"M-mommy.."
Kris Wu memandang Huang Zi Tao yang sedang merapikan kotak obat dengan pandangan aneh. Dan bocah kecil berambut hitam dengan alis tebal yang sedang memeluk boneka panda super besar itu juga ikut menatapnya penuh curiga. Seolah-olah Kris ini adalah om-om jahat yang suka menculik anak-anak.
"Wei shenme, qin ai?" tanya Zi Tao sembari mengusap surai kelam bocah itu sayang.
"Paman ini ciapa? Kenapa dia belada di lumah kita?" tanya Zi Fan, nama bocah tadi -kalau Kris tak salah ingat- dan memeluk kaki Zi Tao sembari memandang Kris takut-takut.
"Mommy menolong orang ini, qin ai.." jawab Zi Tao sembari tersenyum kecil. Ia kemudian mengangkat sang putra ke dalam gendongannya. "Mei guan xi. Dia tidak akan menyakitimu.."
"Peach.." Kris memanggil Zi Tao pelan. Pria berambut hitam kecokelatan itu lalu memegangi kepalanya yang mendadak terasa sakit.
"Hn.."
"Apakah aku sedang bermimpi sekarang?" tanya Kris dan kembali memandang Zi Tao yang tengah menggendong Zi Fan.
"Apa luka di kepalamu itu belum cukup untuk menunjukkan kau sedang berada di dunia sebelah mana, huh?"
"Aku serius brengsek!"
"Jaga mulutmu! Zi Fan belum pantas untuk mendengar kata-kata seperti itu, idiot!"
"…"
"…"
"…"
"Kenapa?"
"Apanya?"
"Kenapa kau diam saja?"
"Aku tidak tahu harus berkata apa-apa lagi. Mengetahui aku punya anak saja sudah membuatku hampir gila."
"Oh, baguslah."
"Maksudmu?"
"Berarti status kepemilikan Zi Fan mutlak menjadi hak dan kewajibanku."
"Mana bisa seperti itu? Zi Fan tetap anak yang berasal dari benihku."
"Tapi aku yang mengandung dan melahirkannya!"
"Dan jangan pernah lupakan jika aku yang menanam benihnya di tubuhmu!"
Zi Fan melihat adu mulut dua orang dewasa di hadapannya itu dengan kepala yang miring ke kiri dan juga mulut terbuka lebar. Siapa-pun pasti akan paham dengan kondisi bocah berusia hampir lima tahun itu. Bagaimana-pun juga dia masih anak kecil yang tak akan mengerti dengan kata-kata yang dilontarkan sang ibu dan orang asing di hadapannya sekarang.
"Ciapa yang mengandung, Mommy? Benih apa?" tanya bocah itu polos, membuat sang ibu kontan menutup telinga Zi Fan dan melayangkan tatapan tajam pada Kris.
"Lihat! Gara-gara ulahmu dia sudah terkontaminasi dengan hal-hal yang belum pantas dia dengar!" sentak Zi Tao masih memandang Kris galak.
Kris mengerutkan keningnya sehingga kedua alisnya bertaut. Kenapa hanya dia yang disalahkan?
Brak
Baik Kris, Zi Tao, maupun Zi Fan segera menolehkan kepala mereka ketika pintu rumah Zi Tao dibuka secara paksa dari luar. Dan setelah itu mereka bertiga langsung mendapati sesosok pemuda jangkung berkulit seputih susu berambut cokelat gelap sedang berdiri di ambang pintu sebelum akhirnya ia berlari secara terburu-buru mendekati Zi Tao.
"Babaaa!" teriak Zi Fan senang, dan langsung meloncat turun dari gendongan Zi Tao untuk memeluk pemuda tadi.
Kris yang mendengar Zi Fan memanggil pemuda itu dengan sebutan 'baba' membuatnya sedikit kaget dan juga penasaran.
"Zi Tao! Kau baik-baik saja 'kan?" tanya pemuda itu, sembari memeriksa tubuh Zi Tao dengan teliti. "Ku dengar kau terluka." lanjutnya sembari memeriksa kembali Zi Tao.
