Berlari... terus berlari... aku berlari tanpa henti. Mengejar sesuatu yang tak akan pernah bisa kuraih. Tak peduli dengan napasku yang telah tak beraturan. Tak peduli kakiku yang mulai tak kuat menapaki jalanan sepi ini. Aku hanya ingin berlari...terus berlari untuk meraihmu. Meraih cintamu, meraih tubuhmu, dan meraih semua yang kau miliki. Keringat bercucuran membasahi kening dan tubuhku. Aku tahu aku tak kuat lagi. Kakiku serasa mati. Tapak terakhir kaki kananku membawa tubuhku ambruk seketika di atas rerumputan hijau.

Aku tengadahkan wajahku menatap hamparan bunga matahari yang tengah merekah. Matahari sore membuat bunga-bunga itu nampak bercahaya. Aku tersenyum. Indah... sama seperti dirimu. Dirimu yang kini tengah berdiri di atas panggung megah penuh cahaya lampu latar. Melantunkan lagu-lagu ciptaanmu...

Aku merindukanmu...

Sangat rindu...

Entah kapan aku bisa bertemu denganmu lagi...

Uzumaki Naruto...

Kau telah melupakan aku...

.

.

Sunflower with Lavender

By B Dhii Chu

Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto

Pair : Uzumaki Naruto & Hyuuga Hinata

Song : The Fray – "Say When"

.

.

Seorang gadis tengah duduk di bawah sebuah pohon besar yang meneduhkan. Mata lavender-nya menatap hamparan bunga matahari yang terbentang luas di hadapannya. Angin semilir meniup helaian rambut hitam kebiruan yang terurai memanjang sampai ke punggung. Baju terusan berwarna putih tanpa lengan yang sedikit kotor membalut kulit putih pucat nan mulusnya. Terlihat salah satu lututnya terluka, mengeluarkan cairan kental berwarna merah pekat, tetapi tidak ia pedulikan. Pandangannya menerawang pada hamparan bunga-bunga matahari yang bergoyang karena tertiup angin sore.

'Srek.'

"Lututmu terluka..."

Gadis itu memalingkan wajahnya dengan cepat ke arah datangnya suara. Seorang pemuda tengah berdiri di sampingnya. Bersandar pada pohon besar yang sedari tadi memberikan keteduhan bagi si gadis. Kedua tangan pemuda itu sibuk memotret pemandangan luar biasa dihadapannya. Tak lama kemudian gadis itu menundukkan wajahnya, mempererat pelukannya pada ke dua kakinya. Diperhatikannya cairan merah kental itu mengalir dari salah satu lututnya.

"Ikut aku..." pemuda itu mengulurkan tangannya di depan wajah sang gadis. Mata hitam kelamnya menatap tanpa ekspresi. Dengan ragu gadis itu menerima uluran tangan sang pemuda. "Ugh!" gadis bermata lavender itu meringis kesakitan saat ia mencoba untuk bangkit berdiri.

Nyeri pada lututnya membuatnya berjalan tertatih. Pemuda bergaya rambut mencuat melawan gravitasi yang berjalan di depannya tiba-tiba berhenti melangkah. Ia memalingkan wajahnya. Melepas tangannya dari lengan si gadis. Mata onyx-nya memandang gadis itu dari bawah hingga atas. Merasa diperhatikan seperti itu, sang gadis mundur selangkah.

"Tak perlu takut. Siapa namamu?" tanya pemuda itu.

"..." lama tak ada jawaban. Mereka masih berdiri berhadapan dalam diam. Saling memandang.

"Aku... aku Hinata, Hyuuga Hinata." Akhirnya sang gadis mau membuka mulut, ia menundukkan wajahnya. Pemuda itu tersenyum. Berbalik dan melangkahkan kakinya meninggalkan si gadis.

