WOMEN

.

.

Disclaimer : Tokoh-tokoh yang muncul dalam fanfiction ini original by mr. Masashi Kishimoto sementara ceritanya sendiri murni dari hasil pemikiran autor.

Warning : Typo, AU, Sasuke/Hinata/Naruto, Rated M, OOC, Mengandung unsur sex.

.

.

Wanita.. wanita.. selalu wanita... didunia ini hanya akan ada satu jenis wanusia yang bisa membuatku melakukan banyak hal. Bahkan rela melakukan apapun hanya untuk mendapatkan mereka. Sebagai seorang iblis dengan level teratas, iblis dengan predikat sahabat baik Lucifer, aku tidak pernah bisa tahan dengan aroma tubuh yang selalu menguar dari tubuh seorang wanita. Ahh, wanita... Hanya dengan membayangkannya saja sudah bisa membuat perutku lapar. Hanya dengan mencium bau mereka sudah dapat membuat sisi tergelap dalam diriku bangkit. Membuat mata eternal mangekyo level teratasku bangkit. Dan membuat libidoku naik secara tidak terkendali. Dan dari sekian banyak wanita yang kutemui dan kusantap. Aku punya enam orang santapan terfavorit. Enam wanita dengan aroma paling memikat. Enam orang wanita dengan rasa paling memabukkan.

.

.

LAVENDER

.

.

Lavender. Wangi menyejukkan pertama yang mampir diindera penciuman iblis milikku. Wangi yang mampu membuatku melupakkan barang sejenak siapa diriku. Yang mampu menekan sedemikian dalam rasa haus dalam diriku. Dan dia adalah wanita pertama yang mampu menguasai hati dan pikiranku.

.

.

Tahun 1758 adalah tahun dimana para iblis untuk pertama kalinya mengekspos diri mereka dihadapan umum. Bukan lagi hanya menunggu dengan sabar dibalik persembunyian mereka. Menunggu dengan sabar mangsa mereka datang mendekat. Tidak lagi berpakaian begitu formal dengan jubah yang menjuntai begitu panjang hingga menutupi mata kaki mereka. Tidak lagi berpakaian serba hitam dengan wajah pucat dan taring yang runcing. Tidak. Tidak ada lagi para iblis dengan bentuk menyeramkan seperti itu. Mereka lebih memilih memperlihatkan wajah tampan mereka tanpa taring runcing dan berbau amis. Mereka lebih memilih berbaur dengan para manusia dalam bentuk yang berbeda. Bentuk yang bahkan lebih indah dan sempurna daripada manusia. Karena memang itulah adanya mereka. Dan bukankah akan lebih mudah mencari mangsa dalam wujud pria tampan ataupun wanita cantik daripada bentuk-bentuk menyeramkan dimasa lalu? Itu pula yang dilakukan oleh iblis paling berbahaya dan berkuasa. Uchiha Sasuke. Selama berabad-abad dia selalu menjadi iblis yang menduduki peringkat teratas para iblis. Mendampingi sang Lucifer agung.

.

.

Bruk!

Terdengar suara bedebum yang cukup halus terdengar dibalik sebuah pohon sakura besar yang tumbuk disalah satu kediaman seorang bangsawan. Terlihat seorang lelaki dengan postur tubuh tinggi tegap dengan rambut sedikit mencuat melawan grafitasi. Laki-laki itu terlihat melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah besar dengan penerangan yang sangat minim dimalam bulan purnama ini. kakinya terus dilangkahkannya mendekati salah satu bilik kamar penghuni rumah tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Perlahan dibukanya pintu geser salah satu kamar dirumah itu. Laki-laki itu terlihat menyeringai. Didekatinya tubuh wanita yang tengah tertidur nyenyak diatas kasur empuknya. Didekatinya dengan sangat perlahan tubuh itu. dibelainya rambut panjang hitam milik wainita itu. Didekatinya leher wanita itu, mencoba menghirup aroma kesukaannya. Aroma darah segar yang menguar dengan kuat diindera penciumannya dan tanpa perizinan dari si empunya, digigitnya leher wanita itu dengan satu tarikan nafas laki-laki itu telah berhasil merobek jaringan urat nadi dileher wanita itu. segera diminumnya darah segar yang menguar dari lehernya. Bahkan tak ada perlawanan sama sekali darinya. Selalu begitu. Sang Uchiha tidak pernah mendapatkan perlawanan yang berarti dari para mangsanya. Dia selalu mempunyai seribu-satu cara agar mangsanya tidak berteriak dan membuat semuanya menjadi kacau. Ya, hanya dengan menyebarkan sedikit aroma yang menguar dari tubuhnya sudah mampu membuat siapapun tertidur dalam damai dan tak akan terbangun dengan cara apapun jika sang empu harum itu masih berada disana. Atau.. Kau lebih suka melihat mata merah eternal mangekyo-nya yang mampu membawamu kedalam dimensi yang bahkan tidak kau bayangkan sebelumnya? Tapi setidaknya kau akan mati dengan tanpa rasa sakit bukan?