"Aku tidak apa-apa Shi Xun.." ucap Zi Tao dan tersenyum kecil. Membuat Kris yang melihat senyum Zi Tao itu mendengus kesal.
Pemuda bernama asli Oh Sehun -dalam bahasa Korea- itu akhirnya tersenyum dan bisa bernafas dengan lega. Setidaknya ia tahu jika kondisi Zi Tao sekarang baik-baik saja.
"Oh ya, Shi Xun ini Kris. Kris, ini Wu Shi Xun." ucap Zi Tao mulai memperkenalkan mereka berdua. Zi Tao kemudian menatap Kris dengan pandangan yang sukar dibaca. Ia menggigit bagian bibir bawahnya cukup lama, sebelum akhirnya ia kembali berucap lirih.
"Dan Shi Xun ini, dia adalah calon suamiku.."
Dan kata-kata Zi Tao barusan, sukses membuat Kris yang awalnya memandang tanpa minat ke arah Sehun langsung membelalakkan matanya kaget.
.
[SEKUEL – Traitor]
.
"How to Save a Family – Series 1"
.
Disclaimer: Semua yang ada di sini, mutlak milik Tuhan Yang Maha Kuasa
.
Author: autumnpanda
.
Rated: T
.
Genres: Romance, Hurt/Comfort, Drama, Family
.
Length: 1 of 2 [Twoshot]
.
Casts: Wu Yi Fan (Kris), Huang Zi Tao (Zi Tao), Wu Shi Xun (Shi Xun/Sehun) slight others
.
Warnings: Yaoi, Boys Love, ManXMan, Typo, Misstypo, Bad Words, Male Pregnancy, Weird, Strange, Sinetron(?) abis, and so'on *smirk*
.
Happy reading :D
.
"K-kau, tidak bercanda 'kan peach?" tanya Kris setelah akhirnya ia bisa menangkap kata-kata yang dilontarkan oleh Zi Tao. Ia yakin tak ada yang salah dengan indera pendengarnya. Ia hanya, ingin memastikan saja.
Dan berharap jika itu semua hanya bualan Zi Tao belaka.
"Bercanda?"
"Tentang dia yang akan menjadi 'calon suamimu'.."
"…"
"Kau, tidak serius 'kan?"
Bodoh! Bodoh kau Kris! Kenapa kau menanyakan hal yang sudah jelas apa jawabannya, huh? Bukankah tadi Zi Tao sendiri yang bilang jika pemuda itu memang-lah calon suaminya? Bahkan puteramu saja memanggilnya 'baba'. Apa lagi yang harus kau ragukan?
"Maaf.." ucap Sehun tiba-tiba, memotong pembicaraan Kris dan Zi Tao yang sepertinya akan semakin alot. "Sebaiknya aku mengajak Zi Fan keluar saja, agar kalian berdua lebih leluasa untuk berbicara. Dan jika obrolan kalian sudah selesai, aku ingin kau menemuiku Zi Tao-hyung." lanjut pemuda itu dan mulai membawa Zi Fan keluar dari dalam rumah.
Zi Tao mengangguk kecil menyetujui kata-kata Sehun. Membuatnya saat ini hanya tinggal berdua saja dengan Kris di ruang tengah rumahnya.
"Kau mendengarnya dengan sangat baik Kris-ge.." ucap Zi Tao lirih, tanpa berani menatap langsung kedua iris kelam Kris.
"Tapi kenapa?"
"…"
"Kenapa kau melakukannya padaku?"
Zi Tao tersentak kaget. Pertanyaan Kris itu membuatnya teringat akan pertanyaan Kris lima tahun yang lalu. Pertanyaan yang sama, yang pernah Kris lontarkan untuknya.
"Zi Fan membutuhkan sosok ayah, Kris-ge.."
"…"
"…"
"Kenapa kau tidak mau menungguku, peach?"
"…"
"Aku hanya memilikimu di dunia ini.."
Zi Tao menundukkan kepalanya saat ia tak kuasa lagi untuk menjawab maupun membalas kata-kata Kris. Pemuda itu kemudian mengusap sebelah matanya yang telah basah. Kata-kata Kris itu sukses menohok hatinya dengan telak. Menunjukkan betapa egoisnya seorang Huang Zi Tao.