"Kita bertemu lagi besok di sini. Di jam yang sama. Jangan lupa obati kakimu itu." ucapnya tanpa menoleh. Hinata tertegun memandang pemuda yang semakin menjauh darinya.

.

Sementara itu, pemuda yang sebenarnya bernama Uchiha Sasuke itu memandang kagum pada layar kamera SLR-nya. Layar itu menampilkan gambar seorang gadis yang tengah duduk di bawah pohon besar, tatapannya terarah pada hamparan bunga dihadapannya. Cahaya matahari senja membuat sang gadis tampak berkilau.

"Kau akan jadi milikku, Hyuuga Hinata." gumamnya sembari menyalakan mesin mobilnya. Mobil porsche carrera biru tua itu melaju, menyusuri jalanan yang membelah hamparan bunga-bunga matahari di sisi kiri dan kanan jalan.

.

.

.

Malam mulai menyelimuti segala yang ada. Di tengah keramaian kota Konoha, sibuknya orang yang berlalu-lalang di sepanjang trotoar, kendaraan yang hilir-mudik di jalan raya, serta lampu-lampu pertokoan dengan berbagai macam warna dipinggir jalan. Konoha Entertainment sedang mengadakan konser. Serentetan penyanyi dan band papan atas akan mengisi acara konser ini.

Lampu latar berkelap-kelip menampilkan cahaya yang indah. Di atas panggung megah, seorang pemuda tengah duduk seorang diri, membawa gitar dipangkuannya. Wajahnya tertunduk. Microphone berdiri tegak dihadapannya. Lampu sorot segera diarahkan pada pemuda itu. Cahaya putih dari lampu membuat rambut kuning keemasan miliknya berkilau.

Satu,

Dua

Tiga!

Musik mulai dimainkan. Wajah yang tadi tertunduk ia tegakkan. Iris biru mudanya menatap ribuan penonton yang mengitari panggung. Jemarinya mulai asik memetik gitar dipangkuannya. Mulutnya mulai melantunkan lagu. Sorakkan riuh penonton membahana saat mendengar suara merdunya.

.

I see you there, don't know

Where you come from

Unaware... the stare from

Someone

Don't appear to care that I saw ya

And I want you...

What's your name

'Cause I have to know it

You let me in and begin to show it

We're terrified 'cause we're

Heading straight for it, might get it

.

You're in the song playing on the background

All alone but you're turning up now

And everyone is rising to meet you, to greet you

Turn around and you're walking

Toward me

I'm breaking down and you're breathing slowly

Say the word and i will be your man,

Your man!

Say whennnnn!

And my own two hands will camfort you

Tonight, tonight!

Say whennnnn!

And my own two arms will carry you

Tonight, tonight!

.

Dentuman drum menggema ke seluruh penjuru, semua penonton bersorak. Pemuda yang bernyanyi di atas panggung kembali menutup mata, menghayati setiap lirik yang dinyanyikannya. Jemarinya terus bergerak memetik gitarnya. Ia tak beranjak sama sekali dari tempatnya duduk. Hingga lirik terakhir yang dinyanyikannya...

And my own two hands will camfort you

Tonight... tonight...

Cairan bening mengalir dari sudut matanya. Diiring dengan cahaya lampu sorot yang meredup. Tak ada yang sempat melihatnya. Wajah pemuda itu tertunduk kembali.

'Aku merindukanmu, Hinata...' gumamnya lirih. Ia beranjak dari tempat duduknya, berjalan menuju ke belakang panggung dengan menenteng gitar di tangan kanannya.

.

Di kejauhan sana... di sebuah kota kecil, seorang gadis tengah duduk meringkuk di atas sofa. Matanya tertuju pada layar televisi, ia tersenyum setelah menyaksikan penampilan seorang pemuda yang ia kenal dalam acara konser musik Konoha Entertainment. Dalam senyumnya terselip kerinduan yang sangat mendalam terhadap pemuda itu. Pemuda yang hampir dua tahun tidak pernah lagi bertemu dengannya. Bahkan saling memberi kabar pun tidak.