laki-laki itu. Sasuke kembali menegakkan tubuhnya. Dilangkahkannya kakinya kembali keluar kediaman itu. Dalam hitungan detik tubuhnya telah kembali ditelan kegelapan malam. Tak ada bekas kehadirannya sama sekali disana. Dan sang iblis kembali berhasil menyantap makanannya tanpa perlu bersusah payah.

.

.

Seorang laki-laki tampan dengan perawakan yang sangat proposional memasuki sebuah kawasan pusat perbelanjaan di kota Edo. Setiap mata wanita memandangnya dengan tatapan memuja yang tidak sedikit coba mereka tutupi. Tanpa mereka sadari seringai muncul dibibir tipis milik laki-laki itu. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat dia berpapasan dengan seorang gadis cantik dengan surai rambut hitam kebiruan. Ditolehkannya kepalanya untuk memandang gadis itu. Gadis dengan rambut panjang terurai, wajahnya yang cantik alami tanpa menggunakan riasan. Namun, bukan itu yang membuatnya menghentikan langkahnya. Dia sudah terlalu sering melihat wanita dengan wajah yang lebih rupawan dari gadis itu. Tapi, dia berhenti karena dia menghirup aroma menyejukkan yang menguar dari tubuh gadis itu. Aroma yang dia yakini belum pernah sekalipun dia hirup sebelumnya. Aroma tubuh yang bahkan lebih menggiurkan daripada aroma darah segar sekalipun.

Perlahan dilangkahkannya kakinya mengikuti langkah gadis beraroma menyejukan itu. Sampai langkahnya terhenti saat dilihatnya gadis itu berbalik dan memandang balik padanya. Sasuke terlalu terfokus pada harum tubuh gadis itu hingga dia tidak menyadari bahwa jarak antara mereka tidak lagi dia jaga dan menimbulkan kecurigaan dari gadis itu.

"Kenapa Anda mengikuti saya?"

"Saya mengikuti aroma tubuh anda bukan anda." Pernyataan itu sukses membuat gadis itu mengerutkan keningnya.

"Anda memiliki aroma.."

"Lavender?" Gadis itu menyela perkataan Sasuke. 'lavender?' Sasuke mencoba menyerap kosakata baru yang didapatnya dari gadis itu.

Gadis itu masih terus memperhatikan Sasuke, membuat pria bermata onyx itu balik memandang mata sewarna dengan bunga Lavender itu. Mereka masih terus saling tatap sampai sebuah suara mengusik mereka.

"Hinata-sama, anda tidak boleh keluar istana sendirian seperti ini." Suara itu sukses membuat keduanya menoleh pada sumber suara.

Terlihat seorang samurai berambut kuning telah berada tepat disamping Hinata. Sasuke sedikit memicingkan matanya saat dilihatnya rambut kuning milik samurai itu. merasa diperhatikan samurai berambut kuning itu balik menatap Sasuke.

"Jangan memandang saya seperti itu. karena maaf-maf saja, saya tidak ada minat dengan sesama laki-laki." Perkataan samurai itu sukses membuat Sasuke mendengus kesal.

"Naruto." Hinata meyentuh lengan Naruto.

"Kau bukan seorang Jepang."

Perkataan Sasuke sukses membuat Naruto sedikit mengeraskan rahangnya menahan amarah.