Kris hanya memiliki dirinya. Sedangkan dia.. dia masih bisa memiliki pria itu dan juga memiliki Zi Fan.
"Peach.."
Zi Tao mendongak, dan menatap Kris sembari tersenyum kecil. Ia perlahan mulai beranjak berdiri dan bersiap untuk pergi meninggalkan Kris.
"Istirahatlah gege. Aku akan menemui Shi Xun dan Zi Fan.." ucap Zi Tao kemudian, dan setelah itu ia akhirnya benar-benar pergi keluar rumah. Meninggalkan sosok Kris yang masih termenung di dalam sana.
"Tak seharusnya kau mengatakan hal ini pada Kris, hyung.." desis Sehun lirih, dan memandang Zi Tao yang sedang memangku Zi Fan berusaha menidurkan bocah tampan itu.
Mereka berdua -bertiga sebenarnya-, sekarang ini tengah menikmati udara malam di salah satu bangku di taman kota yang berada tak jauh dari rumah Zi Tao. Dan memulai pembicaraan mereka dengan sosok Kris sebagai objeknya.
"Semuanya keluar dengan begitu saja dari bibirku, Shi Xun.." balas Zi Tao pelan, sembari mengusap kepala putera semata wayangnya itu sayang. "Aku sendiri tidak megerti kenapa bisa berkata seperti itu padanya." Sehun yang mendengar penuturan Zi Tao tersenyum tipis, dan ikut mengusap helaian kelam Zi Fan.
"Aku paham perasaanmu, hyung. Tapi aku juga kasihan dengan Kris." ucap Sehun kemudian, membuat Zi Tao ganti menatapnya seolah bertanya 'kenapa'.
Sehun kembali tersenyum kecil. Pemuda tampan itu kemudian meraih jemari Zi Tao dan menggenggamnya erat.
"Aku bisa melihatnya dengan jelas, jika dia masih mencintaimu." ucap Sehun. "Dia menginginkanmu kembali, hyung.." lanjutnya.
Zi Tao lalu menunduk resah, tak tahu harus menjawab apa.
Huang Zi Tao melangkah perlahan ketika ia membawa Zi Fan masuk ke dalam kamar bocah itu. Sehun sudah lima menit yang lalu pulang setelah ia mengantarnya kembali ke rumah ketika acara 'mengobrol'nya di taman kota tadi telah usai.
Pemuda itu kemudian mematikan saklar lampu kamar Zi Fan, dan menutup pintu kamar puteranya, sebelum akhirnya ia mulai beranjak keluar dari kamar dan berniat untuk mencari sosok Kris.
Cklek
"Kris-ge.."
Ia memanggil nama si pria jangkung itu pelan, sembari membuka satu-persatu pintu ruangan rumahnya. Ia sudah mencari di dapur, di kamar mandi, dan di halaman belakang. Namun hasilnya tetap nihil, Zi Tao tak menemukan Kris dimana-pun.
Zi Tao lalu menarik nafas panjang. Sedikit kecewa karena mengira Kris telah pergi. Ia-pun kemudian berniat untuk memasuki kamarnya yang berada di depan kamar Zi Fan, dan betapa kagetnya dia saat ia malah mendapati sosok jangkung Kris sedang duduk di atas ranjangnya sembari melihat sebuah album foto.
"Kau.. ternyata di sini." desah Zi Tao lega, dan mulai berjalan mendekati Kris.
"Aku melihat foto-foto kalian.." ujar Kris sembari menunjukkan sebuah foto dimana sosok Zi Tao sedang memeluk makhluk super mungil berwarna kemerahan di dadanya. Wajah Zi Tao tampak pucat di foto itu, tapi tak akan pernah bisa menutupi ekspresi bahagia di raut wajahnya.
"Foto itu diambil ketika Zi Fan baru saja lahir.." ujar Zi Tao memberi tahu Kris. "Dia lahir premature, empat hari sebelum kau berulang tahun."
