ChanBaek
T
.
.
.
"A-aku...aku masih punya 4 hari lagi kan?"
"Baek?"
"Ya kan hyung? 4 hari kan? Ya tuhan, 4 hari lagi"
"Baek?"
"Kalau begitu aku pergi dulu. Paipai hyung~"
"T-tapi ka-"
BRAK
Pada akhirnya, lelaki tinggi yang sebelumnya hanya diam didalam mobil itupun menghela nafasnya. Tangannya secara spontan memijat keningnya. Wajahnya sedikit frustasi dan menatap penuh rasa bersalah pada lelaki manis yang sudah berlari menjauh dari mobilnya.
"Huft, aku benci melihatmu tersenyum seperti itu Baekhyun"
.
.
.
"CHANYEOLLIE~"
Senyumnya mengembang, bahkan saat dirinya masih berada didepan gerbang sekolahnya. Banyak pasang mata tertuju padanya, namun diabaikan. Lelaki itu, Baekhyun lebih memilih untuk berlari dengan senyum lebarnya. Menghampiri pujaan hatinya yang tampan.
"Chanyeollie~ popo~"
Baekhyun menyodorkan pipi chubby miliknya kehadapan wajah Chanyeol, membuat lelaki itu hanya memutar matanya jengah, memilih untuk menghindar setelah berhasil mendorong tubuh lemah itu. Mendapati perlakuan tak menyenangkan, Baekhyun pun hanya mempoutkan bibirnya. Namun dalam hitungan detik berikutnya, senyum lebarnya lah yang kembali terlihat dibibir tipis miliknya.
Setelah menghela nafas dan menyemangati dirinya sendiri, Baekhyun kembali berlari. Menghampiri Chanyeol dan membuat lelaki tampan itu jatuh cinta padanya adalah satu-satunya hal yang Baekhyun inginkan saat ini.
"Chanyeol? Chanyeol? Yeollie? Channie? Chagiya~"
"..."
"Tidurmu nyenyak?"
"..."
"Oh, apakah kau sudah sarapan? Aku membawakan sa-"
"Berhentilah menggangguku!"
"Aku mengganggu?"
"Menurutmu?"
"Tidak"
Baekhyun tersenyum lebar setelahnya, berjalan membuntuti Chanyeol tanpa peduli kalau lelaki tampan itu berkali-kali mengumpat padanya.
Ia senang bisa berada dalam jarak sedekat ini dengan Chanyeol. Lelaki yang sudah ia kagumi, ah atau mungkin ia cintai sejak mereka bahkan masih berada disekolah dasar.
Baekhyun juga senang membuat para gadis memekik iri padanya. Ia senang menggoda Chanyeol, berdekatan dengan lelaki itu hingga banyak para gadis yang cemburu padanya.
Berbeda dengan Baekhyun, tentu saja Chanyeol tidak terima. Baekhyun selalu mengikutinya kemanapun, mengatakan pada semua orang kalau mereka sudah menikah dan membuat Chanyeol geram. Apalagi ditambah fakta kalau sampai saat ini Chanyeol tidak memiliki kekasih. Tentunya karena Baekhyun.
Satu hal yang selalu dan akan selalu Chanyeol ingat dalam hidupnya. Kata-kata yang selalu diucapkam Baekhyun ketika mendapati Chanyeol tengah berduaan dengan gadis ataupun lelaki manis lainnya. Kata-kata laknat yang menurut Chanyeol lebih menyakitkan ketimbang gusinya yang terluka karena tusuk gigi.
'Aku hamil'
Rasanya ingin sekali menenggelamkan Baekhyun ke sungai terdekat. Menutup mulutnya rapat-rapat hingga tak ada satupun lagi orang yang bisa mendengarkan omong kosongnya.
Chanyeol memang kesal. Tapi sekesal apapun ia, tak mungkin kan membalas tingkah konyol Byun Baekhyun dengan hal yang lebih konyol lagi. Maka itu ia diam, membiarkan anak itu mengganggunya hingga tak ada satupun gadis yang tahan untuk berdekatan dengannya.
"Aku ingin duduk disampingmu"
"..."
"Jongdae, kita bertukar tem-"
"Diam ditempatmu dan jangan bertukar dengan si berisik ini"
Jongdae, satu-satunya orang yang selalu merasa dirinya waras ketika berhadapan dengan Chanyeol ataupun Baekhyun. Ia mengedipkan matanya, sedikit bingung untuk mengikuti perintah siapa yang ditujukan padanya.