"Memangnya kenapa jika saya bukan orang Jepang?"

"Orang asing yang mengabdi pada orang Jepang, eh?" Decisan Sasuke semakin membuat Naruto menggeram. Dia baru saja akan menarik pedangnya saat tangan Hinata menahannya.

"Maaf tuan, Naruto memang bukan orang Jepang asli. Ibunya adalah seorang Amerika, tapi dia lahir dan besar dijepang. Lagipula dia memiliki keahlian pedang jauh lebih hebat dari samurai jepang pada umumnya. Dan, meskipun dia adalah pengawal pribadi saya, tapi dia juga merupakan sahabat saya sedari kecil. Harap Anda menjaga perkataan anda." Perkatan Hinata yang lembut namun penuh dengan tekanan itu membuat kedua pria dihadapannya bungkam. Bahkan Sasuke yang notabene seorang iblis pun lebih memilih untuk diam.

Tanpa mengucapkan salam sepatah katapun Hinata bergegas pergi dari tempat itu diikuti oleh Naruto dibelakangnya.

"Menarik." Seringai tipis muncul dibibir Sasuke.

Sasuke kembali melangkahkan kakinya menyusuri jalanan pasar. Mencari mangsa baru untuk santapannya nanti malam.

.

.

Sasuke melangkahkan kakinya menyusuri jalanan desa yang sudah sangat sepi mengingat bahwa sekarang memang sudah memasuki jam kuda (24.00-01.00). langkahnya kembali terhenti saat indera penciumannya kembali mencium aroma lavender yang sangat dikenalnya. Dan tiba-tiba saja arah tujuannya berbelok. Sasuke lebih memilih mengikutti arah wangi lavender itu dari pada wangi darah mangsanya. Langkahnya segera terhenti saat sekitar 10 meter dihadapannya berdiri dengan megah gerbang istana Edo. Dan lagi-lagi seringainya terpampang saat disadarinya wangi lavender itu semakin menguat dan menguar dengan sangat sempurna didalam istana itu. Dipanjatnya sebuah pohon besar didekatnya. Dilangkahkannya kakinya dengan sangat lincah melewati pohon-pohon besar itu, menyatu dengan kegelapan malam. Kakinya kembali mendarat diatas tanah saat dipastikannya bahwa dia kini sudah berada didalam istana. Kembali dilangkahkannya kakinya mengelilingi istana. Mencari sang pemilik wangi lavender. Langkahnya yang teratur dan tanpa suara sukses membuatnya berhasil menyusup didalam istana tanpa seorang pun yang tahu.

Dibukanya secara perlahan sebuah pintu berukuran besar dihadapannya. Dan seringai itu kembali muncul Saat dilihatnya siapa gadis yang tengah terbaring dengan sangat damai diatas pembaringan itu.

Dihampirinya secara perlahan gadis itu. Namun, langkahnya segera terhenti saat dirasakannya aura membunuh dari sudut ruangan.

'Ah, si rambut kuning itu sepertinya tidak pernah bosan mengganggu kesenanganku'

Sasuke segera menghilangkan dirinya dengan menyatu bersama bayangan-bayangan didalam kamar itu.

Naruto keluar dari tempat persembunyiannya saat disadarinya mangsanya telah menghilang. Diedarkannya pandagannya menyapu seluruh ruangan. Namun, hasilnya nihin. Matanya sama sekali tidak bisa menemukan orang itu. Naruto segera melangkahkan kakinya keluar ruangan. Mencari keberadaan Sasuke.

Dan, saat Naruto telah menghilang dibalik pintu kamar, Sasuke kembali memunculkan dirinya diantara sudut-sudut atap. Dijejakkannya kakinya diatas futon. Dan kembali mencoba mendekat kearah Hinata. Ditekuknya lututnya dihadapan gadis cantik itu. Tangannya terulur membelai wajah cantik gadis beraroma lavender itu. Namun, gerakannya segera terhenti saat dilihatnya Hinata mulai membuka kelopak matanya.

.

.

Hinata merasakan seseorang tengah membelai pipinya dengan sangat perlahan. Dibukanya matanya. Namun, tak ditemukannya orang lain dikamar itu. Hanya ada dirinya seorang dikamar itu. Hinata beringsut bangun saat dilihatnya salah satu jendela kamarnya terbuka.

