"Appa~ayo cepat,lima menit lagi bel akan berbunyi."teriak seorang yeoja cantik dari luar rumah.
"Iya chagi. Ini appa sudah siap."jawab namja berwajah tampan pada puteri kecilnya. "Cha~kita berangkat." Yeoja kecil yang memiliki wajah mirip appanya itu mendengus dan masuk kedalam mobil. Sang appa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya yang merajuk.
.
.
.
"Sungie pulang jam 12 siang. Awas kalau appa sampai telat lagi jemput Sungie."ucap yeoja kecil tersebut. Namja berparas rupawan itu tersenyum hangat pada puterinya.
"Appa tidak akan telat. Sekarang Sungie masuk dan ingat jangan nakal,ne~"jawab sekaligus pesan sang appa. Yeoja kecil itu mengacungkan jempolnya. Kemudian mengecup pipi sang appa kemudian turun dari mobil mewah sang appa.
*죄송합니다*
"Bagaimana kabar keponakanku,Hae?"tanya seorang namja dengan senyum gummy smilenya.
"Seperti biasa,hyung. Bangun teriak, sarapan teriak dan berangkat juga teriak. Huft~lama-lama sikapnya seperti seorang namja jika dibiarkan seperti itu terus."jawabnya.
"Wajarlah dia teriak-teriak. Kalau bangun kau susah bangun, kalau memasak kau lama dan jika ingin berangkat kesekolah kau juga sangat lama dandannya. Makanya Sunghae teriak-teriak terus. Tapi,asalkan dia tidak mogok bicara seperti seminggu lalu itu lebih bagus."
"Yah~kau benar hyung. Seminggu tidak mendengar teriakkan seperti kuburan."
Lee Donghae adalah seorang aktor sekaligus soloist terkenal yang dimenejeri oleh hyungnya sendiri Lee Eunhyuk. Donghae menjadi single parent setelah kejadian lima tahun yang lalu. Dimana dirinya terlambat menyadari dan menyesali perbuatannya pada seseorang yang selalu disakitinya. Yeoja kecil yang diantarnya ketaman kanak-kanak tadi adalah buah hatinya bersama orang yang sangat dicintainya itu. Yeoja mungil itu bernama Lee Sunghae. Yeoja yang memiliki duplikat wajah Donghae dan bola mata seperti ibunya.
"Lima tahun dan dia sama sekali belum kembali."lirih Donghae pelan dan menatap kearah langit yang cerah. Eunhyuk menatap adiknya, dia tau siapa yang dimaksud oleh adiknya itu. Orang yang dulu sering disakitinya lahir dan batin.
"Kadang aku juga lelah jika seperti ini terus. Sungie selalu menanyakan keberadaan ibunya. Dan kejadian satu minggu yang lalu dimana dirinya tidak ingin bicara, sudah cukup membuatku frustasi dan stres. Untung hyung dan Kyuhyun membantuku menjelaskan pada Sungie hingga dia kembali berbicara padaku."
"Hae~aku yakin sekarang Sungie sudah mengerti bahwa apa yang terjadi pada kedua orangtuanya dulu bukanlah kehendak kalian. Kau tau, cara berpikir Sungie tidak seperti anak-anak lainnya. Kau harus bangga pada puterimu itu."ucap Eunhyuk dan menepuk pundak adiknya. Donghae menghela nafasnya. Bayangan masa lalunya terus berputar dikepalanya.
*죄송합니다*
Seorang namja menatap gundukan yang masih basah itu dengan airmata yang terus mengalir dipipinya. Tiga orang yang berada ditempat yang sama dengannya hanya bisa diam dan menunggu hingga namja itu bersuara. Ketiganya tau,namja manis nan imut itu sangat berduka dan sedih dengan kehilangan orang yang dicintainya.
"Aku ingin kembali~"lirihan itu masih terdengar jelas oleh ketiga orang yang masih bersamanya.
"Kapan?"tanya salah satu dari ketiganya.
"Besok."ketiganya saling bertatapan dan mengangguk.
"Arrasseo."
Namja manis itu masih menatap gundukan tanah itu. Tak lama kakinya berbalik untuk meninggalkan pemakaman yeoja yang sangat dicintai dan dihormatinya. Lee Sunkyu.
.
.
.
.
"Sungmin hyung~aku sudah memesan tiketmu. Dan besok kau akan take off jam 9 pagi." Namja yang bernama Sungmin itu mengangguk mengerti dan melanjutkan kegiatan memasukkan baju-bajunya kedalam koper.
"Luna~"
"Heum?" yeoja bernama Luna itu menatap Sungmin.
"Apa memang sudah waktunya aku bertemu mereka?"tanya Sungmin. Luna menatap namja yang sudah dianggapnya sebagai kakak itu dengan tatapan lembut. Dia tau, selama lima tahun ini Sungmin memendam kerinduan pada sosok namja yang sangat dicintainya hingga sekarang dan Sungmin lebih merindukan puteri kecilnya yang mungkin sudah tumbuh besar.
"Apa oppa sudah bisa memaafkan Donghae oppa?"tanya Luna balik. Sungmin menundukkan wajahnya. Lima tahun adalah waktu yang lebih dari cukup untuk bisa menenangkan diri dan memaafkan semuanya. Tapi entah mengapa Sungmin merasa belum siap menemui kedua orang yang selalu dirindukannya itu.
"Entahlah. Aku bingung."jawab Sungmin. Luna menghela nafasnya, tangannya mengambil androidnya didalam saku celananya dan mencari sesuatu.