"Aku ingin ber-"
"Kembali ketempatmu Baekhyun!"
"Baiklah kalau itu yang diinginkan suamiku"
"Ishh"
Hampir saja Chanyeol meninju wajah Baekhyun dengan kepalan tangannya. Kalau saja ia tidak menyadari seluruh pasang mata dikelas tertuju padanya dengan pandangan menggoda. Ia melirik Jongdae sejenak, mendesis kesal sebelum akhirnya mulai menenggelamkan kepalanya diatas meja.
.
.
.
"Jongdae~"
"Oh Baek, ada apa?"
Baekhyun hanya tersenyum sangat manis ketika lelaki yang duduk disamping Chanyeol itu tersenyum padanya. Ia mendekat, memberikan sebuah kotak makan berwarna putih tulang pada lelaki yang tak terlalu tinggi itu.
"Apa ini Baek?"
"Ng...aku mencoba membuat kue dan aku berniat memberikannya padamu"
"Wah, pasti rasanya en-"
"Jangan diterima!"
BRAK
Sungguh, Chanyeol sungguh tidak sengaja dengan yang barusan. Ia hanya ingin bilang pada Jongdae agar tidak menerima kotak makan itu dari Baekhyun. Namun saat ia bangun, lengannya malah tak sengaja menyenggol kotak makan ditangan Jongdae hingga terjatuh.
Mata Jongdae membulat, dan Chanyeol sempat melirik Baekhyun saat itu. Anak itu tidak nampak terkejut, namun sebuah senyum kecewa sempat mampir sejenak dibibirnya.
"Si bodoh ini!"
"Tak apa Jongdae, jangan marah seperti itu pada Chanyeollie"
"Tapi Baek dia men-"
"Tak apa, ah aku punya satu lagi. Tapi ini untuk Chanyeollie~ ini untuk Chanyeol"
Baekhyun menyodorkan satu lagi kotak ditangannya, kali ini kehadapan Chanyeol. Senyumnya mengembang, mengabaikan fakta bahwa Chanyeol baru saja kembali memutar matanya jengah pada anak itu.
"Dan kalau Jongdae mau, Jongdae bisa memakan milikku"
"Tidak apa Baek, kau makan saja sen-"
"Aku pergi"
"Yeollie mau kemana?"
"Jangan ganggu aku sial!"
Baekhyun kembali mempoutkan bibirnya, menatap penuh kesal kearah Chanyeol yang baru saja menghilang dari kelasnya setelah sempat bertabrakan dengan Luhan. Ah, akhirnya sahabat rusanya menampakan batang hidungnya. Kehadiran lelaki itupun langsung membuat senyum Baekhyun mengembang, seolah-olah melupakan kalau beberapa menit lalu Chanyeol baru saja menyakiti hatinya.
"Apa yang terjadi? Kau ti- Oh, si brengsek itu menolakmu lagi kan?"
"Eomma~"
"Baek, apa dia menyakitimu?"
"Tidak, Chanyeollie tidak menyakitiku"
"Sungguh?"
"Ne, tanya saja pada Jongdae kalau Eomma tidak percaya"
"Baiklah aku percaya padamu"
Baekhyun pun memekik senang mendengarnya, menunjukan sebuah senyum manis pada sahabat rusanya sebelum akhirnya ia mulai berjongkok untuk membersihkan kakacauan yang baru saja Chanyeol buat.
"Hmm, boleh aku coba?"
"Eung?"
"Sepertinya enak"
"Makan saja Lu!"
Memilih sepotong kue yang tak terlalu besar, Luhan pun memakannya dengan hati-hati. Ia melirik Baekhyun dan juga Jongdae yang baru saja selesai memunguti kue-nya yang tadi jatuh.
"Kau ingin aku jujur atau tidak?"
"Tentang apa?"
"Tentu saja tentang kue-mu bodoh!"
"Ah, tentu saja kau harus jujur!"
"Yakin? Apa tidak akan menyakitimu?"
"Cepat katakan!"
Diliriknya Jongdae ragu-ragu, seakan-akan lelaki rusa itu tengah meminta pendapat pada lelaki dengan wajah kotak disisi Baekhyun. Tapi sial, Jongdae saat itu hanya menggeleng dan mengangkat bahunya acuh.