"Aneh, aku ingat sekali para pelayan telah menutup jendela ini tadi kenapa sekarang terbuka?" Diulurkannya tangannya untuk menutup jendela yang terbuka itu, tanpa disadarinya seseorang tengah memperhatikannya dari atas sebuah pohon besar diseberang ruangannya.

.

.

Terlihat seorang gadis dengan kimono berwarna merah muda tengah melintasi sebuah taman besar dipinggiran edo. Gadis itu menyebarkan tatapan matanya memandang keberbagai objek yang menarik perhatiannya. Disampingnya berdiri dengan gagah seorang samurai berambut kuning. Tak dilepaskannya barang sejengkalpun majikannya berlalu dari hadapannya. Apalagi saat dilihatnya seorang pemuda dengan kimono serba hitam berjalan menghampiri tampat mereka berada sekarang. samurai itu semakin ketat menjaga majikannya. Seolah-olah pria yang tengah berjalan menghampiri mereka itu merupakan sebuah ancaman besar bagi majikannya.

"Pagi yang cerah, Yang Mulia." Pria itu terlihat menundukkan kepalanya dihadapan gadis bersurai kebiruan itu.

"Anda tidak perlu memanggil saya seperti itu tuan. Saya tahu bahwa anda berasal dari keluarga Uchiha. Saudara jauh bangsawan agung Orochimaru, anda cukup memanggil saya Hinata."

"Jika itu yang anda inginkan, Hinata-san." Sasuke tersenyum kearah Hinata. Pandangannya segera ditunjukkan pada samurai berambut kuning dibelakang Hinata.

"Lama tidak berjumpa, Naruto-san."

"Saya rasa tidak selama itu. Benar begitu, Uchiha-sama?" perkataan penuh penekana yang keluar dari mulut laki-laki itu membuat Hinata menolehkan kepalanya menghadap pengawal pribadinya.

"Ah, Hinata-san. Bagaimana jika kita sedikit berbincang menikmati udara pagi yang sejuk ini?" Perkataan Sasuke sukses membuat Hinata kembali memandang padanya.

"Ah, tentu."

"Dan kurasa pengawal anda tidak perlu kita ikut sertakan. Saya rasa saya masih mampu melindungi anda. Bukankah akan terasa lebih akrab jika kita berjalan hanya berdua?" Sasuke segera berujar saat dirasanya Hinata akan berkata sesuatu pada Naruto.

"Saya tidak bisa membiarkan seorangpun berdekatan dengan Hinata-sama tanpa pengawalan saya, Sasuke-sama." Suara Naruto yang terkesan begitu menusuk membuat Hinata segera menegur Naruto.

"Naruto. Kuharap kau tidak berkata seperti itu pada Sasuke-san. Dan kurasa usul Sasuke-san masuk akal. Kau kembalilah keistana. Katakan pada Tou-sama aku sedang bersama Sasuke-san." Hinata segera melangkah menjauh. Tangannya menggenggam pergelangan Sasuke dengan erat memaksanya mengikuti langkahnya. Sasuke memandang Naruto sekilas dengan tatapan melecehkan. Membuat Naruto hampir kehilangan kontrol dirinya.

.

.

Sasuke masih membiarkan legannya digenggam oleh Hinata. Rasanya cukup nyaman membiarkan orang yang kau sukai menyentuhmu seperti ini. Meski dari bibir sang gadis masih terus terucap kata-kata penuh kekesalan, tak mengapa asal dia masih mau menggenggam lenganmu.

"Naruto itu, kenapa dia begitu overprotectif sekali padaku. Aku sudah besar, aku bisa menjaga diriku sendiri."

Hinata tiba-tiba berhenti dan memandang kearah Sasuke. Menyadari kalau sedari tadi dia terus menarik lengan seorang lelaki. Apalagi seorang keluarga bangsawan agung. Wajahnya sedikit merona seraya melepaskan genggamannya. Tidak seharusnya seorang wanita terhormat menarik-narik tangan seorang lelaki yang bukan keluargamu.

"Maaf." Wajah hinata telah memerah sepenuhnya sekarang.

