi mulai berbicara, merasa mengenali kedua orang yang bersama Tomoki. "Handa Takeshi dan Hone Kazuo kan?"
Takeshi dan Kazuo terdiam. Tangan mereka mulai gemetaran, dengan keringat dingin yang mulai bercucuran, mulut mereka pun terbuka.
"Be.. betul!" jawab mereka bersamaan.
"Hoo… masih belum kapok juga rupanya? Hukuman dari OSIS kemarin masih kurang?" Tanya Izumi dengan suara mengancam. Takeshi dan Kazuo menelan ludahnya.
"Ti… tidak! Maafkan kami! Kami pergi dulu!" jawab mereka sambil berlari kabur, membuat Izumi menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak berubah juga," gumam Izumi kesal.
"Izumi nee-san?"
Suara Tomoki mengalihkan pandangan The Italian Stallion dari kedua begundal tersebut. Suara yang berasal dari orang yang ia anggap sebagai adiknya, walau tanpa hubungan darah.
"Ya? Oh, iya! Tomoki-kun, selamat datang di Sensetsu!" sambut Izumi dengan senyum hangat. Senyum Izumi yang sudah beranjak remaja memang menjadi jauh lebih cantik dibanding dulu, buktinya, kali ini ia mampu melelehkan hati Tomoki.
"Te…terima kasih!" jawab Tomoki gugup dengan wajah merona.
"Jadi, sudah memutuskan akan ikut klub apa?"
"Belum…"
"Di sekolah ini, siswa wajib ikut klub, jadi kamu harus memilih satu, Tomoki-kun," ujar si (tetap) rambut pirang. "Hmm.. mau lihat yang lain? Banyak juga klub yang tidak mengadakan pamerannya disini, tapi di lapangan atau ruangan klub mereka."
"Oh ya? Apakah ada klub sepak bola?" Tanya Tomoki bersemangat.
Sejak pulang dari Dunia Digital, Sepak Bola adalah caranya untuk bersosialisasi, mengembangkan pertemanan, serta tentunya berolah-raga. Ia tidak perlu memulai pembicaraan, biarkan operan bola dan tendangannya yang berbicara dan mencairkan suasana. Ia yakin akan mampu mendapatkan teman lagi, sekali lagi melalui sepak bola.
"Sepak bola? Iya, tentu ada," kata Izumi, yang kemudian disusul dengan perubahan raut wajah menjadi penuh kerutan kesal, yang tidak luput dari penglihatan Tomoki.
"Nee-san?"
"Kalau klub sepak bola, berarti orang itu," gumam sang anggota OSIS bidang kedisiplinan.
"Orang itu?"
"Oh, aku belum bilang ya?" Ekspresi Izumi berubah menjadi kembali cerah. "Ada kejutan untukmu, Tomoki-kun!" ujarnya dengan mengedipkan mata kirinya.
"Kejutan? Tidak bisa kau beritahu sekarang saja, Izumi-nee-san?" pinta Tomoki dengan wajah memelas.
"Tidak bisa dong! Hmm.. karena lapangan sepak bola lokasinya cukup jauh, bagaimana kalau kita lihat-lihat dulu klub yang lain?" saran Izumi, berusaha menghindari pembicaraan tentang 'kejutan'. "Bagaimana kalau kita ke auditorium? Klub drama sedang melakukan pertunjukkan!"
-xx-
Dalam perjalanan mereka ke auditorium yang terletak tidak jauh dari sana, Tomoki sadar akan pandangan-pandangan iri para senpai dan teman—teman seangkatan-nya, membuatnya menunduk sepanjang jalan.
Tomoki belum tahu bahwa gadis yang berjalan di sebelahnya merupakan primadona sekolah, sekaligus salah satu orang yang paling ditakuti, karena ia juga anggota klub Home Economics merangkap sebagai anggota OSIS divisi kedisiplinan. Tahun lalu, di tahun pertamanya bergabung sebagai anggota OSIS, ia telah membuat lebih dari 10 siswa menulis surat perjanjian yang menyatakan bahwa mereka tidak akan melakukan kesalahan yang sama, sampai menggunduli kepala mereka sendiri.
Only God knows what Izumi did to them.
