All, Minna san, Alle, Jeder, Allen, Tutto atau semua, Salma kembali!XD
"Kurita and Two Strowberry" adalah sekuel dari "Tiramisu"-udahtau-
Oh, ya, ini saran dari undine ya-ha, makasih buat Andin san, ya XD
Sekali lagi, Salma lagi hiatus panjang dari fic "Ko Ko Ni Iruyo!". Maaf buat yang nunggu nungguin fic itu. Ini semua karena kesalahan author yang tak bertanggung jawab ini….-pundung di pojokan-.
Emm.., daripada banyak bacot, segera kita mulai saja fic ini, nyoo~
Kurita and Two Strowberry
Rated T
Genre:Romance/Hurt/Comfort
Eyeshield 21 by Riichiro Inagaki & Yuusuke Murata
Summary: Sekuel of Tiramisu
Warning:Typo, OC memuncak, OOC, alur kecepatan dan sebagainya.
Kurita Pov…
Hai. Aku Ryokan Kurita. Siswa kelas 2 SMA Deimon. Aku berbadan besar, sehingga aku banyak ditakuti warga sekitar sekolah. Tapi, sebenarnya, aku ini berhati bersih. Yah, tapi itu tak masalah.
Sekarang, aku masuk ke klub American Football dan mendapatkan posisi lineman. Nama grup Amefutoku adalah Deimon Devil Bats. Tapi, banyak orang yang merekrutku untuk ikut ke klubnya, terutama klub sumo. Dengan badanku yang seperti raksasa ini, aku dapat mengalahkan semua lawan yang kuhadapi. Itu yang dikatakan para perekrut dari klub sumo yang datang merekrutku. Pertamanya, aku menerimanya. Tapi, saat aku kelas 3 SMP, aku mundur dari klub sumo.
Kenapa?
Yah, karena aku memiliki pengalaman yang bisa dibilang menyenangkan ataupun menyedihkan. Pengalaman itu sangat susah dihilangkan dihatiku. Dibenakku maupun dipikiranku.
Oke, mari kita flashback kejadian 1 tahun yang lalu.
Waktu itu, aku masih kelas 2 SMP. Dan pada suatu hari saat aku telah selesai latihan sumo, aku melihat suatu benda yang berterbangan di atas kepalaku. Lalu benda itu sukses mendarat di kepalaku. Dan setelah kulihat, ternyata bola itu adalah bola American Football.
Lalu, setelah bola itu menghasilkan benjolan dikepalaku, ada seorang perempuan yang menghampiriku. Dia berambut 1 kucir kuda, matanya terlihat seperti bintang jatuh. Dialah Ichigo Nakagawa, dia yang melempar bola American Football ini. Lalu, dia menunduk dan segera minta maaf kepadaku. Sebenarnya sih, aku tidak keberatan. Tapi Ichigo malah mentraktirku makan kue.
Dan, saat aku diantar ke rumah Ichigo, aku melihat suatu toko yang amat indah dan manis. Nama toko itu adalah Tiepido yang berarti hangat. Kata Ichigo, dia ingin nama toko kuenya itu seperti keadaan keluarganya. Tapi, itu semua adalah kebalikan dari arti kata Tiepido. Keluarganya tercerai berai dibeberapa Negara. Ichigo di Jepang, Ayahnya di Amerika, Ibunya di Prancis untuk bekerja. Makanya dia kesepian.
Keesokan harinya, Ichigo menawarkanku untuk bermain American Football. Tapi, sebenarnya, aku yang ingin mencoba menjadi atlet Amefuto. Dan Ichigo mengiyakan. Lalu si Ichigo membawaku ke clubhouse Amefutonya yang bernama "Reitoku Golden High". Setelah itu, aku dilantik menjadi lineman.
Saat aku sedang berlatih Amefuto, tiba tiba teman Ichigo menghampiriku. Dia memuji mujiku karena aku direkrut oleh Ichigo. Ichigo adalah salah satu atlet berbakat walau dirinya perempuan. Akupun ikut senang mendengarnya.