Sasuke hanya memandangnya tanpa mengatakan sepatah katapun. Merasa tidak mendapatkan respon dari lawan bicaranya Hinata kembali memandang Sasuke dengan malu-malu.

"Anda, mau memaafkan saya bukan?" Sasuke hanya tersenyum memandangnya. Ini pertama kalinya bagi seorang Uchiha Sasuke tersenyum, terlebih kepada seorang wanita.

Hinata kembali tertunduk malu melihat Sasuke tersenyum kearahnya. Ini pertama kalinya dia pergi berdua bersama seorang laki-laki tanpa kawalan dari pengawal pribadinya. Membuat Hinata sangat gugup.

"Tidak perlu segugup itu. Saya tidak akan memakan anda." Sasuke berkata sungguh-sungguh. Ya, dia benar-benar tidak akan memakan Hinata-dalam artian sebenarnya.

"Ah, lihatlah bunga sakura itu, indah sekali bukan?" Sasuke menunjuk sebuah pohon sakura yang tengah mekar dengan lebatnya. Hinata mengikuti kemana arah telunjuk Sasuke. Wajahnya berubah menjadi semakin cerah dan mengagumkan dimata Sasuke.

"Anda benar sekali. Begitu indah." Sasuke terus memperhatikan wajah Hinata yang tengah terkagum-kagum memperhatikan bunga sakura dihadapannya. Entah perasaan apa yang sekarang tengah hinggap didalam hati sang iblis. Hatinya begitu nyaman kala melihat senyuman Hinata.

Merasa diperhatikan, Hinata memandang kearah Sasuke.

"Apa ada yang aneh diwajah saya?" Hinata bertanya pada sasuke. Tangannya menyentuh wajahnya mencari-cari mungkin ada sesuatu yang menempel diwajahnya. Tapi, Sasuke hanya tersenyum memandang tingkah wanita didepannya itu yang tengah gelagapan.

"Saya hanya senang melihat wajah anda, rasanya begitu nyaman." Mendapat perkaaan yang begitu manis dari seorang pria yang diam-diam mulai diperhatikannya membuat pipinya merona dengan hebat.

"Su-sudah siang, sebaiknya saya pulang." Hinata segera memalingkan wajahnya dari pandangan mata Sasuke. Hinata bergegas berjalan mendahului Sasuke yang berjalan perlahan mengikuti langkahnya. Tak ada sepatah katapun keluar dari bibir mereka berdua sepanjang jalan menuju istana Edo. Hingga akhirnya mereka sampai didepan gerbang istana. Disana berdiri Naruto yang sepertinya sudah menunggu mereka dengan tidak sabar. Terlihat saat dilihatnya Sasuke dan Hinata berjalan mendekat Naruto segera bergegas menghampiri Hinata.

"Apakah anda baik-baik saja yang mulia?" jelas sekali dari suaranya kalau Naruto sangat khawatir.

"Aku baik-baik saja, Naruto." Hinata segera tersenyum memandang kearah Naruto. Hinata segera berbalik kearah Sasuke yang berdiri dibelakangnya.

"Terima kasih telah mengantar saya, Sasuke-san." Hinata sedikit membungkuk pada Sasuke yang dibalas dengan sopan pula olehnya.

Naruto segera menyuruh para pengawal mengantarkan Hinata memasuki istana. Sementara dia sendiri masih berdiri tegak memandang pada Sasuke.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa kau menyukaiku?" Sasuke memandang balik kearah Naruto.

"Saya tahu siapa anda Sasuke-sama. Saya mengenal baik keluarga bangsawan agung Orochimaru. Dan saya juga mengetahui tentang mereka yang melakukan perjanjian dengan para iblis."

"Lalu?"

"Anda tahu apa yang saya maksudkan, Sasuke-sama." Sasuke memandang Naruto dengan tatapan mengancam. Tapi, Naruto sama sekali tidak gentar.

"Apa maumu?" Sasuke bertanya pada Naruto.

"Jauhi Hinata-sama." Sasuke hanya mendengus mendengar perkataan Naruto.