Kris tersenyum pahit, dan mengusap foto itu dengan haru.
"Kau pasti merasa kecewa karena aku tak bisa menemanimu di sana, peach." ujar Kris dan mulai melihat foto-foto yang lain. Kali ini foto sesosok bayi yang sedang berada di dalam incubator.
"Kami baik-baik saja gege.."
"…"
"…"
"Aku.. bukan ayah yang baik ya?" tanya Kris dan kembali tersenyum kecil meski ada gurat kecewa di wajah tampannya itu, membuat Zi Tao menggigit kecil bibirnya tak mampu menjawab. Pria jangkung kemudian menutup album foto milik Zi Tao, dan perlahan mulai bangkit berdiri.
"…"
"…"
"Kau mau kemana?" tanya Zi Tao pelan dan memandang Kris yang mulai melangkahkan kakinya.
"Aku harus pergi, peach.."
Deg
Kata-kata itu..
"Aku tidak mungkin merusak kebahagiaanmu bersama Zi Fan dan Shi Xun."
'Tidak, jangan pergi! Jangan tinggalkan aku..'
"Pergilah.."
'Tidak! Bukan ini yang ingin aku katakan! Mulut bodoh!'
"…"
"..pergilah dan tinggalkan aku selama yang kau mau gege."
'Oh, tidak! Aku tidak bermaksud seperti itu..'
GREB
"You are not good liar, peach.."
Zi Tao tersentak kecil, ketika ia merasakan ada sepasang lengan kekar yang melingkari tubuhnya erat. Ia tanpa sadar telah meneteskan bulir-bulir air mata, dan menangis dalam diam. Pemuda dengan kantung mata yang menyerupai panda itu semakin terisak keras saat Kris malah semakin mempererat pelukannya.
"Pergilah, Kris! Pergilah jika dengan begitu aku bisa menunggu untuk kembali mencintaimu.. Pergilah.."
Huang Zi Tao menangis lirih, dan balas memeluk lengan Kris yang memeluk tubuhnya tak kalah erat. Dia tak sungguh-sungguh menyuruh Kris pergi. Dia tak ingin Kris meninggalkannya. Tapi dia juga tak mampu untuk mengatakan itu semua.
"Peach, jangan menangis.."
"Aku tidak menangis, brengsek!"
"Tapi matamu basah, sayang.."
"Diam kau!"
Kris tersenyum kecil melihat tingkah kekanakan Zi Tao. Pria itu lalu membalik tubuh Zi Tao secara perlahan, membuat pemuda itu menghadap ke arahnya dan memandangnya menggunakan kedua mata pandanya yang basah.
"Aku merindukanmu peach.." bisik Kris lirih, sembari mendekatkan wajahnya ke arah Zi Tao.
Cup
Pria itu secara perlahan mulai mengecup bibir Zi Tao lembut, dan kembali memeluk tubuh mungil itu menggunakan kedua lengannya. Menempelkan tubuh mereka berdua, seolah tak ingin melepaskan Zi Tao barang sedetik-pun.
Cup
Cup
Awalnya kecupan itu ringan. Tapi setelah itu Zi Tao tidak tahu sejak kapan Kris merubah kecupan itu menjadi lumatan kasar dan ciuman yang menuntut. Ia juga tidak tahu, sejak kapan Kris mendorong tubuhnya ke atas permukaan ranjang sembari melucuti satu persatu pakaian yang mereka kenakan.
Memaksa Zi Tao untuk menyerahkan kembali apa yang pernah Kris miliki.
"Aku merindukanmu Huang Zi Tao.."
Cup
Cup
"Aku merindukanmu.."
Cup
"Sangat merindukanmu.."
Cup
Cup
Cup
Mereka bergumul dengan hebat malam itu. Mereka saling melumat dan menggigit dengan kasar. Saling menikmati tubuh masing-masing dan kembali mengingat sensasi sebuah kejadian yang pernah mereka lalui lima tahun silam. Melupakan sejenak akan status dan juga masalah yang akan mereka hadapi setelah ini.
"Nghh, Kris.."
Cup
"Benar-benar merindukanmu, peach.."
