Piiing.

Oh, rotinya sudah matang.

Setelah meletakkan roti di atas piring, aku mengambil segelas jus jeruk dan berjalan menuju meja makan. Tak lupa sebelumnya menyalakan radio yang akan menemani pagiku. Mengoleskan selai pada roti yang bertugas mengganjal perut yang lapar.

Pagi yang damai. Pagi yang tenang.

Terlihat bagaikan rutinitas pagi yang sempurna. Tapi kalian tidak tahu keruhnya wajahku. Kening yang berkerut, dan bibir yang tidak dapat em, sulit sekali untuk tersenyum. Ini semua karena kejadian semalam. Lebih tepatnya ini semua karena dia, Leorio.

Sambil mengunyah roti, aku mengingat kembali kejadian semalam.


Kurapika, maaf aku terlambat.

Itu, pesan singkat Leorio ketika kami berencana makan malam bersama. Aku.. sudah tiba di restoran 15 menit sebelumnya, dan masih harus menunggu untuk waktu yang tidak pasti.

Received: 20.00

Great, berapa lama lagi aku harus menunggu.

Kulihat meja di sekelilingku, ugh! Sepertinya hanya aku yang duduk sendiri. DIa sudah membuatku menunggu. Awas kau Leorio!

"kakak, kursi ini tidak dipakai?" tanya seorang anak kecil. Kira-kira berusia 7 tahun.

Sepertinya ini bisa menjadi satu dari sekian bentuk pelampiasan kekesalanku pada Leorio, batinku berkata diiringi tawa jahat. Ketika meja yang seharusnya ditempati dua orang hanya memiliki satu kursi, dia pasti akan menampakkan wajah tololnya dan bertanya, "hei kurapika, aku duduk dimana?" Membayangkan wajah tololnya

Sambil tersenyum aku berkata, "silahkan."

Kulihat pipi anak ini memerah sebelum berkata, "t..te..terima kasih."

M..memerah? Tunggu, apa dipikirkan anak itu? Tiba-tiba aku teringat kata yang sering diucapkan Leorio padaku. "kurapika,apa kau tahu betapa cantik dan mempesonnya dirimu? Kecantikanmu adalah sebuah kesalahan. Anak-anak pun dapat tersihir oleh kecantikanmu!" kata Leorio.

Kata-kata itu membuatku INGIN MUNTAH! Kurang ajar kau Leorio. Tanpa kehadiranmu saja aku sudah dapat mendengar tawa penuh hina darimu.

Tenang kurapika, tenangkan dirimu.

Sambil menyerutup kopi aku mulai menenangkan diri dan … berpikir. Tentang semuanya.

Tentang kesibukanku dan kesibukannya.

Tentang prioritasku dan prioritasnya.

Tentang apa yang aku pikirkan mengenai hubungan kami sejak awal.

Tentang siapa yang memulai dan menginginkannya.

Tentang …

Ah, begitu banyak yang kupikirkan. Banyak hal yang terlintas di kepalaku.

Menghela nafas. Sepertinya aku mempertimbangkan terlalu banyak hal.

"pelayan," kataku sambil melambaikan tangan "saya mau pesan …"


"Gawat!"

Terlihat pria berambut coklat yang mengenakan kemeja biru berlari menembus kerumunan manusia. Kerumunan manusia yang bergegas pulang ke rumah atau sekedar mencari tempat berteduh dari hujan yang turun semakin deras.

Lelaki itu melihat jam yang melingkari tangannya dan dia berlari semakin cepat.

Apa yang harus kukatakan padanya? Aku sudah membuatnya menunggu begitu lama. Cengkraman pada bunga yang dia bawa semakin kuat.

Jika dia tahu akan ada pasien yang datang ke rumahnya, tentu dia tidak akan menunda keberangkatannya hanya untuk memilih setelan yang tepat. Dia tidak akan berlama-lama memilah bunga dari para pasiennya untuk dibentuk menjadi suatu buket indah yang akan dia berikan pada kurapika. Dia tidak akan ...

Well, jadi Leorio berencana membuat kurapika kesal karena menunggu terlalu lama. Padahal dia menunggu di depan restoran dengan membawa sebuket bunga yang indah. Ketika rasa kesal kurapika mumuncak, Leorio akan masuk dan memberikan buket bunga sebelum kurapika menghajarnya di depan umum.

Leorio dapat membayangkan wajah marah kurapika ketika melihatnya dan wajahnya yang tersipu ketika menerima sebuket bunga. Bagaimanapun ekspresinya, di mata Leorio kurapika selalu tampak cantik dan mempesona. Tapi bayangannya buyar ketika mendengar suara ketukan di pintu dan mendapati anak tetangganya, kouta keracunan makanan.

Untuk kencan yang tertunda karena hal seperti itu, kurapika tidak mempermasalahkannya.

Tapi mengingat suara, cara bicara kurapika ketika mengatakan, Leorio, aku ingin mendiskusikan sesuatu. Ada sesuatu dengan kurapika dan dia harus tahu.

Setelah menangani Kouta, Leorio bergegas mengejar bis setelah 5 menit sebelumnya dia sadar mobilnya mogok dan tidak dapat digunakan.