"Kau tidak pernah bisa memerintah iblis, Naruto." Setelahnya mata Sasuke berubah merah dan menghilang begitu saja dari hadapan Naruto. Naruto mengepalkan tangannya dengan marah. Dia tidak bisa membiarkan majikannya jatuh kedalam pengaruh seoang iblis. Dia harus menghentikannya, apapun yang terjadi.

.

.

Semenjak hari itu Sasuke dan Hinata semakin dekat. Dan itu membuat Naruto semakin cemas. Dia takut majikan sekaligus sahabatnya sedari kecil itu diapa-apakan oleh Sasuke. Dia berpendirian jika iblis tidak akan pernah bisa berbuat baik dalam hidupnya, dan sikapnya selama ini kepada Hinata-sama hanyalah sebuah kepura-puraan belaka. Bahkan, dia tidak peduli jika Sasuke bersikap tulus selama ini. Iblis dan manusia selamanya tidak akan pernah bisa bersatu. Kesabaran yang dia pupuk selama ini demi Hinata sepertinya mulai pudar saat melihat Sasuke dengan sangat lancang mengecup kening Hinata.

"Aku harus bertindak sekarang juga."

Dilangkahkannya kakinya menuju tempat kediaman Raja. Tekadnya sudah bulat sekarang. Apapun yang akan terjadi nantinya biarlah terjadi, yang terpenting sekarang ini adalah menjauhkan Hinata dari sang iblis. Langkahnya terhenti ketika Naruto telah sampai dibilik kediaman Raja. Seorang penawal segera mengantarnya kehadapan Raja.

"sembah hamba pada yang mulia." Diberikannya sebuah penghormatan pada Raja sebelum akhirnya Naruto berlutut dihadapan sang Raja.

"Apa yang kau inginkan?" Raja Hizashi bertanya pada Naruto. Naruto terdiam beberapa saat, menimang apakah yang dilakukannya sekarang ini benar?

"Sebelumnya hamba ingin bertanya jika yang mulia berkenan." Akhirnya Naruto kembali bersuara.

"Katakan."

"Apakah yang mulia paduka raja mengetahui tentang kebiasaan bangsawan agung Orochimaru?"

"Maksudmu tentang gosip bahwa dia telah mengikat perjanjian dengan para iblis untuk mendapatkan kekayaan?"

"Itu bukanlah gosip semata yang mulia." Raja memandangnya dengan bingung.

"Lalu apa hubungannya denganku?"

"Salah satu iblis itu sekarang..." Naruto menelan air liurnya dengan susah payah.

"Dia sedang mendekati yang mulia Hinata-sama." akhirnya kata itu terucap dari bibirnya. Terdengar geraman tertahan dari paduka raja.

Paduka raja langsung berdiri dari duduknya dan memerintahkan Naruto untuk segera menangkap bangsawan agung Orochimaru. Wajahnya yang sudah sangat memerah menandakan kemurkaan dari sang raja. Naruto segera undur diri untuk melaksanakan titah sang raja.

Sesampainya dipelataran istana langkahnya terhenti begitu melihat Hinata dan Sasuke berjalan mendekati pintu gerbang istana.

"Anda tidak akan bisa tersenyum selepas itu lagi Uchiha-sama."

Seringai dingin milik Naruto tertangkap oleh mata Sasuke. Sasuke memandangnya dengan tatapan bingung, namun kemudian badannya tiba-tiba saja berubah tegang begitu merasakan sinyal bahaya yang dikirimkan oleh tuannya, Orochimaru. Sasuke memandang murka pada Naruto. yang dibalas dengan cibiran olehnya.

"Sasuke-san, ada apa?" Hinata bertanya, khawatir melihat wajah Sasuke yang berubah merah menahan marah. Sasuke segera berbalik memandang hinata dan tersenyum.

"Saya tidak apa-apa Hinata-san. Saya baru ingat kalau sekarang saya ada sedikit urusan. Saya permisi sekarang." ditatapnya sekali lagi Naruto yang masih memandangnya dikejauhan sebelum dia benar-benar pergi menuju kediaman Orochimaru.

Hinata memandang kepergian Sasuke dengan hati tidak tenang, entah apa yang membuatnya seperti itu. Kecurigaannya tiba-tiba memuncak ketika dilihatnya Naruto berdiri dikejauhan dengan tatapan yang belum pernah Hinata lihat sebelumnya. Perasaannya bertambah gundah.