"Sebenarnya...itu tidak ada rasanya Baek. Kau pasti lupa memberi gula"
"Benarkah? Yaampun, untung saja Chanyeollie tidak memakannya"
"YAK!"
"Ng, a-aku sepertinya harus menyusul Chanyeol. Oh, dan Baek, terimakasih kue-nya. Maaf karena Chanyeol menjatuhkannya tadi"
"Tak apa, aku sudah baik-baik saja"
Dan Jongdae pun meninggalkan kelas saat itu juga. Sebenarnya bukan untuk mencari Chanyeol. Ia hanya tak ingin mendengar petuah panjang lebar yang akan Luhan berikan untuk Baekhyun.
"Baek, kau harus menghentikan ini!"
"Menghentikan apa?"
"Berhentilah mengejar Chanyeol! Kau tahu ia tidak menyukaimu!"
"Kata siapa? Chanyeollie men- dia menyukaiku Lu!"
Sejujurnya Baekhyun agak tidak yakin dengan ucapannya sendiri. Ia selalu berasumsi kalau Chanyeol pasti menyukainya atau, ia pasti bisa membuat Chanyeol jatuh cinta padanya, menjalin hubungan dengannya dan hidup bahagia sampai akhir hayat mereka. Namun nyatanya? Baekhyun sendiri belum berani untuk menerima kenyataannya sampai detik ini.
"Baek, kita memang diajarkan untuk saling mencintai. Saling menghargai dan memberi, tapi tidak seperti ini Baek. Chanyeol menolakmu jutaan kali, dan kau mengetahuinya. Kau harusnya tersakiti, jangan berpura-pura! Jangan bertingkah seolah kau baik-baik saja ketika mendapat perlakuan kasar dari Chanyeol! Kau mengejarnya kesana-kemari, kau tidak lelah? Aku tahu kau memang mencintai Chanyeol, tapi apa menurutmu cinta mengajarkan untuk mengemis cinta pada pujaan hatimu? Kumohon Baek, jangan seperti ini"
"Lu, aku tidak mengemis cinta pada Chanyeol! Apa...apa aku memang terlihat seperti itu?"
"Menurutmu?"
"S-sedikit"
"Itu kau tahu"
"Tapi aku memang sangat mencintainya Lu, aku akan mencintai Chanyeol sampai kapanpun. Tak peduli apapun yang terjadi kelak, cintaku pada Chanyeollie akan tetap seperti ini'
"Yayaya terserah saja. Aku lelah memberitahumu seperti ini"
"Aku juga lelah mendengarmu menceramahiku seperti ini hehe"
Dan keduanya pun berakhir dengan Baekhyun yang malah bergelayut manja pada lengan Luhan, mengabaikan kalau lelaki rusa itu baru saja menghela nafasnya lelah. Tapi siapa peduli? Sebanyak apapun Luhan menceramahi Baekhyun, anak itu akan selalu pada pendiriannya mencintai Chanyeol. Tak ada satupun hal yang bisa Luhan lakukan dengan fakta itu, selain mendukung Baekhyun tentu saja.
.
.
.
"Kau harus minta maaf padanya"
"Untuk apa?"
"Ternyata apa yang dikatakan orang-orang itu benar. Kau memang tidak berhati ya Tuan Park"
"Yak! Apa maksudmu sialan!"
"Tidak ada"
Jongdae pun memilih untuk berlalu begitu saja. Ah, bel akhir pelajaran bahkan sudah berakhir 30 menit yang lalu. Namun, dengan alasan 'jalanan masih ramai' akhirnya Jongdae pun mau tak mau malah menemani Chanyeol merenung terlebih dahulu didalam kelas.
"Minta maaf ya? Pada si berisik itu? Apa gunanya?"
Chanyeol mulai bergumam sendiri saat itu, mengabaikan kalau motor Jongdae baru saja meninggalkannya. Ia lirik motornya, memakai helm-nya dan berakhir untuk menatap sejenak tubuh mungil yang tengah berjalan keluar dari sekolah mereka. Itu Baekhyun, dan Chanyeol sama sekali tidak peduli.
Chanyeol menyalakan motornya, berjalan perlahan karena memang ingin. Bukan maksud menggoda Baekhyun atau apa, tapi memang ia biasa memacu pelan kendaraannya ketika masih berada dilingkungan sekolah.
"CHANYEOLLIE!"