'Naruto-kun... aku merindukanmu...'

.

.

"Naruto! Kau keren sekali!" seorang gadis berambut merah muda langsung memeluk pemuda yang baru saja muncul di belakang panggung. Sebuah kecupan mendarat mulus pada bibirnya. Orang-orang yang kebetulan melihat menjadi tersipu malu. Pemuda itu merasa tak nyaman. Ia melepas ke dua lengan sang gadis yang melingkar pada lehernya.

"Thanks...Sakura." katanya.

"Itu tadi lagu barumu 'kan? Keren sekali! Aku suka mendengarnya. Kau terinspirasi dari apa?" tanyanya penasaran. Ia tak henti-hentinya bergelayut manja pada lengan Naruto.

"Dari seseorang..." Naruto mengambil botol minuman dari atas meja, meneguknya hingga tersisa setengah botol.

"Oh? Siapa?" gadis itu melepaskan tangannya dari lengan pemuda yang duduk di sampingnya. Dahinya berkerut tanda tak suka. Pemuda itu mengerti, pasti gadis itu tengah cemburu. Naruto hanya menghela napas. Dengan malas ia berkata,

"Kamu..." kembali diteguknya minuman dalam botol di tangannya sampai habis. Mata hijau muda gadis itu berbinar-binar, ia segera menghambur ke dalam pelukan Naruto. Membuat pemuda itu hampir tersedak.

"Aku mencintaimu!" gadis itu memeluknya erat. Ia tertawa riang. Sedangkan Naruto sendiri hanya bisa tersenyum kecut, seperti tak ikhlas atas apa yang diucapkannya sendiri. Sebenarnya yang menjadi inspirasinya bukanlah Sakura, melainkan seorang gadis yang kini tak lagi ada di sampingnya. Gadis yang sejak dua tahun lalu ia tinggalkan demi meniti karir di kota besar Konoha. Senyum terakhir gadis itu masih jelas terukir dalam angan Naruto. Naruto ingin sekali menemuinya, tetapi dia tak bisa. Dia tak bisa kembali... karena saat ini dia telah memiliki seorang yang lain di sampingnya.

.

.

.

Di sore hari yang cerah, gadis berambut hitam kebiruan berjalan menyusuri jalanan sepi. Di kedua sisi jalan terbentang luas bunga-bunga matahari yang bergoyang tertiup angin. Langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang pemuda tengah berdiri, bersandar pada pohon besar yang kemarin menjadi tempatnya berteduh. Pemuda itu sibuk memotret pemandangan di sekitarnya. Tak sengaja kameranya menangkap sosok gadis itu.

'Klik!' Pemuda itu melihat layar kameranya. Sementara gadis yang ia potret menundukkan wajah karena malu.

"Aku pikir kau tak akan datang, Hinata."

"..."

"Hahhh~" sang pemuda hanya bisa menghela napas melihat gadis itu sama sekali tak menanggapi ucapannya. "Namaku Uchiha Sasuke." dengan memasang tampang stoic-nya pemuda itu mengulurkan tangannya pada Hinata. Hinata menjabat tangan Sasuke. Tiba-tiba Sasuke bersujud ala pangeran berkuda putih, lalu mengecup lembut punggung tangan gadis itu. Hinata cukup terkejut. Wajahnya kembali merona.

"Hari ini akan kujadikan kau seorang putri." Ujarnya sembari melepas tangan Hinata. Dia menepuk tangannya dua kali. Dari semak-semak muncul beberapa orang yang memakai pakaian seragam. Dengan cekatan mereka memasang peralatan yang digunakan untuk memotret, sedang Sasuke langsung memberi arahan untuk mereka. Hinata yang tak mengerti apa-apa, menjadi bingung sampai ia rasakan seseorang menepuk bahunya.

