BRAK!

Naruto Namikaze menendang kursi di depannya hingga kursi itu terjatuh dengan debuman keras. Ia meremas kertas kecil tak berdosa yang kemudian dibuang sembarangan ke lantai.

Adikku yang tampan,

Aku ada urusan di Oxford untuk beberapa minggu ke depan. Beritahukan juga dengan Ayah dan Ibu jika tidak ingin mereka mati duduk karena cemas. Jadi, aku titipkan perusahaan kepadamu, ya? Jaga baik-baik, aku sudah menyuruh Kakashi untuk membelikan Rainbow Cake setiap malam jika kau lembur, semangat!

Tertanda, kakakmu yang keren banget,

Kyuubi.

Peduli setan dengan Rainbow Cake, batin Naruto stress.

Naruto tidak menyangka jika kakaknya yang cuek, kasar, dan tsundere itu bisa menulis sebuah surat dengan kata-kata yang terkesan seperti bocah SMP labil alih-alih seorang Direktur sebuah perusahaan besar. Dasar sinting!

Dengan masih berbalut emosi, Naruto mengambil jas yang ia sandarkan di sofa setelah memasuki ruang kerja kakaknya dan keluar dari sana. Di depan pintu, Kakashi sudah menunggu dengan ekspresi luar-biasa-santai. "Aku titipkan perusahaan padamu. Bye," kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Kakashi.

Dan Kakashi harus menahan hasrat untuk tidak mencampakkan si pemuda pirang ke daratan Russia.

.


Disclaimer :

Naruto milik Masashi Kishimoto

Semua nama produk yang tercantum di bawah ini milik pemiliknya masing-masing

Warning :

AU, OOC, OC, typo(s), bahasa baku dan non-baku, alur acak, dll.


.

Oxford, United Kingdom.

Seorang pemuda berambut merah berjalan menuju pintu keluar bandara sambil menyeret sebuah koper hitam di tangan kiri. Langkah kakinya menghasilkan bunyi 'tap tap tap' setiap kali sepatu pantofel hitam berkualitas tinggi itu bertemu dengan lantai marmer bandara yang keras. Kacamata oakley berlensa hitam bertengger manis di hidung sang pemuda, menutupi sepasang iris ruby tajam yang mempesona. Tubuh sempurnanya berbalut kemeja putih berlapis blazer hitam, dan celana jeans. Style yang sederhana, namun dapat memikat beratus pasang mata berbeda warna laiknya seorang casanova. Bahkan tatapan-tatapan itu tetap mengikuti sang pemuda hingga luput dari pandangan mata.

.

Kyuubi Namikaze melepas kacamata hitamnya, kemudian menuruni undakan-undakan kecil dan berjalan menuju sebuah mobil lamborghini merah yang terparkir tepat di depannya. Dibukanya pintu bagian penumpang (di samping kursi pengemudi) dan duduk dengan manis di sana, setelah sebelumnya meletakkan kopernya di bagasi. Di samping Kyuubi telah ada seorang pria berumur 23 tahun berambut hitam dan bermata oniks yang kini mulai menjalankan mobilnya keluar dari kawasan bandara.

Selama perjalanan, hanya keheningan yang tercipta hingga mereka sampai di apartment si pria bermata oniks—Itachi Uchiha. Itachi membuka pintu apartemennya dan mempersilahkan Kyuubi masuk.

"Bagaimana hari-harimu di Oxford?" tanya Kyuubi yang sudah merebahkan diri di ranjang king-size milik Itachi. "Seperti biasa," jawab Itachi singkat sambil berjalan menghampiri Kyuubi. Ia menaiki tempat tidur dan merangkak mensejajarkan wajahnya dengan pemuda di bawahnya. Kyuubi tersenyum, senyum lembut yang hanya ia perlihatkan pada orang-orang terdekatnya.

Kyuubi meletakkan tangannya pada leher belakang sang Uchiha, kemudian menyatukan bibir mereka dalam ciuman lembut. Tanpa nafsu, hanya cinta.

Tak perlu kata-kata untuk mengungkapkan, sentuhan telah mengutarakan segalanya.

'Aku merindukanmu.'

.

.

.

Tokyo, Japan.

Suasana rapat semakin menegang setelah seorang pemegang saham mengetahui bahwa calon direktur mereka berteman dengan seorang host.

"Anda adalah seorang penerus Uchiha Corporations! Anda tidak pantas bergaul dengan seorang host murahan seperti Neji Hyuuga!"

Bisikan-bisikan memuakkan mulai memenuhi ruang rapat. Dikira Sasuke ngga dengar apa?! Dasar tua bangka!

"Apa pantas bocah ingusan seperti dia menduduki kursi Direktur?"

"Tuan Muda Itachi lebih pantas menjadi seorang Direktur dibandingkan dia yang masih kuliah dan dipertanyakan kejeniusannya!"

BRAK!

"Cukup! Aku pergi!"

Sasuke langsung menendang kursi yang didudukinya hingga terjatuh kemudian berjalan keluar dari ruang rapat. Tidak memedulikan teriakan Fugaku yang memanggil namanya.

"Sasuke!"

BLAM!

Dan pintu berdaun dua itu tertutup dengan kasar hingga engselnya bergetar, meninggalkan Fugaku, beserta para pemegang saham terdiam di tempat.

.

Beberapa jam kemudian.

Di kediaman Uchiha.