Refleks Chanyeol menghentikan mototnya. Ia senditi bingung kenapa ia malah menghentikan motornya ketika Baekhyun memekik seperti itu. Dan pada akhirnya pun helaan nafasnya terdengar dari balik helm. Belum sempat ia kabur, Baekhyun malah sudah naik keatas motornya terlebih dahulu.
"Yeollie menungguku ya? Ya tuhan manis sekali~"
'Turun!"
"Tidak mau~"
"Baek?"
"Ani ani ani! Baekkie ingin bersama Chanyeollie~ Yeollie menunggu Baekkie pulang kan?"
"Sial, tentu saja tidak! Untuk apa menunggumu? Kau pikir aku tidak sibuk hah?"
"Sibuk? Sibuk apa? Menyiapkan masa depan kita?"
"YAK! Turun dari motorku sekarang Byun!"
"Yeollie~"
Baekhyun merengek dan Chanyeol dapat melihatnya melalui spion motornya. Wajahnya nampak menggemaskan walau Chanyeol selalu bilang itu menggelikan.
"Luhan tadi meninggalkanku karena Sehun. Dan sekarang, Chanyeollie juga ingin meninggalkan Baekkie? Baekkie takut sendirian Yeollie~"
"Turun sekarang!"
"Yeo-"
"Turun Byun Baekhyun!"
"Ck, untung aku mencintaimu! Kalau tidak, pas-"
"Apa? Pasti apa hah?"
"Tidak ada hehe"
Setelah memutar matanya jengah, motor Chanyeol pun segera berlalu. Ia bahkan tak menoleh lagi kebelakang, tak peduli pada Baekhyun yang kini menghentak-hentakan kakinya kesal dengan wajah ingin menangis.
Dia ditolak lagi!
Benar kata Luhan. Chanyeol tidak dan bahkan tidak akan pernah menyukainya. Sekeras apapun Baekhyun berusaha, Chanyeol selalu saja menolaknya. Bahkan membentak ataupun mengabaikannya.
Terkadang rasanya menyakitkan, tapi Baekhyun bisa apa? Yang ia bisa hanyalah tersenyum dan mencintai Chanyeol sampai ia lupa daratan. Melupakan fakta menyakitkan yang selalu diterimanya dan menyembunyikan kesakitannya seorang diri. Daripada terlihat menyedihkan, bukankah menyembunyikan rasa sakit itu jauh lebih baik? Ketimbang ia malah terlihat lemah dihadapan pujaan hatinya.
Dan pada akhirnya pun Baekhyun benar-benar ditinggal sendirian. Tak ada satupun orang karena sekolahnya sudah sepi sejak tadi. Kembali ia menghela nafasnya, berjalan dengan kepala menunduk lagi dan lagi. Tubuh mungilnya terlihat sangat tak bersemangat, ditambah aksinya menendangi krikil kecil disepanjang jalan. Lihatlah betapa menyedihkannya Byun Baekhyun.
"Aku mencintai Chanyeollie, tak peduli apapun kenyataannya! Sejauh apapun aku melangkah, aku akan tetap mencintainya"
Baekhyun adalah anak yang cengeng. Tapi ia tak pernah sama sekali menunjukkannya, Luhan dan eomma Byun saja hampir tidak pernah melihatnya menangis. Jongdae, Chanyeol dan bahkan seluruh penghuni sekolah ini, tak pernah satupun dari mereka yang pernah melihat Byun Baekhyun menangis. Anak itu selalu berlagak menjadi seseorang yang kuat, padahal ketika ia tengah seorang diri ia akan menangis sesegukan bahkan sampai ia tersedak sendiri.
"Apa aku benar-benar tidak bisa memiliki Chanyeol? Apa tidak bisa membuat Chanyeol jatuh cinta padaku? Kenapa? Kenapa tidak bi-"
Tuk
Baekhyun merasa agak terkejut dengan sebuah ban motor yang hampir saja menabraknya. Motor itu berhenti dihadapannya, ujung ban-nya bahkan sudah menyentuh lutut Baekhyun.
"Ini untukmu!"
Kepala Baekhyun terangkat dan dengan seketika senyumnya mengembang menyadari siapa lelaki dihadapannya. Ia seolah-olah tak peduli kalau beberapa detik yang lalu ia nampak menyedihkan dengan mata berkaca-kaca.