Dan disinilah Leorio berada. Berlari di tengah kerumunan manusia yang kehujanan dan dia sudah terlambat 3 jam. Em, lebih tepatnya 2 jam 56 menit.

"4 menit lagi, aku membuatnya menunggu selama 3 jam. Sial, ini akan menjadi rekor terbaruku," runtuk Leorio dalam hati.

Hujan masih turun dengan begitu deras.

Di depan restoran yang sudah gelap dan sepi, Leorio melihat sosok yang ingin dia temui malam itu. Rambut pirang, tunik khas kuruta, bersandar di tembok membawa sebuah payung yang .. tertutup. Rambutnya .. bukan! Seluruh tubuhnya basah, dia menggigil dan menunduk, matanya menatap tanah tempat kakinya berpijak.

"KURAPIKAA!" Leorio berteriak memanggil dan berlari kearahnya

Kurapika menengadahkan kepalanya dengan perlahan dan tersenyum tipis. "Leorio."

"maaf.." sambil mengatur nafas, Leorio berkata, "maaf.. te..tanggaku, kouta, keracunan makanan.."

Masih menundukkan kepala, kurapika bergumam, "Sudah cukup Leorio."

"haa?" setengah tidak percaya apa yang didengarnya.

"Sudah cukup Leorio. Ini sudah berakhir."

"hey, apa maksudmu kurapika? K…kau bercanda kan?" Hatinya bagai disayat belati mendengar pernyataan kekasihnya. Namun yang ditanyai hanya terdiam.

"hey! Jawab aku kurapika!"

"AKU SERIUS LEORIO!"

Leorio jarang melihat kurapika marah untuk hal yang tidak berkaitan dengan Gen Ei Ryodan. Tapi marah padanya? Ini pertama kalinya.

Apakah itu tanda jika suku kuruta terakhir itu … membencinya?

Terkejut, buket yang tadi digenggamnya dengan kuat, terlepas.

"kau tahu Leorio? Aku sudah muak! Aku muak dengan kau yang mengajakku makan bersama. Aku muak dengan kau yang selalu terlambat. Aku muak dengan alasan kemanusiaan yang selalu kau kemukakan, sehingga tidak ada alasan bagiku untuk mendebat. Aku muak Leorio. A..ku muak.."

"jadi kau ingin mengakhiri hubungan yang bahkan belum kita mulai ini?" tanya Leorio.

"haa? Jadi kau menganggap kita tidak memiliki hubungan apa-apa?"

"Aku selalu mengatakan 'aku mencintaimu kurapika.' Kau tidak pernah membalasnya dengan berkata 'aku juga mencintaimu Leorio'. Kenapa?"

"itu.."

"bahkan ketika aku bertanya 'apakah kau mencintaiku kurapika?' Kau selalu mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, 'apa kau bodoh Leorio? Untuk apa aku mencintaimu?' sambil tertawa ringan. Kau tahu kurapika, meskipun di depanmu aku tertawa sebenarnya aku terluka. Aku tidak tahu apakah kau serius denganku, atau hanya bermain-main." Setelah mengeluarkan emosinya bertubi-tubi, Leorio menatap mata kurapika, "jadi jawab aku kurapika. Kenapa kau tidak pernah mengatakan perasaanmu padaku?"

"itu karena.."

"karena apa kurapika?"

"karena dari awal, aku sudah tahu hubungan ini tidak akan berhasil."

"Kamu tahu hubungan ini tidak akan berhasil dan masih menerima ajakan makan malamku? great! Itu hanya memberikan harapan kosong buatku, kurapika."

"…"

"dan sekarang kamu ingin mengakhiri hubungan ini?" sekali lagi Leorio menghela nafas dan berkata, "terima kasih untuk semuanya kurapika. Selamat tinggal."

Leorio berjalan meninggalkan kurapika sendiri dengan perasaan remuk redam.

Tidakkah kurapika akan menahan kepergianku dengan menarik kemejaku?

Tidakkah kurapika hanya ingin mempermainkanku?

Tidakkah kurapika hanya bercanda?

Tidakkah kurapika …

Ini tidak akan terjadi.

Jika dia tahu akan ada pasien yang datang ke rumahnya, tentu dia tidak akan menunda keberangkatannya hanya untuk memilih setelan yang tepat. Dia tidak akan berlama-lama memilah bunga dari pasiennya untuk dibentuk menjadi suatu buket yang indah yang akan dia berikan pada kurapika. Dia tidak akan ...

Sambil menghela nafas, Leorio berkata pada dirinya sendiri, "aku tidak akan menduplikatkan kunci rumahku dan mengajaknya tinggal bersamaku. Itu semua hanya buang-buang waktu."

Ya, hanya buang-buang waktu berhubungan dengan kurapika.

Di saat yang bersamaan, makhluk cantik berambut pirang itu menundukkan kepalanya. Di sudut wajahnya mengalir dua sungai kecil yang bercampur air hujan.

Setelah cukup lama menangis, dia menghapus air matanya, membuka payung dan berjalan ke apartemennya.


fiction hxh pertama. fiction pertama yang di publish di FFn. author baru.

mohon kritik dan sarannya. m(_ _)m