"Sebelum sesi pengambilan gambar dimulai, saya akan membantu Anda untuk berganti pakaian dan berias." Seorang wanita berkacamata dengan rambut berwarna nila tersenyum padanya.

"A-ano... se-sebenarnya ini a-ada apa?" tanya Hinata lembut.

"Hehe, ternyata Sasuke tak menceritakan padamu ya?" wanita itu balik bertanya. Hinata menggeleng pelan.

"Sebelumnya perkenalkan dulu. Namaku Karin. Salam kenal." wanita yang ternyata bernama karin itu mengulurkan tangannya.

"Aku... Hinata." Gadis bermata lavender itu menjabat tangan Karin.

"Sebenarnya, kami sedang mendapat job membuat iklan dan poster untuk produk kosmetik terbaru. Kebetulan bahan utama yang digunakan adalah biji bunga matahari jadi akan sangat cocok jika melakukan pengambilan gambar di sini. Makanya, kami datang jauh-jauh dari Konoha kemari. Awalnya model untuk pemotretan sudah ditetapkan, tetapi karena ulah Sasuke, model itu mengundurkan diri. Kami semua jadi kesulitan. Nah, tadi malam Sasuke membawa kabar baik..." Karin tersenyum. "Ternyata model yang didapatnya jauh lebih manis dan cantik, bahkan kulitmu pun putih bersih sangat cocok untuk model iklan kami."

Hinata tersipu malu mendapat pujian seperti itu. Sasuke memandang mereka berdua dari kejauhan. Dan berjalan menghampiri Hinata dan Karin.

"Mau sampai kapan kalian akan terus berdiri di sini?!" tanyanya.

"Eh?! Sasuke! Jangan muncul tiba-tiba begitu dong!"

"Cepat ganti pakaiannya, Karin! Kita harus mengambil gambarnya segera!" bentak Sasuke.

"Ck! Ayo Hinata!" Karin mendengus kesal. Ia menarik pergelangan tangan Hinata untuk mengikutinya.

.

Raut wajah Sasuke telah berubah menjadi gelap. Juugo, Suigetsu, dan kru yang lain tak berani mendekat. Sudah hampir 20 menit mereka semua menunggu Karin dan Hinata, tetapi keduanya belum muncul juga.

"TARAAAAAA~M!" Karin melompat begitu saja, mengagetkan semua kru yang ada. Sedang Sasuke tak terpengaruh sama sekali. Mata onyx-nya menatap tajam pada Karin.

"Ck! Jangan cemberut begitu Sasuke! Coba lihat inii~!" Karin menunjukkan siapa yang tengah berdiri di belakangnya. Semua kru menatap kagum pada Hinata. Sasuke tetap tanpa ekspresi. Dia hanya diam memperhatikan penampilan Hinata.

Gadis itu tampak cantik dan anggun dalam balutan gaun berwarna orange yang menjuntai di atas rerumputan hijau, kain tipis pada gaunnya melambai pelan tertiup angin. Pada sisi kanan rambut hitam kebiruannya terpasang sebuah jepitan bunga matahari yang cukup besar.

"OK! Semua bersiap!" ucapan Sasuke membuyarkan lamunan semua orang yang ada di tempat itu. Mereka buru-buru kembali pada pekerjaan masing-masing.

" A-ano... Uchiha-san, a-apa yang harus kulakukan?" tanya Hinata ragu.

"Naiklah ke atas batu itu dan mulailah bergaya di depan kamera." Sasuke menunjuk ke arah batu besar di tengah hamparan bunga matahari di hadapan mereka. "Kita akan melakukan pengambilan gambar saja hari ini. Ingat, buatlah dirimu seolah dapat merasakan manfaat dari produk ini." Pemuda itu mengulurkan sesuatu pada Hinata. "Aku ingin pose yang alami, jadi akan kubiarkan kau berekspresi sesuka hatimu." Sasuke memetik setangkai bunga matahari dan memberikannya pada Hinata. "Bawa ini."