Ia raih susu kotak rasa strawberry yang Chanyeol sodorkan untuknya. Ia pandangi si pujaan hati dengan senyum merekah andalannya.
"Yeollie kembali untukku?"
"Tidak"
"Lalu? Lalu? Lalu kenapa Yeollie sekarang ada disini? Dan Yeollie memberikan Baekkie susu strawberry? Bagaimana Yeollie tahu kalau Baekkie suka su-"
"Berhenti bicara panjang lebar seperti itu Baekhyun!"
"A-oh maaf."
"Begitu lebih baik"
"Ngomong-ngomong, terimakasih susu-nya Yeollie~ Baekkie akan menyimpannya baik-baik"
"Aku memberikannya untuk kau minum! Bukan untuk kau simpan bodoh!"
"Baekkie akan tetap menyimpannya. Ini sudah lama sekali sejak Yeollie memberikan hadiah pada Baekkie. Itu sekitar...10 tahun yang lalu hehe"
Chanyeol agak tertegun karena Baekhyun masih mengingat hal itu. Hari dimana Chanyeol memberikannya sebuah kincir angin kertas buatannya sebagai hadiah ulang tahun untuk Baekhyun. Memang benar, Chanyeol juga ingat kalau kincir angin itu adalah hadiah terakhir yang ia berikan pada Baekhyun.
Itu sudah lama sekali, sejak keduanya masih berada disekolah dasar. Chanyeol ingat benar, bahkan ia rela bergadang sampai tengah malam hanya karena membuat kincir angin itu sebagai hadiah untuk Baekhyun dihari ulang tahun anak itu.
"Minum saja itu!"
"Tidak, nanti Baekkie tidak memiliki kenang-kenangan da-"
"Besok aku akan memberikannya lagi! Jangan menyimpannya! Kau akan terlihat seperti orang bodoh kalau menyimpan susu sebagai kenang-kenangan!"
"Janji? Yeollie akan memberikan Baekkie susu lagi besok?"
"Ck"
"Yasudah, Baekkie akan menurut pada suami Baekkie sekarang. Baekkie akan meminum susunya hehe"
"Terserah kau saja sialan. Cepat naik!"
"Hn?"
Chanyeol melemparkan helm-nya yang langsung diterima Baekhyun dengan ragu-ragu. Anak itu hanya memegangnya, menatapnya tanpa berniat memakainya. Chanyeol gemas melihatnya, bukan karena wajah menggemaskan Baekhyun yang nampak kebingungan, namun kebodohan anak itu yang membuatnya kesal.
"Berikan padaku!"
Dengan satu hentakan, Chanyeol merebut kembali helm ditangan Baekhyun. Ia tarik anak itu untuk mendekat, dan langsung saja ia pakaikan helm dikepala Baekhyun. Memakikan pengaitnya, bahkan Chanyeol sampai merapikan poni-poni Baekhyun yang nampak tak nyaman dikeningnya.
"C-chanyeollie"
"Su- a-ah maaf"
Senyum lebar bersemangat yang khas milik Baekhyun terlontar begitu saja. Chanyeol menyadari bahkan melihatnya. Ia juga merutuki sikapnya, merutuki kebodohannya hingga ia merasa jantungnya berdegup aneh.
"Cepat naik!"
"Ah, ne"
Motor besar itu langsung melaju tepat ketika Baekhyun baru saja duduk dan berpegangan diujung almamater Chanyeol. Motor itu berjalan cepat, dengan alasan sudah malam dan juga tak ingin Baekhyun masuk angin kata Chanyeol didalam hati.
'Kenapa aku mengkhawatirkannya? Sial'
.
.
.
"Terimakasih"
"Hn"
"Akhirnya~ Aku sudah mengharapkan ini sejak lama. Aku senang sekali hehe"
"Aku pergi"
"Aaaaa, terimakasih ya Chanyeollie. Hati-hati~ SALAM UNTUK EOMMA PARK!"
Baekhyun tak berniat sama sekali untuk berbalik dan segera masuk kedalam rumahnya. Ia masih setia memandangi Chanyeol, bahkan sampai Chanyeol menjauh dan hanya terlihat punggungnya yang mengecil Baekhyun masih diam diempatnya.
Namun, saat ia mendapati motor Chanyeol sudah berbelok dan menghilang, nafas putus asanya terdengar sangat menyedihkan. Tak ada senyuman konyol yang selalu dilontarkan apalagi tatapan bak seekor puppy yang menggemaskan. Baekhyun kini menunduk, berbalik dan berjalan tanpa jiwa memasuki rumahnya.