"Lihat ini,oppa~" Luna menunjukkan sebuah foto yang ada di androidnya. Mata rubah Sungmin terbelalak saat melihat foto seorang yeoja mungil bersama seorang namja yang sangat dikenalnya.
"H-hae~"lirih Sungmin. Luna menggenggam lengan Sungmin.
"Ne,ini Donghae oppa dan Sunghae. Foto ini dikirim oleh Eunhyuk oppa saat ulang tahun Sunghae yang keempat."jawab Luna. Airmata Sungmin menetes mengenai lengan Luna. Rasa rindu yang tak dapat ditahan lagi membuatnya menangis.
"Aku ingin pulang,Luna. Aku ingin pulang~"lirih Sungmin. Luna tersenyum tipis dan membawa Sungmin kedalam pelukannya. Kebiasaan Luna untuk menenangkan Sungmin. Kadang Luna pikir, Sungminlah adiknya dan mengingat betapa rapuhnya Sungmin yang sering terlihat tegar.
*죄송합니다*
Pagi-pagi sekali namja yang berprofesi sebagai aktor dan penyanyi ini bangun demi sang puteri kecilnya,Lee Sunghae. Donghae tidak ingin puteri kecilnya tumbuh menjadi yeoja yang hobby berteriak. Donghae memulai kegiatan paginya dengan membuat sarapan sederhana. Hanya sandwich tuna dan susu. Setelah membuat sarapan Donghae mandi.
CKLEK
Donghae membuka pintu kamar puterinya yang didominasi dengan warna coklat. Puteri kecilnya itu sangat suka dengan warna coklat mungkin bisa dikatakan maniak coklat. Donghae perlahan menghampiri tempat tidur puterinya dimana sang princess kecilnya masih terlelap.
"Baby, ireona~" Donghae mengguncang tubuh Sunghae dengan hati-hati. Namun,sepertinya buah hatinya itu sama sekali belum terjaga. "Sungie-ah~"panggil Donghae dan kali ini berbisik ditelinga mungil Sunghae.
"Eungh~" seulas senyum terpatri dibibir Donghae saat melihat puterinya mengerjapkan matanya. Dan hanya tinggal menunggu mata itu terbuka perlahan. "Appa~tumben bangun pagi?"tanya Sunghae dan bangun dari tidurnya.
"Appa malas mendengar teriakkan cemprengmu yang mengganggu."jawab Donghae. Sunghae yang masih setengah sadar tak menghiraukan ucapan sang appa. "Cepat mandi dan siap-siap lalu kita sarapan bersama. Appa tunggu dibawah."ucap Donghae dan bernjak keluar dari kamar sang princess kecilnya.
.
.
.
.
Sunghae menatap appanya yang tengah memakan sandwich dengan lahap. "Appa~"panggil Sunghae. Donghae menatap puterinya yang menatapnya ragu.
"Waeyo chagi? Kau sakit?"tanya Donghae. Sunghae menggelengkan kepalanya dengan pelan. Sandwich yang baru setengah digigitnya diletakkannya kembali dipiringnya.
"Lee Sungmin adalah eomma Sungie,kan appa?"
DEG
Donghae tak dapat menyembunyikan raut wajah terkejutnya saat puterinya menyebutkan nama namja yang selama ini menghantui malam-malamnya. Bayang-bayang masa lalunya yang selalu menyakiti namja yang sudah melahirkan Sunghae kini kembali berputar-putar seakan-akan mengingatkan dirinya bahwa namja manis itu tidak akan pernah bisa kembali padanya lagi.
"Ne~dia eommamu dan eommamu adalah seorang namja yang cantik dan imut."jawab Donghae. Sunghae kecil dapat mendengar suara appanya yang bergetar saat menjawab pertanyaannya.
"Yah~eomma memang cantik tapi sayang aku tidak mirip dengan eomma."lirih Sunghae dengan raut sedih. Donghae tersenyum pada anaknya.
"Kau tidak malu memiliki eomma namja?"tanya Donghae. Sunghae menatap sang appa dengan kernyitan dikeningnya.
"Malu kenapa? Sungie tidak malu. Seandainya eomma ada disini, Sungie ingin eomma yang mengantar Sungie ke sekolah dan memperkenalkan kepada teman-teman Sungie bahwa eomma Sungie itu namja cantik dan hebat yang bisa melahirkan Sungie."
Jawan Sunghae membuat setitik airmata jatuh membasahi wajah Donghae. Dirinya sama sekali tidak menyangka bahwa puteri kecilnya bisa berpikir seperti itu. Sekarang Donghae dapat membenarkan kata-kata sang hyung yang mengatakan bahwa Sunghae memang masih kecil akan tetapi cara berpikirnya seperti orang dewasa.
"Appa, apa eomma tidak merindukan Sungie? Kenapa eomma lama perginya? Dan Sungie lihat appa tidak pernah menghubungi eomma."
Jika pertanyaan sang anak dapat membuat Donghae serangan jantung mungkin sekarang Donghae sudah tergeletak tak berdaya karena pertanyaan sang anak. Donghae sama sekali tidak menyangka bahwa puteri kecilnya akan bertanya hal ini padanya.
Sunghae menghela nafasnya, dia tahu appanya tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaannya. "Ayo kita berangkat,appa." Sunghae turun dari kursi dan pergi meninggalkan Donghae yang menatap punggung kecil puterinya dengan tatapan sendu.
"Mianhae Sungie-ah. Ini semua gara-gara appa~"
.
.
.
.
.
TBC