Setelah memberikan instruksi pada gadis bermata lavender itu, Sasuke kembali pada kameranya. Ia memerintahkan beberapa anggota kru untuk membantu Hinata naik ke atas batu besar yang ditunjuknya tadi. Sekarang, semua telah siap. Ia memberi aba-aba agar Hinata memulai aksinya di depan kamera.

Hinata diam, menatap setangkai bunga matahari dalam genggaman tangannya. Perlahan angin meniup helaian rambut hitam kebiruannya. Kain tipis berwarna orange pada gaunnya berkobar. Ia tersenyum lembut menatap hamparan bunga matahari di depan matanya. Bak seorang bidadari turun dari kahyangan. Hinata terlihat luar biasa di depan kamera Sasuke. Pemuda itu tersenyum dalam hati.

'Kau memang cantik, Hinata.'

Hinata berganti menatap kamera Sasuke. Bagai sulap ia membuka kedua telapak tangannya, memunculkan bunga matahari sekaligus produk yang tengah diiklankannya. Cahaya senja membuatnya semakin bersinar. Deg! Jantung Sasuke serasa melompat karena tatapan Hinata yang seolah ditujukan kepadanya. Ia menyembunyikan rona wajahnya dibalik kamera.

.

"Pengambilan gambar hari ini cukup sampai di sini. Besok pagi kita akan mulai membuat iklan, jadi kita akan berkumpul kembali di sini pagi-pagi." Semua kru mengangguk patuh mendengar pesan dari pemimpin mereka. Hinata sudah melepas gaunnya dan menggantinya dengan pakaian yang ia kenakan dari rumah tadi. Gadis itu kini berdiri di belakang Sasuke. Memperhatikan apa yang tengah diucapkan pemuda itu.

"Dan Hinata, bersiaplah untuk pengambilan gambar besok pagi. Jangan terlambat."

"I-iya..." ucapnya lirih menanggapi pesan dari Sasuke. Gadis itu menundukkan wajahnya tak berani menatap onyx pemuda bergaya rambut emo itu. Sasuke diam memperhatikan Hinata yang tengah merona.

"Mau kuantar pulang?" tawarnya.

"Eh?! Aku... ti-tidak usah. Aku bisa pulang sendiri..." tolaknya lembut agar pemuda itu tak merasa tersinggung. Sasuke menghela napas.

"Baiklah. Besok aku akan membawa surat perjanjian kontrak untukmu."

"Ko-kontrak?!"

"Yah, kau berbakat. Jadi kuputuskan, kau akan bekerja denganku mulai sekarang."

"Ta-tapi... aku-"

"Aku tidak mau mendengar kata 'tidak' nona Hyuuga. Jadi, pulanglah untuk beristirahat. Besok, pekerjaan telah menanti." Sasuke berbalik meninggalkan Hinata yang masih berdiri terpaku. Gadis Hyuuga itu sungguh tak menyangka bisa bertemu seseorang yang begitu egois seperti Sasuke. Akan tetapi, sebuah pikiran terlintas dibenaknya.

'Bukankah mereka berasal dari Konoha? Apakah ini jalan bagiku untuk bertemu dengan Naruto-kun?" batinnya. Gadis itupun tersenyum. Ia melangkah pergi untuk pulang ke rumah. Hari sudah semakin gelap...cahaya senja mulai meredup.

.

.

.