"Beraninya kau meninggalkan rapat dan mempermalukan ayah di depan para pemegang saham! Di mana otakmu, Sasuke!?"

Sasuke diam. Kemudian tangan kanannya menunjuk jidatnya sendiri, "Nih, di sini."

Fugaku langsung jawdrop melihat tingkah anaknya yang tiba-tiba Out of Character. Di dalam hati, tentunya.

Melihat ekspresi Fugaku yang datar, Sasuke akhirnya tersadar akan tingkah bodohnya. "Aku tidak suka kehidupanku diatur oleh para tua bangka itu dan olehmu." ujarnya emosi, walaupun ekspresinya tetap tenang—datar, "Dan aku tidak suka dibanding-bandingkan dengan Aniki," sambungnya, hampir terdengar seperti bisikan. Namun tetap bisa ditangkap oleh telinga Fugaku.

"Jika kau masih membangkang, kau tidak layak menyandang marga Uchiha di belakang namamu!" ucap Fugaku memandang sinis anak bungsunya.

Sasuke kembali terdiam akan tatapan sang Ayah. "Baik, aku akan pergi dari sini!"

"Terserah! lakukan apa yang ingin kau lakukan!"

Dan…

SRAK!

Dua pasang mata di sana langsung menatap ke arah sumber suara dan menemukan Mikoto berdiri di depan pintu dengan barang belanjaan yang berserakan di bawah kakinya. "A—apa…" lirih Mikoto, shock.

"Aku pergi." Sasuke langsung berjalan menjauhi Fugaku. Namun baru beberapa langkah, Fugaku kembali memanggilnya, membuat Sasuke menghentikan langkahnya.

"Tunggu!" kata Fugaku, "Jika kau benar-benar akan pergi, jangan membawa satupun fasilitas yang pernah kuberikan kepadamu, mencakup segalanya, termasuk mobil dan kartu kreditmu." Sambungnya.

Sasuke menoleh, dengan tangan yang telah dimasukkan ke saku celana nya, dan menjatuhkan dompet besera kunci mobilnya ke lantai. Dan tanpa banyak bicara Ia kembali melangkahkan kakinya keluar dari ruang baca. Saat akan keluar dari pintu, Sasuke berhenti tepat di samping sang Ibu, "Aku pergi, Ibu." dan berlalu dari hadapan kedua orang tuanya.

Dan ketika Sasuke melangkahkan kakinya keluar dari kediaman Uchiha, mulai detik itu juga Uchiha bukan lagi marga yang dulu bersanding dengan namanya.

.

"Apa maksud semua ini, Fugaku…" lirih Mikoto. Fugaku langsung terduduk di sofa sambil memandang punggung Sasuke yang semakin menjauh.

"Anak itu harus diberi pelajaran. Tapi tenanglah, dia pasti akan kembali ke sini," Sang Ketua Klan Uchiha menghela napas berat, agak ragu dengan keputusannya membiarkan Sasuke pergi tanpa persiapan apapun.

Apfelsinerie

Apartemen Neji.

"Kau ingin bekerja di tempatku, tidak? Gajinya lumayan, lho?" tawar Neji pada Sasuke. "Jadi host maksudmu?" tanya Sasuke dengan sebelah alis terangkat.

"Bukan, jadi abang rujak," ujar Neji kalem.

Hening.

Tatap.

Kedip.

"Iya, jadi host."

Entah setan apa yang merasuki Sasuke, Ia langsung menjawab dengan kepercayaandiri dan keyakinan, "Baiklah."

Neji sedikit terkejut akan jawaban Sasuke, benar-benar berbeda dari tebakannnya. Tapi…

"Okay, kau pasti langsung diterima oleh Managerku, Jiraiya."

"Hn."

Padahal, tawaran Neji mengenai host itu hanya main-main.

Hahaha. Habislah pelangganku, batin Neji miris.

.

.

.

Malam harinya.

Naruto menjalankan mobil Ferrari oranye bercorak hitamnya menuju sebuah club malam yang yang terkenal se-antero Tokyo milik pamannya, si mesum Jiraiya. Sesampainya di sana, ia langsung memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam club yang telah ramai oleh para pelanggan dan host-host tampan yang mempesona.

Sepasang iris blue oceannya langsung tertuju pada seorang pemuda berambut hitam bermata oniks yang memakai setelan a la host dengan dua kancing atas yang dibiarkan terbuka. Menampilkabn leher jenjang dengan kulit putih yang terlihat halus.

Naruto langsung menghampiri pemuda yang dalam sekali tatap langsung memikatnya. Saat tiba di depan sang pemuda, Naruto tersenyum mempesona.

"Aku menyewamu untuk 24 jam," ujarnya dengan senyum yang mulai bertransformasi menjadi seringai.

Semua manusia di sana langsung terkejut mendengar suara Naruto yang lantang. Mereka tidak menyangka di hari pertama bekerja, Sasuke langsung mendapatkan pelanggan. Seorang Namikaze, pula?

Wow.

.

.

To Be Continue

.

A/N : Hola~ ini adalah fic dari akun collab dua author sinting ber-codename Yukiko Yoora dan Akemi Futabatei. Beberapa scene di fic ini terinspirasi oleh sebuah manga berjudul Leopard Hakusho yang kami lupa copyrightnya /pasangmukasokpolos.

Okay, kritik, saran, dan flame yang mendukung diterima

Review, please?

111613