.

.

Sasuke memasuki kediaman Orochimaru dengan langkah tenang. Dihadapannya sekarang telah berdiri puluhan pasukan yang siap menyerangnya kapanpun. Didepannya juga terlihat Orochimaru tengah diseret paksa oleh dua orang prajurit berseragam kerajaan. Ditatapnya prajurit-prajurit yang tengah berdiri sigap siap menyerangnya. Namun, terlihat ketakutan pula. Terlihat saat Sasuke melangkahkan kakinya mendekat para prajurit itu justru bergerak menjauh.

'Apa-apaan ini? Apa mereka benar-benar serius?' Sasuke menyeringai memandang mereka. Gerakannya sama sekali tidak menandakan kalau ia tengah ketakutan. Dua orang prajurit menyerangnya dengan pedang ditangan mereka, namun Sasuke segera berkelit dan membunuh keduanya hanya dengan satu kacaran dari kuku-kuku tajamnya yang tiba-tiba tumbuh begitu panjang dan runcing tepat dileher mereka.

.

.

Hinata tidak bisa tenang sekarang. pikirannya masih melayang pada ekspresi wajah Sasuke saat mengantarnya pulang barusan. Dilangkahkanya dengan segera kakinya keluar kamar, dicarinya Naruto. Namun, sepertinya nihil. Naruto tidak bisa ia temukan dimanapun. Tiba-tiba telinganya mendengar percakapan dua orang prajurit yang tengah berbincang.

"Kau tahu tidak? aku dengar gosip tentang bangsawan Orochimaru yang menjalin perjanjian dengan iblis itu bukan isapan jempol semata." Kiba menjelaskan pada chouji.

"Benarkah?"

"Ya, bahkan kabarnya sekarang Naruto sedang menuju kesana. Untuk menangkap Orochimaru-sama." Chouji hanya mengangguk-anggukan kepalanya, sebelum tangannya menyentuh Kiba. Teringat sesuatu.

"Hei, kau tahu tentang seorang laki-laki tampan yang jadi pusat perhatian akhir-akhir ini?"

"laki-laki yang mana?" Kiba balas bertanya.

"Yang selalu bersama Hinata-sama."

"Memangnya kenapa dengannya?" Kiba semakin penasaran.

"Aku dengar dia juga tinggal dikediaman Orochimaru-sama. Apa mungkin dia itu iblisnya? Karena, setahuku Orochimaru-sama tidak pernah memiliki sanak keluarga satupun." Chouji menjelaskan panjang lebar.

"Wah, kau benar juga. Tidak heran kenapa Naruto begitu menjaga Hinata-sama sedemikian rupa. Apa Naruto sudah mengetahui hal ini dari dulu ya? Tidak heran kalau saat ini Naruto juga yang mengepalai penyergapan ke kediaman Orochimaru-sama."

Percakapan selanjutnya dari kedua prajurit itu tidak lagi didengar oleh Hinata. Dia terlalu kaget dengan kabar baru yang didengarnya. Memang, ia sendiri selama ini merasa heran, bagaimana mungkin Sasuke bisa menjadi keluarga Orochimaru sementara Orochimaru sendiri tidak pernah memiliki sanak keluarga. Ingatannya juga melayang saat secara tidak sengaja ia mendapati mata Sasuke tengah berubah warna menjadi merah saat berbicara dengan Naruto tempo hari. Ia juga ingat dengan jelas bahwa saat Hinata merasakan seseorang membelainya saat tidur wangi yang tercium saat itu adalah wangi Kayu manis, sama dengan aroma tubuh Sasuke.

"Tidak mungkin."

.

.

Lima orang prajurit kembali meyerangnya dan berakhir dengan nasib yang sama seperti kawannya yang dua, ditebasnya prajurit-prajurit yang maju kemudian tepat diperut mereka. Segala macam organ dalam mereka berhamburan keluar dari perut mereka yang menganga. Dan ketika hanya tinggal beberapa prajurit yang tersisa dan kesemuanya tidak ada yang berani mendekat sedikitpun, Naruto muncul dihadapannya mengacungkan pedang samurainya tepat di wajah Sasuke. Sharingan Sasuke telah aktif sekarang, matanya berkilat marah, taring yang selama ini disembunyikannya telah keluar dengan sendirinya. Wajahnya tak lagi seelok sebelumnya. Wajah asli sang iblis telah muncul.