Sebulan telah berlalu. Sesi pemotretan dan pembuatan iklan dengan Hinata sebagai modelnya telah usai dan siap ditayangkan. Baliho produk itu pun telah terpajang di beberapa tempat di sudut kota Konoha. Dan Hinata sendiri saat ini telah berada di Konoha. Ia tinggal di sebuah apartemen yang sengaja dibeli Sasuke untuknya. Hinata berjanji akan mengembalikan uang Sasuke yang telah digunakan untuk membeli apartemen itu, meski sebenarnya Sasuke sama sekali tak mengharapkan Hinata mengganti uangnya. Ia mendapat berbagai macam tawaran pekerjaan. Mulai dari sebagai model sampul majalah, model iklan shampoo atau sabun mandi, bahkan juga beracting dalam drama. Semakin hari semakin sibuk, Sasuke setia menemani Hinata. Walau bagaimanapun juga Hinata bekerja padanya, jadi dia perlu membimbing gadis itu.

.

"Hei! Naruto! Lihat! Model iklan ini cantik sekali!" seorang gadis yang tengah duduk di sofa depan televisi itu berteriak memanggil kekasihnya yang tengah sibuk menulis lirik lagunya. Pemuda itu sama sekali tak menanggapi panggilannya.

"Naruto! Kau mendengarkukan?!"

"Iya, Sakura. Aku sedang sibuk."

"Hahh~! Kau ini! Naruto sayang, kau baru saja sampai di Konoha. Seharusnya santailah sedikit! Bukankah masih banyak waktu sebelum peluncuran album barumu?" gadis itu bergelayut manja pada pundak kekasihnya.

"Sebulan berada di Otto membuatku terinspirasi banyak hal, jadi aku tidak akan menyia-nyiakannya."

"Hnm. OK... Kalau begitu aku pulang saja ya? Soalnya aku berjanji akan pulang sebelum jam makan malam." Kata gadis itu sembari mengecup lembut pipi pemuda pirang yang sama sekali tak menggubrisnya. Sakura mengambil tas yang ia taruh di atas meja. Merasa kekasihnya tak memperdulikannya, Sakura kembali mendekati Naruto. Duduk berlutut hingga mata mereka bertemu.

"Kecup aku..." pintanya. Naruto ragu, namun perlahan ia menempelkan bibirnya pada bibir Sakura. Gadis itu melumat lembut bibir kekasihnya. Mau tak mau Naruto membalas. Pagutan itu semakin memanas. Jemari lentik Sakura mulai menyusuri dada bidang kekasihnya itu. Semakin ke bawah, dan ... Pemuda itu melepas pagutannya. Tangannya menahan tangan Sakura yang hampir saja menyentuh 'benda' miliknya.

"Sebentar lagi jam makan malam. Sebaiknya kau segera pulang."

Sakura mendengus kesal. Ia menarik kasar tangannya dari tangan kekar Naruto. Melangkah ke arah pintu keluar dan membantingnya hingga menimbulkan suara bedebam. Pemuda pirang itu hanya dapat menghela napas berat. Ia memijit-mijit pelipisnya. Kepalanya berdenyut. Sepertinya menghirup udara di luar akan dapat membuatnya lebih baik.

Naruto segera berganti pakaian. Mengambil jaketnya yang tergantung dekat pintu kamar. Tak lupa juga kunci mobil dan dompetnya yang tergeletak di atas meja. Setelah keluar, Naruto mengunci pintu apartemennya. Tanpa ia ketahui, dibelakangnya seorang gadis berambut hitam kebiruan tengah berdiri membelakanginya dan sibuk mengunci pintu apartemennya sendiri. Sesudah itu, secara bersamaan keduanya menghadap arah yang berlawanan. Naruto mengambil arah ke kiri, sedangkan gadis itu berjalan ke arah kanan.

Saat berbelok menuju lift, Naruto tiba-tiba merasakan kehadiran seseorang yang dikenalnya. Ia berbalik secepatnya. Namun, terlambat. Ia hanya sempat melihat helaian rambut hitam kebiruan gadis itu sebelum sosoknya menghilang tertutup pintu lift.