Pada suatu hari, aku kembali latihan ke SMU Reitoku. Tapi sejak kulihat tadi pagi, batang hidung Ichigo tak muncul. Lalu aku bertanya pada sang manager, katanya dia mengidap penyakit dan harus dirawat di rumah sakit. Lalu, aku segera pergi ke rumah sakit itu.
Dan, setelah sampai dikamar Ichigo, aku menemui tubuh Ichigo yang tergampar lemas di ranjang. Ichigo berkata jujur, bahwa dirinya telah 5 tahun. Tapi, itu bukan hambatan. Lalu aku berjanji akan menjadi atlet berbakat dan akan merawat toko kue Ichigo selama Ichigo dirawat dirumah sakit.
Sesampainya di toko, aku segera memasak masakan yang ada pada papan menu. Untung aku bukan hanya bakat makan, tapi aku juga bakat masak. Dan waktu itu kulewati dengan senang dan bahagia.
Setelah beberapa hari aku bekerja di toko kue Ichigo, aku dipanggil Ichigo untuk menjenguknya segera. Sesampainya disana, aku dan Ichigo membuat kue Tiramisu. Lalu aku membuatnya dengan tambahan selai strawberry ibarat Ichigo. Dan selesailah, lalu aku memakannya berdua dengan Ichigo.
Keesokan harinya, aku berniat menjenguk Ichigo lagi. Aku juga membeli bunga untuk si Ichigo. Tapi, rasanya aneh sekali. Padahal aku sudah sering sekali menjenguk Ichigo. Entah kenapa, disaaat itu, aku merasa gugup. Dengan memberanikan diriku, aku lalu mengetuk pintu dan membukanya.
Setelah kulihat, sosok Ichigo tak terlihat di benakku. Lalu, setelah kutanyakan kepada sang suster, katanya Ichigo telah meninggal dunia. Waktu itu, hatiku tersayat. Tak bisa menahan air mata yang menetes. Dan aku mendapatkan surat terakhir dari Ichigo. Disaat itu, aku menangis histeris tanpa henti.
Begitulah kejadian yang menurutku sangat pahit itu. Tapi, aku tak bisa menghilangkan perasaan sukaku kepada Ichigo. Berkat dia, aku tak mungkin merasakan kebahagian ini.
"Hoi! Ryokan! Ngapain bengong disana? Cepat sana kamu ke sekolah! Katanya ada latihan, 'kan?" teriak ayahku keras. Lamunanku buyar seketika. Aku serontak menyambar tasku dan pakaian Deimon Devil Bats.
"I…, Iya! Aku berangkat!" aku pamitan kepada ayahku. Lalu aku bergegas pergi ke sekolah.
Hari ini, langitnya cerah. Sinar matahari sangat terang. Yeah, keadaan ini membuatku semangat kembali!
Hmm.., sepertinya aku kebanyakan bacot daritadi. Sampai sampai, aku tidak sadar bahwa aku telah sampai di sekolah.
Setelah sampai disekolah, aku bergegas kembali ke ruang klub yang bertuliskan "Welcome to Deimon Devil Bats" karangan Hiruma, salah satu pendiri Deimon Devil Bats dan juga sekaligus teman terdekatku selain Mushasi.
Aku mengetuk pintu clubhouse, lalu aku buka perlahan.
Klek
"Lama sekali, gendut." ujar Hiruma sambil meletuskan bubble gumnya. Ternyata, semua anggota telah berkumpul. Dan Cuma aku saja yang belum datang. Sena dan Monta yang lagi bicara bicara, Mamori dan Suzuna yang sedang sibuk dengan 1 menu makanan, Jumonji dan Kuroki yang lagi main kartu, Toganou yang sedang asik membaca shonen manga miliknya, Yukimitsu yang masih berkutat kepada kertas kertas yang isinya tak kumengerti, Yamaoka dan Satake yang lagi bersantai santai, Daikichi yang sedang melatih ototnya, Pak Doburoku yang sedang menyantap sakenya, Cerberus dan Butaberus yang lagi main Anjing-Babi, dan juga Ishimaru yang lagi pundung karena tak diperhatikan-author ditimpuk Ishimaru-
"Hei, ayo latihan! Keburu siang, lho!" tuturku bersemangat. Semuanya mengangguk dan bangkit dari pekerjaannya.