Cup
Cup
Kris tersenyum simpul ketika ia merasakan tubuh Zi Tao bergetar pelan di pelukannya. Ia lalu meraih jemari Zi Tao dan menggenggamnya lemah, sebelum akhirnya ia kecup dengan lembut.
Memperlakukannya sehati-hati mungkin seolah Zi Tao adalah setangkai mawar yang mudah layu. Seolah Zi Tao adalah sebongkah kristal yang mudah pecah.
Kris hanya ingin menunjukkan betapa ia begitu merindukan cinta dari pemuda di hadapannya itu. Dan Zi Tao, ia ingin merasakan kembali betapa ia membutuhkan sentuhan pria yang kini memeluk tubuhnya erat.
Puk
"Kris.."
Satu tepukan pelan di pipi, dan Kris masih belum mau membuka kedua iris kelamnya.
Puk
Puk
"Kris, ayo bangun.."
Dua tepukan, dan Kris hanya mengerang pelan.
Pria itu mengerutkan alisnya sebentar, baru kemudian ia membuka secara perlahan kelopak matanya dan memandang Zi Tao yang sibuk mengancingkan kemejanya di tepi ranjang.
"Morning peach.."
Kris berbisik lirih, dan mulai melingkarkan sebelah lengannya di perut Zi Tao sembari mengecup pelan pipi sang pemuda panda. Membuat Zi Tao yang terkejut akan tingkah tiba-tiba Kris tanpa sadar menepis lengan Kris pelan dan segera bangkit untuk memunguti pakaian-pakaian mereka yang berserakan di lantai kamarnya.
"Cepat mandi dan bantu Zi Fan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.." ucap Zi Tao sembari menyerahkan pakaian milik Kris.
Kris yang tak mengerti akan maksud kata-kata Zi Tao hanya mengernyit bingung, meskipun akhirnya ia tetap menuruti perintah Zi Tao yang menyuruhnya untuk mandi.
"Apa maksudmu dengan menyuruhku membantu dia bersiap-siap ke sekolah? Memang kau mau kemana?" tanya Kris yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan selembar handuk yang melingkar di area pinggang hingga lutut miliknya. Ia kemudian berjalan menghampiri Zi Tao yang berada di ruang makan, dan tampak sibuk memakaikan seragam di tubuh kecil Zi Fan.
"Aku harus mengantarkan murid-murid sekolah Zi Fan yang akan bertanding wushu hari ini.." ucap Zi Tao yang sekarang sedang sibuk mengikatkan dasi di kerah kemeja Zi Fan. "..mereka harus ditemani guru pendamping. Dan pihak sekolah menyuruhku untuk melakukannya, sebagai pengganti Min Shuo lao shi yang izin sakit."
"Kau sekarang seorang guru?" tanya Kris dan memandang Zi Tao sedikit tak percaya.
"Guru wushu.. Gajinya memang tak seberapa, tapi cukup untuk makan kami sehari-hari." Zi Tao menepuk-nepuk pelan pundak Zi Fan, berusaha membuat seragam bocah itu lebih rapi. Ia kemudian berbalik dan menatap Kris kaget.
"Err, dan bisakah kau segera memakai pakaian Kris-ge? Itu bukan contoh yang baik untuk Zi Fan omong-omong." ujar Zi Tao sembari melirik Kris yang masih separuh naked, dengan bagian dada bidangnya yang masih basah.
"Pakaian yang kupakai semalam kotor semua. Aku tidak memiliki pakaian lain selain itu." ucap Kris sembari mengambil sebuah apel dari atas meja dan menggigitnya sedikit.
"Kau bisa mengambil baju milikku di lemari.."
"Pakaianmu pasti tidak ada yang muat di tubuhku."
"Kalau begitu cari yang paling muat! Sudah, jangan protes lagi! Sekarang cepat ganti baju dan buatkan Zi Fan sarapan." sentak Zi Tao pada Kris dan mulai menarik pipi puteranya untuk ia kecup dengan kilat. "Mommy berangkat dulu ya qin ai. Jangan nakal selama mommy tidak ada."