"Mungkin hanya perasaanku saja." Gumamnya. Pintu lift dihadapannya terbuka. Ia melangkah masuk dan tepat di saat yang sama gadis itu keluar dari pintu lift yang tadi ia pakai. Sayangnya, sosok Naruto telah hilang tertutup pintu lift. Gadis bermata lavender itu menatap nanar ke arah pintu lift yang dipakai Naruto. Ia benar-benar merasa barusan, pemuda yang ia rindukan begitu dekat dengannya.

'Naruto-kun...'

.

.

Lampu merah menghentikan laju mobil Naruto. Ia memeluk malas setir mobilnya ketika melihat detikan pada lampu merah itu. 120 detik. Tangannya menggapai kotak tisu yang sengaja ditaruhnya di dekat kaca mobil. Matanya hampir saja menggelinding keluar ketika perhatiannya teralihkan dari kotak tisu itu. Mulutnya ternganga. Iris biru mudanya menatap tak percaya pada papan baliho yang berjarak beberapa meter dari arahnya. Gambar seorang gadis berdiri di atas batu besar dengan hamparan bunga matahari disekelilingnya dan bibirnya yang menyunggingkan senyum lembut membuat Naruto terpana. Gadis yang selama ini dirindukannya, fotonya telah tepampang jelas di depannya.

TIN! TIN! TIN!

"WOI! JALAN WOI!"

TIN! TIN! TIN!

"Ck! Kenapa mobil orange itu tidak bergerak juga! Inikan sudah lampu hijau!" Sasuke memencet berulang kali klakson mobilnya dengan kesal. Para pengemudi yang lain ikut melakukan hal yang sama.

"Uchiha-san, tenanglah... mu-mungkin mobilnya mogok." Ucap gadis di sampingnya lembut untuk menenangkan Sasuke.

Suara klakson mobil dan kendaraan yang ada dibelakang mobil Naruto, membuyarkan lamunan pemuda pirang itu. Ia segera tancap gas dan memarkir mobilnya di pinggir jalan tak jauh dari papan baliho yang menampilkan gambar pujaan hatinya. Pemuda itu keluar dari dalam mobil. Berdiri di samping mobilnya, menatap kagum pada papan baliho yang melintang di atas jalan raya. Dia tak memperdulikan decak kagum orang yang lalu-lalang karena melihat sang idola tengah berada di depan umum tanpa penyamaran. Para fans fanatiknya berlari mengerumuni Naruto. Sekali lagi, tak pemuda itu sadari jika mobil porsche carrera biru tua yang melintas dekat mobilnya itu adalah mobil yang membawa pujaan hatinya.

Sempat Hinata melirik keluar mobil, memperhatikan rimbunan orang-orang yang tengah berebut sesuatu dipinggir jalan. Ia penasaran, tetapi ia tahu Sasuke tak akan menghentikan mobilnya hanya untuk melihat hal tak penting seperti itu. Ini baru permulaan dari segala yang akan terjadi dalam kisah cinta seorang Hyuuga Hinata dan Uzumaki Naruto. Sebuah kisah cinta yang belum tentu akhirnya akan bagaimana dan seperti apa...

'Naruto-kun, aku ingin bisa bertemu denganmu secepatnya...' Gadis Hyuuga itu terus memperhatikan rimbunan orang-orang di pinggir jalan dari kaca spion mobil Sasuke. Entah kenapa ada sesuatu di sana yang ingin sekali ia ketahui...

.

.

.

To Be Continue~!

.

YOSH! Akhirnya Dhii membuat fic NaruHina, haha...

Tapi tentu tetap akan ada adegan NaruSasu juga ntar, wkwkwk~!

Habis Dhii udah terlanjut ngefans berat sih ama Naru-chan n Sasuke-kun!

Maaf yo klo di sini banyak yang OOC bangetttttt...trus banyak pengulangan kata, alur cepat dan maju mundur, dll...

Hehehe, minta kritik, saran, ide,dsb ya readers?

Trims dah mau baca, Dhii tunggu lipiuw-nya^^