"Oi, Shin-chan, ayo ke rumah Kimura-san!"
"Aku malas nodayo."
"Shin-chan~ ayolah~ pokoknya kamu harus ikut!"
"Kenapa kau bersikeras mengajakku nodayo? Kau 'kan bisa sama Miyaji-san dan Ootsubo-san."
"Nggak! Dah, pokoknya aku sudah berada di depan rumahmu! Jaa~"
"O-Oi.."
PIIPPP...
Pemuda yang baru saja menerima panggilan dan baru saja sambungan itu terputus mendecih kesal. "Cih, apa-apaan sih dia.."
Truth or Dare
Kuroko no Basket Fanfiction
Main Pair : Midorima x Takao
Happy Reading~
Pemuda bermegane –Midorima Shintarou namanya—merasa sial. Sangat sial. Padahal dirinya sudah menonton Oha-Asa yang mengatakan bahwa zodiak cancer sedang berada di peringkat teratas. Dirinya juga sudah membawa benda coretlaknatcoret lucky item yaitu oshikuro. Mungkin benda itu kurang besar sehingga tidak menghasilkan efek keberuntungan.
Di sinilah dia, berada di rumah sang senpai bersama anggota reguler klub basketnya –Shuutoku. Sebenarnya dia tahu bahwa sang senpai –bernama Kimura—mengajak dirinya dan teman setim untuk merayakan panen besar-besaran. Semua sangat antusias karena ada nanas gratisan di rumah Kimura. Kecuali Midorima yang tidak suka dengan pesta apapun.
Sungguh miris sang shooter Shuutoku tersebut. Pemuda itu hanya duduk di pojokan ruangan dan lainnya malah berasyik ria dengan permainan bocah yang siapa lagi yang diusulkan oleh partner gilanya (baca : Takao).
"Nee nee, Miyaji-san. Pensil itu mengarah padamu."
"Akh, sial! Aku kena!"
Permainan bocah itu adalah permainan Truth or Dare. Midorima tidak suka –ralat sangat tidak suka—dengan permainan yang bersifat mengumbar aib seseorang. Terlebih karena pemikirannya yang menganggap bahwa permainan itu tidak wajar.
"Ayo, pilih Truth or Dare?" Ootsubo bertanya sambil menyeringai lebar. Dia sepertinya tahu Miyaji memlih Truth. Tetapi, sang kapten akan menjebak pertanyaan yang membuat Miyaji malu dan lupa taruh dimana wajah galaknya.
"Ck, aku Truth." Dan terlihatlah senyum kemenangan di wajah sang kapten.
"Siapa anak Seirin yang kamu taksir sekarang?" Seketika orang yang ditanya mati kutu.
"A-apa-apaan itu?! Sejak kapan aku menyukai anggota Seirin?! Emangnya kau pernah lihat aku dekat dengan salah satu anggota Seirin?" Tanya balik Miyaji yang berusaha melindungi aibnya.
"Apa-apaan sih Miyaji? Jangan menutup diri. Aku pernah lihat si manis itu menyuguhkan sebuah minuman kaleng dan dirimu sempat terpana. Dan~ kau membalasnya dengan sebuah senyuman memuakan." Midorima menguping. Dirinya –mungkin Takao dan Kimura juga—shock mendengar penjelasan Ootsubo. Jarang sekali, mungkin tidak pernah mereka melihat Miyaji tersenyum dengan orang lain. Apalagi Seirin adalah salah satu rival bagi tim mereka.
Wajah Miyaji memerah. Berarti ucapan sang kapten benar.
"Baik, aku menyerah! Si pointguard. Puas?"
"Pointguard Seirin ada dua, Miyaji-san~" Sahut Takao yang sudah cengar-cengir. Sepertinya dia berambisius untuk menjatuhkan senpai terkampret nya. Izinkan Miyaji mencolok mata Hawk Eye nya.
Eh jangan! –kalau itu penting bagi tim, Miyaji tidak akan melakukannya.
"Izuki Shun." Bisik Miyaji ke Ootsubo. Bisa malu dia kalau pemilik Hawk Eye laknat mengetahui hal tersebut. Kouhai kurang ajar itu memiliki mulut yang tidak bisa direm. Alias mulut ember.
"APA MIYAJI?! IZUKI SHUN..?!"
"WHATTHEFAK—AKU NGGAK ADA NYEBUT NAMA ITU, OOTSUBO TEME!" Sontak saja Miyaji berteriak karena tidak terduga bahwa Ootsubo menyebutkan nama rahasia di depan teman dan kouhai temenya. Ootsubo hanya memasang senyum polos, Kimura menganga, Midorima –yang daritadi hanya baca buku di pojokan tetap tidak peduli (baca aja staycool. Biar keren). Sedangkan Takao, bagaikan orang gila yang cengar-cengir sendiri.