Sensetsu Daifuzoku merupakan sebuah sekolah yang berdiri belum lama, sehingga jumlah murid tidak terlalu banyak, menjadikan seseorang akan mudah dikenal dan dicari tahu. Karena itulah legenda tentang Izumi si Malaikat Maut sangat cepat tersebar.
Tomoki dan Izumi sampai di gedung auditorium, tempat dimana klub drama sedang melangsungkan drama musikal "Wizard of Oz".
Kemampuan acting yang mumpuni serta lighting dan sound yang bagus membuat pertunjukan itu memukau banyak orang. Sang aktris yang memerankan Dorothy memperlihatkan kemampuannya bernyanyi dengan sempurna, membuat Tomoki tidak bisa memalingkan pandangannya. Hal itu tidak berlangsung lama, ketika ia menyadari kehadiran seseorang yang sedang menonton di sebelah mereka, bersandar di pintu auditorium sambil meneguk sekaleng kopi dingin. Orang yang ia kenal cukup lama.
Seorang laki-laki tampan berambut gelap sebahu, si kakak dari kembar Kimura-Minamoto.
"Kouichi nii-san!?" seru Tomoki kaget, yang seketika dihujani pandangan sinis penonton lain serta suara "ssst" yang berhamburan di dalam auditorium, tidak dalam waktu bersamaan.
"Sssst, haha Tomoki! Pelankan suaramu," bisik Kouichi. "Selamat datang di Sensetsu!" sambutnya.
"Semua lancar, Kouichi-kun?" Tanya Izumi, mengacu pada acara pameran klub yang sedang berlangsung saat ini.
"Um, untungnya lancar-lancar saja," jawab si anggota OSIS bidang minat dan bakat siswa, sambil menunjuk ke earphone yang menyantel di telinga kirinya, tersambung ke sebuah walkie talkie yang ia kaitkan di seragam. "Aku belum tidur semalaman, mempersiapkan acara ini, haha" sambungnya dengan sebait curhat dan tawa miris.
"Ahaha, semangat!" hibur Izumi dengan sedikit tawa.
Tomoki, dengan wajah bersemangat bertanya kepada mereka berdua. "Izumi nee-san, kalau Kouichi nii-san… kalau kalian berdua bersekolah disini, yang kau bilang kejutan itu jangan-jangan…."
Izumi dan Kouichi berpandangan. Tidak butuh waktu lama sampai mereka berdua kembali memalingkan wajah ke Tomoki sambil tersenyum.
Tiba-tiba penonton bergemuruh, membuat Tomoki memalingkan wajahnya untuk melihat apa yang terjadi di panggung.
Sang penyihir Oz menampakkan wujudnya. Bahkan dalam make-up dan kostum, Tomoki mampu mengenali sosok itu. Salah satu sosok yang paling dekat dengannya selama di Dunia Digital.
"Kami sudah menunggumu,Shibayama!" sahut penonton riuh.
-xx-
Di Gym sekolah, dilakukan pertandingan eksibisi Kendo. Gym terlihat penuh, selain oleh para murid-murid baru tapi juga fans-fans berat dari seseorang.
Seseorang yang dalam pertandingan eksibisi pun mampu memperlihatkan beragam teknik menarik, mengalahkan lawannya satu persatu.
Suara fans-fans perempuannya makin menggelora ketika ia melepaskan penutup kepalanya, memperlihatkan wajahnya dan keringat yang bertetesan dari dahinya, serta ekspresi dingin yang tak pernah berubah.
"KOOOOOUUUJIIIIIII!" teriak para fans kencang.
-xx-
Tidak jauh dari Gym, pemain bernomor punggung 10 berlari kencang dari tengah lapangan sepak bola, melewati 2 orang pemain belakang namun terperangkap oleh 2 pemain belakang sisanya. Di tengah gemuruh suara penonton, ia tidak memiliki pilihan selain mempertontonkan permainan cantik yang akan menawan murid-murid baru. Dengan gesitnya ia mendribble bola, berusaha melewati sisa dua orang pemain belakang.
Gagal.
Pemain belakang bernomor punggung 4 itu lebih gesit darinya, sehingga mampu mengambil bola dari kakinya dan menendang jauh ke depan, dimana striker andalan mereka menunggu.