"Hiruma, rute lari pagi kita dimana? Dan sampai mana?" tanya Mamori.
"Nih," kata Hiruma sambil menyodorkan secarik kertas. "Bacakan ke anggota sialan." ujar Hiruma.
"Hah.. baiklah. Aku akan mewakilimu berbicara karena mulutmu masih ternodai oleh permen karet mint," sindir Mamori, "Rute lari pagi kita…. Engg…, dari SMU Deimon sampai pertokoan. Yah, seperti biasa. Tunggu…, lalu., kenapa aku harus menjelaskannya panjang lebar? Ukh…, Hiruma!" Mamori marah. Si Hiruma hanya nyengir ala setan. Tanpa banyak tanya, kamipun segera lari pagi.
-06.00-07.10-
"Huh.., hah.. hah.., lama sekali kita lari pagi. Melelahkan!" ujar Sena yang nafasnya masih terenggal enggal.
"Mau minum, MAX!" lanjut Monta dengan embel embel "MAX"-nya.
"Mamori…, Suzuna, bolehkah kita minum?" tanyaku yang berpikiran sama dengan Sena dan Monta.
"Iya! Silakan!" Mamori dan Suzuna lalu membagikan sport drinksnya kepada seluruh anggota.
"Hah, segar!" ucapku lega. Mamori dan Suzuna tersenyum. "Ngomong ngomong, Hiruma, kita boleh langsung pulang, 'kan?" tanyaku.
"Hah? Terserah. Lagipula aku masih punya urusan strategi dengan manager sialan. Cepat pergi sana! Jaga stamina! Atau tidak, saat pertandingan dimulai dan kalian semua kehabisan tenaga, akan kubunuh kalian satu persatu!" bentak Hiruma. Alhasil, seluruh anggota memasang wajah yang tak bahagia. Kecuali satu orang, Suzuna Taki.
"Shi shi shi, ngapain tuh, You nii sama Mamo nee?" goda Suzuna dengan antenna rambutnya.
"Negatif thinking." batinku dalam hati.
"Nggak ada apa apa, Suzuna-CHAN!" Mamori marah. Si Suzuna hanya ketawa jahil melihat tingkah seniornya. Kami hanya pasrah dan segera pergi ke rumah masing masing.
-HiruMamo-
Mamori POV.
"Huft, akhirnya mereka semua pulang juga," batinku lega. "Memang ada apa, Hiruma kun? Bukannya kemarin kita sudah mengatur ulang strateginya? Memang ada yang kurang?" tanyaku.
"Kekeke, aku hanya membodohi mereka semua!" ujar Hiruma sambil terkekeh pelan.
"He? Madsudmu?" tanyaku bingung.
"Nih." Hiruma lalu menyodorkan secarik kertas(lagi) dihadapanku.
"Eh? Ini…."
End of Mamori POV.
-SenaSuzu-
Sena POV
"Hei, Sena! Sini!" Suzuna melambai lambaikan tangannya. Aku segera menghampirinya.
"Ada apa, Suzuna?" tanyaku.
"Hehehe, mau jalan bareng, nggak?" tanya Suzuna balik.
"Boleh saja. Kapan?" tanyaku lagi.
"Hari Minggu depan, kamu nggak ada acara, 'kan?" tanya Suzuna.
"Tidak, sih." Jawabku singkat.
"Kalau begitu, nih," Suzuna menyodorkan secarik kertas berwarna seperti pelangi itu.
"Tiket?"
End of Sena POV
Kurita POV.
"Hah, lari pagi memang melelahkan." desahku. Dan, karena aku banyak bacot, tak terasa aku telah sampai didepan rumahku. Omonganku memang mukjizat, 'kan?
Aku lalu masuk ke dalam rumah, meletakkan barang barangku ke atas kasurku, lalu mengganti bajuku.