"Ah, jadi ini wajah asli sang iblis?" Naruto berkomentar sambil mengacungkan pedangnya siap menyerang Sasuke. Namun, Sasuke yang sudah berubah menjadi iblis sama sekali bukan tandingan seorang samurai terhebat sekalipun. Dengan mudah ia menangkis serangan Naruto hanya dengan satu tangan dan mematahkan pedang itu seketika. Naruto terlihat sedikit kaget, namun hanya sebentar sebelum kembali menyerangnya menggunakan katana miliknya.

.

.

Dengan segera dilangkahkannya kakinya menuju kearah kediaman Orochimaru, tidak peduli bahwa sekarang ini ia tengah berjalan seorang diri tanpa seorangpun pengawal disisinya ditengah malam. Pikirannya terasa buntu dan penat. Langkahnya terhenti saat didengarnya suara teriakan menyakitkan keluar dari arah kediaman Orochimaru. Dilangkahkannya kakinya dengan sangat hati-hati. Dan betapa terkejutnya saat ia melihat pemandangan dihadapannya saat ini, mayat-mayat bergelimpangan. Darah, dan potongan tubuh berserakan. Tapi, hal yang membuat Hinata lebih terkejut adalah bahwa ternyata yang menyebabkan semua ini adalah Sasuke. Tapi, ia sendiri tidak yakin apa itu adalah Sasuke. Wajahnya yang sangat menyeramkan tidak akan pernan bisa ia lupakan. Dan tanpa ia sadari jeritan memilukan telah lolos dari tenggorokannya

.

.

Katana milik Naruto berhasil sedikit melukai pelipis kiri Sasuke, membuat Sasuke bertambah kalap. Namun, saat dia hendak menyerang Naruto sebuah teriakan dari seseorang yang sangat dikenalnya membuatnya berhenti. Seketika itu juga pandangannya menangkap sosok tubuh yang sangat dikasihinya. Hinata. Gadis itu tengah memandangnya dengan tatapan kengerian yang sangat terpeta jelas. Bibirnya yang tipis tidak henti-hentinya menjerit melihat pemandangan dihadapannya. Sosok iblis Sasuke telah kembali kewujud manusianya. Sasuke memandang Hinata yang balik memandangnya dengan mata menyiratkan ketakutan yang sangat. Hinata langsung bergerak menjauh saat Sasuke bergerak mendekatinya.

"Hinata-san." Sasuke mencoba memanggilnya namun dibalas teriakan yang begitu memilukan dari bibir Hinata. Membuat hati Sasuke mencelos.

"Inilah yang selalu ingin saya peringatkan pada anda." Sasuke berbalik memandang Naruto.

"Sebaik apapun anda, setulus apapun anda. Semua orang akan tetap membenci sosok anda." Naruto memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan sebelum berlalu dari hadapan Sasuke dan mendekati tubuh Hinata yang masih menjerit-jerit dengan pilu. Seluruh badannya bergetar begitu hebat. Sasuke hanya memandangnya dengan miris, diremasnya dadanya. Terasa ada tangan raksasa yang tengah mencabiknya saat ini. bahkan tak lagi dipedulikannya jeritan minta tolong dari arah Orochimaru padanya yang sedang dibawa paksa oleh para prajurit etah kemana.

"Apa aku seburuk itu?"

Dan semakin menghilangnya sosok Hinata dikegelapan malam semakin menghilang pula sosok Sasuke dari sana.

The end

.

.

Autor Note:

Ohayou mina-san~~ apah? Iya iya saya tahu ini memah republish. Saya hanya ingin menebus dosa saya yang dulu pernah menghapus dan mengganti adegan-adegan dengan sembarangan jadi saya republish dan kembali kejalur yang seharusnya seperti janji saya pada awal pada kalian semua. Hehehe

Saya harap kalian mau memaafkan saya ya dan mau mereview kembali cerita ini. arigatou~~~