"Oi, apa-apaan kau cengar-cengir, Takao?! Berani menghina?!" Dengan bodohnya sang small forward Shuutoku tidak menyadari bahwa benda yang dipegang Takao lebih parah dampaknya.
Recorder...?
"Nggak, Miyaji-san. Lanjutin aja ngo—"
"OI BAKAO TEME! APA YANG KAU PEGANG, HAH,,?!" Miyaji berteriak sambil menunjuk-nunjuk recorder yang dipegang Takao.
"Hee~ bukan apa-apa kok~" Dengan santainya ia menaruh benda itu ke dalam saku celana nya dengan gerakan slow motion. Ootsubo sampai tidak habis pikir bagaimana nasib sang Hawk Eye selanjutnya.
"Takao, hapus sekarang."
"Nggak mau."
"Sayang~ aku mohon. hapus. sekarang." Titah Miyaji dengan menekankan kata-katanya.
"Sudahlah, Miyaji-san. Kebetulan Izuki-san sepupu jauhku kok~ Mau aku sampaikan sekarang? Mumpung belum ada yang ngambil, lho~" Tawar Takao sambil menunjukkan recorder dari saku celananya.
"Apa peduliku kalau dia sepupumu? Kimura! Mana nanasku?! Tanganku sudah gatal."
"Sudah, berhenti!" Akhirnya Ootsubo bersuara. Sang kapten melirik ke arah sang shooting guard. "Oi, Midorima. Bantu dikit kenapa?" Ucap Ootsubo sambil menahan Miyaji yang sudah siap-siap melempar nanas ke Takao.
"Kalian bermain, maka kalianlah yang menyelesaikannya. Aku tidak ikut campur, nodayo." Ucap Midorima sambil membetulkan letak kacamata yang sama sekali tidak bergeser se-inci pun.
...
..
"Oh, tidak. Aku kena!"
"Hahahaha... rasakan pembalasanku, Takao. Sekarang pilih Truth atau Dare." Sahut Miyaji dengan antusias. Takao sempat berfikir sejenak bahwa dia tidak ingin memasuki lubang jebakan seperti Miyaji. Maka, pilihan Takao adalah Dare untuk menjaga keselamatan aibnya.
Namun sialnya, apa yang dia bayangkan tidak sesuai dengan yang ia harapkan.
"Kau berani juga ya, bocah tengik. Sekarang kau minum sake kami semua." Bisa dibilang ekspresi Miyaji bak salah satu karakter wanita yang super yandere di salah satu anime. Kalian pasti tahu siapa.
Miyaji sebenarnya tahu bahwa Takao tidak suka aroma–apalagi meminum sake. Bisa dilihat dari ekspresi Takao yang mulai mual.
"Ta-tapi.."
"Tunggu apalagi. Minum sake atau nanas mendarat di kepalamu bertubi-tubi?"
Sadis.
Dengan terpaksa, daripada dia semakin oon karena dilempar nanas, lebih baik ia memilih minum sake.
..
Takao sukses mabuk. Kini wajahnya memerah. Tanpa sadar, bicaranya juga mulai ngelantur. Ia melirik ke arah seseorang yang mungkin agak terlupakan sedari tadi. Siapa lagi kalau bukan si Midorima. Ia pun menghampiri sang Ace-sama 'tersayang(?)'-nya dengan jalan sambil terhuyung-huyung dan kemudian mendaratkan tubuhnya tepat di punggung Midorima yang tengah serius membaca buku yang entah sejak kapan ia membacanya.
Buuuukk
"O-oi Ta—" Midorima refleks membalikan tubuhnya dan mendapati Takao dengan wajah yang mungkin bisa dibilang sayu atau teler. Entah apalah sebutannya yang pasti wajah Takao kini benar-benar seperti kepiting rebus. Tak lupa semburat kemerahan menghiasi pipinya.
"Shin-chaaaann~ ayo main..." Bujuk Takao sambil melingkarkan tangannya pada tubuh sang pemilik surai 'Go Green'. Ah dari nada membujuknya saja sudah bisa membuat Midorima merasa agak jijik menanggapi bujukan partner-nya.
"Aku tidak tertarik, nodayo. Dan lepaskan pelukanmu dariku. Itu sangat menjijikan, Bakao!" Mencoba melepaskan kedua tangan Takao yang masih terpaut sangat erat di perutnya. Ia tahu saat ini Takao berada dibawah pengaruh alkohol jadi tak heran kalau saat ini kelakuannya sangat-sangat menjijikan. Terlebih para senpai yang sedari tadi memandangi mereka berdua sambil senyum-senyum mesum melihat pasangan yang terlihat seperti sedang Lovey-Dovey. Cih, Midorima sangat benci suasana seperti ini.
"Hoi, Midorima. Sudahlah tak ada gunanya kau menolak terus-menerus seperti itu. Ia tidak akan melepaskan pelukannya sampai kau mau bermain. Ayolah jangan jadi pengecut. Ini hanya permainan" Sahut Miyaji membantu Takao yang ikut membujuk si Tsundere berkepala wortel itu. Mau tak mau akhirnya Midorima pun terpaksa mengikuti ajakan si maniak miyu-miyu –Miyaji.