Oh, ya. Semenjak aku berjanji dengan Ichigo, aku membangun toko kue kecil kecilan. Karena aku sangat menghargai jasa Ichigo, aku memberikan nama kue ini "Strowberry" atau Ichigo dalam lafal Jepang. Akupun juga berharap toko ini bisa seramai toko kue Tiepido milik Ichigo.
Setiap hari, setelah pulang sekolah, aku selalu mengurusi toko kue ini. Aku juga sudah mulai belajar memasak, dan hasilnya cukup lumayan.
Aku membuat daftar menu makanan. Terdiri dari Lagsana, Paella, Mille Feuille, Omelet dan lainnya. Tapi, yang paling utama dari semua makanan ini adalah kue Tiramisu Strowberry. Ini khusus kupersembahkan kepada Ichigo di alam sana. Aku berharap dia tersenyum dengan kue Tiramisuku.
Lalu, aku segera menyiapkan beberapa barang keperluan memasak. Tak lama kemudian, para pelanggan datang menghampiri toko kueku. Walaupun sedikit, tapi itu tak masalah. Pokoknya, aku bisa memenuhi janjii Ichigo. Yaitu membuat toko kue.
Drrt
Handphoneku berdering. Lalu aku mengangkatnya. Dan aku pencet tombol hijau.
Klik
"Halo?" tanyaku.
"Iya. Apa benar anda Ryokan Kurita?" tanya sang penelepon.
"Eh, i..iya? Ini siapa?"
"Oh. Ini ayah dari almarhum anakku, Ichigo Nakagawa."
"I.., Ichigo?" aku kaget. "Ada apa, ya?"
"Begini.., kudengar, kau sangat akrab dengan almarhum anakku. Anu.., setelah aku melihat surat dari Ichigo yang diselipkannya di mejaku, aku membaca surat itu. Dan sebenarnya, aku ingin kamu meneruskan toko kue milik anakku. Apakah kau bersedia? Aku akan membiyayaimu untuk semua ini! Tolonglah, ini permintaan satu kali seumur hidupku untuk memenuhi janji anakku! Jadi, kau bersedia?" tawar sang ayah. Aku berpikir sejenak.
"Kalau ini keinginan Ichigo, kuterima. Kapan aku bisa bekerja?" tanyaku.
"Eng.., kalau bisa, besok. Bisa?"
"Boleh saja!"
"Baiklah, nanti saya akan menghampiri anda di depan toko kue. Terimakasih atas bantuan anda! Saya sangat senang!"
Tut… Tut…. Tut..
Sambunganku dengan ayah Ichigo terputus.
"Baiklah kalau begitu," batinku. "Aku akan menggabungkan nama toko kue milik Ichigo dan milikku! Itu ide yang sangat bagus!" aku berteriak senang.
-Keesokan harinya-
Aku telah siap bekerja di toko kue Ichigo. Lalu aku segera berangkat. Dan tak lama kemudian, aku telah sampai di rumah Ichigo yang lagi lagi terlalu-luar biasa.
"Hei, kau yang namanya Ryokan Kurita, 'kan? Salam kenal, nama saya Johji Nakagawa. Jadi, bisa langsung bekerja?" tanya ayah Ichigo.
"Boleh saja. Tapi sebelumnya, aku meminta izin untuk menggabungkan nama toko kueku dan toko kue Ichigo, boleh?" tanyaku balik.
"Tentu saja. Tapi, aku juga memperkerjakan 2 orang asistenmu. Jadi, bersahabatlah dengannya!" ujar ayah Ichigo. Lalu beliau meninggalkanku. Aku segera beres beres dan mempersiapkan alat alat masak.
"Fuh, untung saja aku telah member pemberitahuan bahwa toko kueku yang satunya telah pindah kesini. Strowberry jadi Tiepido Strowberry!" batinku. Lalu, ada seseorang yang menepuk pundakku.
Puk
"Ah, siapa, y… eh?" aku kaget. Mataku terbelalak melihat sosok yang barusan menepuk pundakku.
"I….Ichigo?"
-Chapter 1 end-
Hua! Ending chapter 1 sangat jelek! Gomen, mak! T.T
Hiks, kata terakhir: R.E.V.I.E.W, kalau nggak review: T.E.R.L.A.L.U