Dengan mudahnya, striker bernomor punggung 9 itu menahan bola lambung tersebut dengan dadanya, membawanya dengan dribble yang cantik, melewati beberapa pemain belakang.
"Tidak akan kubiarkan!" ujar seorang pemain belakang yang tersisa, melakukan sliding tackle kepada nomor 9, namun nomor 9 mampu melewatinya dengan melompat, bahkan melanjutkannya dengan tendangan volley kencang.
Kiper tidak mampu menahan bola, gawang terkoyak. Penonton berteriak "Gooooooooool!" dengan kencangnya.
"Senpai itu jago banget!" seru salah seorang penonton. "Iya! Siapa dia?" sahut yang lain.
Mereka melihat ke seorang senpai berambut coklat yang kini sedang melakukan selebrasi konyol yang lebih baik tidak dijelaskan.
"Coba kulihat.." kata salah satu dari mereka mencoba membaca nama punggung si nomor 9.
"Nomor 9.. Kanbara."
.
That's it for Chapter 1, terima kasih sudah membaca sampai sini. semoga kalian suka dengan ceritanya. Please Rate, Review, Flame jangan :D
Settingnya 5 tahun dari cerita Frontier. Berikut author berikan profil karakternya dan apa yang sedang mereka hadapi saat ini. Sekalian kalau ada yang nggak ngikutin frontier bisa jadi perkenalan juga mungkin.
Please look forward for prologue chapter 2!
Jojo signed out.
Character Introductions :
Nama : Himi Tomoki
Umur : 15
Tinggi Badan : 162cm
Berat Badan : 54kg
Kelas : 1-7
Hobi : Sepak Bola, Memasak.
Musik Favorit : Goose House
Klub : -
Yang Disukai : McDonalds
Yang Dibenci : Berada sendiri di kerumunan orang banyak
Mantan Prajurit Es yang dulu penakut, manja, dan sulit untuk bersosialisasi. Perjalanan dengan Legendary Warriors yang lain mampu mengubahnya menjadi lebih berani, mandiri, serta lebih mudah bersosialisasi walau tidak 180 derajat. Ia masih kesulitan untuk berada sendiri di tengah orang banyak maupun untuk memulai obrolan dengan orang lain.
Nama : Orimoto Izumi
Umur : 17
Tinggi Badan : 168cm
Berat Badan : Rahasia
Kelas : 2-1
Hobi : Wisata Kuliner, Film
Musik Favorit : Wednesday Campanella, Ringo Sheena
Klub : Home Economics + Divisi Kedisiplinan OSIS
Yang Disukai : Panacotta
Yang Dibenci : Hypocrites
Mantan Prajurit Angin tumbuh menjadi gadis cantik yang lebih taat pada aturan, blak-blakan, dan jujur pada dirinya sendiri. Izumi telah mampu melewati dinding kultur yang menahannya dari bersosialisasi 6 tahun lalu, namun apa yang ia lihat "dibalik dinding" tersebut tidak seindah yang ia kira, membuatnya menjadi seperti sekarang, dan menjadikannya salah satu anggota divisi kedisiplinan Sensetsu Daifuzoku. That's for later chapter though.
Nama : Kimura Kouichi
Umur : 17
Tinggi Badan : 173cm
Berat Badan : 56kg
Kelas : 2-5
Hobi : Membaca, Musik
Musik Favorit : Lite, Tricot, Queen Bee
Klub : Band + Divisi Minat dan Bakat OSIS
Yang Disukai : Musik-musik bergenre aneh
Yang Dibenci : Susu Kedelai
Sang mantan prajurit kegelapan tumbuh sebagai remaja yang mudah bersosialisasi, humble, dan murah senyum. Sejak ia bangun dari koma, Kouichi memiliki kemampuan khusus : berkomunikasi dengan hantu. Hal ini membuat Kouichi sedikit kerepotan, karena tidak banyak orang dengan kemampuan seperti dirinya di sekolah, menjadikannya "target" curhat para makhluk halus. Hubungannya dengan Kouji tetap dekat. Malah kadang terlalu dekat..