Midorima duduk melingkari meja bundar, bersebelahan dengan Takao dan juga Miyaji.
Pensil pun diputar. Dan...
.
'Siaaaall...Siaaaaall...SIAAAALL!' Midorima berteriak dalam hati mendapati pensil itu berhenti berputar dan tepat mengarah kearah-nya. Ia sangat-sangat menyesal datang ketempat ini. Dan menyumpahi siapa saja yang mencoba menanyakan aib yang ia sembunyikan selama ini meskipun itu adalah hal sepele. Bagaimanapun juga, Midorima merupakan seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi. Terlewat tinggi. Sangat tinggi. Bayang-bayang peristiwa aneh terlintas dipikiran Midorima, dari mengumbar aib bahwa selama ini ia suka menahan kentut di lapangan, phobia kucing, dan aib-aib lainnya. Walaupun sebenarnya saat ini ia sedang benar-benar takut, namun ia mencoba memperlihatkan mimik wajah yang masih tetap staycool saking jaga Image-nya yang kelewat batas.
"Hahaha akhirnya... Hhmm kira-kira pertanyaan ap-"
"Aku tidak pilih Truth. Aku pilih Dare nodayo." Belum sempat Miyaji menyelesaikan omongannya yang tiba-tiba dipotong oleh Midorima yang memilih pilihan yang sama dengan Takao. Karena ia pikir sepertinya lebih baik melakukan sesuatu daripada menjawab dengan jujur aib-nya sendiri didepan teman se-tim nya.
"Hooo.. Oke tak apa.." Sambil melirik Takao, Miyaji memberikan kode dengan menggerakkan kedua bola matanya kearah Midorima dengan maksud agar Takao yang memberinya hukuman. Tidak butuh waktu lama, Takao langsung saja melontarkan perintah karena Midorima memilih Dare.
"Shin-chan, cium aku."
1 detik.
2 detik.
3 detik.
Semua cengo. Midorima pun ikutan cengo. Tak percaya dengan perkataan Takao. Aku nggak salah dengar 'kan?
"Apa-apaan kau ini? Kemana akal sehat—" Belum selesai bicara, mulut Midorima sudah dibungkam dengan mulut Takao. Awalnya Midorima membeku, membiarkan bibir mungil itu meraup habis bibirnya. Mencoba menguatkan akal sehatnya agar tak sepenuhnya terpengaruh oleh nafsu. Ia pun mendorong sang partner mencegah ciuman itu menjadi liar.
Semua senpai tercengang dibuatnya. Salah satu suara mencoba menjadi penengah bagi kedua kouhai. "Midorima, kami pikir Takao sepertinya sudah sangat parah. Lebih baik kau bawa dia pulang ke rumahnya daripada terjadi hal yang lebih buruk dari ini." Saran Kimura. Midorima akhirnya menuruti saran sang pemilik rumah. Ia menarik tangan Takao dengan paksa dan membimbingnya menuju kendaraan mereka, rickshaw.
.
.
Semakin lama, gaya bicara Takao semakin aneh. Pada saat perjalanan pulang, Takao selalu meracau segala hal yang ada di pikirannya. Mulai dari kekesalannya terhadap Miyaji sampai suatu ketika ia mengucapkan sesuatu yang tidak seharusnya diucapkan.
Mengutarakan perasaannya terhadap sang ace-sama nya.
Sebenarnya bukan kalimat itu yang membuat Midorima berhenti mengayuhkan pedal sepeda, melainkan kata-kata yang mengandung unsur vulgar yang keluar dari mulut sang surai hitam. Sampai-sampai hampir menghilangkan akal sehat Midorima.
"Takao, apa yang kau omongkan nodayo?"
"Shin-chan, fuck me until i get pregnant. Suck me harder, baby." Midorima tahu sebenarnya Takao bakat dalam pelajaran Bahasa Inggris, tetapi dia hanya tidak menyangka bahwa kata-kata itu yang terlontar dari mulut Takao. Kata-kata itu biasanya digunakan oleh artis-artis porno yang ditonton oleh teman SMP nya –Aomine.
Tidak, dia hanya melihat sebentar. Bukan seperti Aomine yang sampai ketagihan.
"Takao, jangan mencoba menggodaku dengan kata-kata seperti itu."
"Tetapi kau memang sudah tergoda, bukan?"
TBC~
WATTEPAK IS DIS?! INI IDE DARI TEMEN ANE. BENERAN! :'v
AJIGILE ANE BUAT RATE M. Ayahanda, Ibunda, maafkan anakmu yang laknat ini.
Maafkan ane yang masih belum lanjutin fanfic sebelumnya. Maaf banget :'
Mohon meninggalkan sepatu –eits maksud ane jejak ente ente semua yooo... butuh saran :v
Jaa~