"Chanyeol memang tidak menyukaiku. Tapi aku menyukainya. Walaupun Chanyeol tidak menyukaiku, aku ak-"
"Baekhyun?"
Tak sampai satu detik. Baekhyun segera berbalik dengan antusias. Ia hafal benar siapa pemilik suara ini. Wajah murungnya entah sudah pergi kemana dan digantikan oleh senyum manis itu.
"Chanyeol? Kau...ing-"
"Aku...aku hanya ingin minta maaf padamu"
"Ng?"
"Karena membentak dan juga menjatuhkan kue-mu tadi"
"Oh itu"
"Hanya itu?"
"Apa?"
"Aku membuang ego-ku untuk minta maaf padamu, dan hanya itu jawabanmu? 'Oh itu' aku menyesal meng-"
"Ani ani ani! Aku hanya terkejut Yeollie~"
"Ck. Intinya aku minta maaf padamu"
"Tak apa. Baekkie selalu memaafkan Yeollie, jadi Yeollie tidak perlu merasa bersalah pada Baekkie. Bukankah pasangan suami istri harus sa-"
"Berhenti memgumpamakan dengan hal-hal berbau suami istri Baekhyun!"
"Memangnya kenapa? Baekkie menyukainya"
"Tapi aku tidak!"
Baekhyun mendengus, mempoutkan bibirnya dan memandang Chanyeol merajuk. Ia senang ketika menganggap Chanyeol adalah suaminya, rasanya menggemaskan ketika ia mengatakan 'suamiku' untuk Chanyeol. Baekhyun tak peduli kalau lelaki tinggi itu tak menyukainya, Baekhyun kan hanya ingin bersenang-senang, ia sangat menginginkan Chanyeol menjadi suaminya kelak. Lagipula, memangnya salah berharap seperti itu disaat Baekhyun sendiri sudah tak tahu lagi seberapa besar cintanya pada Chanyeol. Intinya, Baekhyun sangat mencintai Chanyeol dan berharap ia dan juga pujaan hatinya itu akan berakhir menjadi sepasang suami istri seperti apa yang ia harapkan.
"Sudah sana masuk kerumahmu! Ini sudah gelap dan udaranya dingin!"
"Kau menghkawatirkanku?"
"Tentu saja tidak bodoh! Aku hanya tak ingin berlama-lama denganmu. Ditambah udara dingin ini, aku tidak mau masuk angin!"
"Cium Baekkie dulu, baru Baekkie akan segera masuk kerumah"
"Persetan!"
"Yeollie~"
"Aku pergi!"
"Yeo-"
"Mungkin akan hujan nanti malam, kusarankan kau mandi dengan air hangat. Jangan lupa kenakan pakaian tebal kalau kau tak ingin masuk angin"
"Kau benar mengkhawatirkanku kan Yeollie?"
"Aku pergi sekarang!"
"HATI-HATI SAYANGKUUUUU~ AKU MENCINTAIMU! AKU SANGAT SANGAT MEN-"
"Baekhyun, apa yang kau lakukan diluar sayang?"
"Ah Eomma. Chanyeol baru saja mengantarku pulang hehe"
"Eoh Chanyeollie? Pantas saja kau senang sekali. Yasudah, ayo masuk. Diluar sudah mulai gerimis"
"Ne Eomma"
"Oh, didalam juga sudah ada Yifan hyung"
"A-ah, aku lupa kalau Yifan hyung ada disini"
Senyum Baekhyun nampak luntur tanpa Eomma Byun ketahui, anak itu murung. Bahkan Baekhyun kembali menundukkan kepalanya sampai tiba-tiba matanya mendapati sosok tinggi berwajah tampan yang ia kenal sudah berdiri dibalik pintu untuk menyambutnya.
"Yifan hyung~"
Dan senyum Baekhyun mengembang sebelum akhirnya ia memeluk lelaki tinggi itu. Rasanya menyesakkan, namun ia bisa apa? Ia hanya tak ingin membuat Eomma-nya dan juga lelaki tinggi itu merasa khawatir kalau melihat wajahnya nampak murung.
TBC
Sekedar mengisi waktu luang dan aku malah buat FF ini haha~ Semoga kalian suka hehe^^
Next?
Review juseyooo~