"Iya mommy.."
"Aku akan membelikanmu beberapa pakaian setelah aku pulang nanti." ucap Zi Tao dan menatap Kris. "Dan tolong jaga Zi Fan baik-baik. Qin ai, jaga dirimu ya? Jangan jajan sembarangan di sekolah! Mengerti?"
Zi Fan hanya mengangguk kecil dan balas mengecup pipi sang ibu. Ia kemudian mengantar Zi Tao sampai ke depan rumah dan segera menutup pintunya setelah tubuh Zi Tao menghilang dari pandangan.
"Cekalang caatnya paman membuatkanku calapan. Kalau tidak, aku akan bilang pada mommy kalau paman menelantalkanku." ancam Zi Fan sembari menunjuk Kris menggunakan telunjuk mungilnya. Ia menatap Kris tajam dengan kedua alis tebalnya yang bertaut. Sedang bibir kucingnya itu mengerucut dengan sangat imut. Benar-benar perpaduan Kris dan Zi Tao yang sempurna.
"Aku mengerti, aku mengerti." desah Kris dan segera menuruti kemauan bocah itu.
"Jadi ini sekolahmu ya?" tanya Kris yang sedang menggenggam sebelah tangan Zi Fan sembari mengedarkan pandangan matanya pada sebuah bangunan bercat warna-warni di depannya sekarang.
Zi Fan mengangguk riang, dan segera menyeret Kris untuk memasuki kawasan sekolah Taman Kanak-kanak itu sembari berlari kecil.
"Luhan-mama! Yicing-lao chi!" teriak Zi Fan dan segera berlari menghampiri dua sosok guru yang tengah berdiri di depan pintu kelas, menunggu para murid-murid tiba.
"Selamat pagi Zi Fan. Kau sudah mengerjakan pe-er semalam?" tanya salah seorang guru dengan sebuah dimple manis di pipi kanannya.
"Cudaaah! Cepulang cekolah kemalin mommy membantuku mengeljakannya lao chi." ujar Zi Fan sembari tersenyum bangga.
"Lalu, siapa paman ini Zi Fan? Dia teman mommy-mu?" tanya guru yang lain, dan memandang Kris dengan dua mata besarnya.
Zi Fan mendongakkan kepala kecilnya, dan menatap pria yang tengah berdiri sembari menggenggam tangannya dengan pandangan bingung.
"Kemalin paman ini tubuhnya telluka. Mommy menolongnya dan menyuluh olang ini menginap di lumah cemalam."
"Begitu?"
"Iya, dan cetelah itu dia tidul belcama mommy."
"Uhuk!"
Dua sosok guru itu kontan memandang Kris yang terbatuk dengan pandangan kaget. Guru yang memiliki lesung pipit di salah satu pipi-nya itu segera menghampiri Kris dan menepuk-nepuk pelan punggung besar pria tampan itu.
"Kau baik-baik saja?"
Kris mengangguk kecil, dan sesekali mengaduh sakit ketika guru tadi menepuk punggungnya yang masih terluka akibat kecelakaan kemarin sore cukup keras.
"Ah, dui bu qi.."
"Mei guan xi."
"Mau mengobrol sebentar di kantin sekolah?"
"Huh?"
"Sebentar saja.."
"Baik. Hanya sebentar."
"Uhm, well, aku akan membawa Zi Fan masuk kelas kalau begitu." ucap guru berwajah manis dan bermata besar itu sembari menggandeng lengan Zi Fan sayang. Tak lama kemudian ia mulai memasuki sebuah ruangan kelas dimana banyak anak-anak seusia Zi Fan yang sibuk bermain dan berceloteh riang.
"Ji Pan! Ji Pan! Ciapa olang tampan yang mengantalmu itu?"
"Dia pangelan dali negeli mana?"
"Ji Paaan, kenalkan kami padanya ya? Ya?"
Zi Fan mendengus kecil melihat ulah beberapa gadis cilik di kelasnya yang tiba-tiba menghampiri dan mengerumuninya. Bocah itu kemudian menoleh, dan memandang Kris yang mulai berjalan bersama Yixing-lao shi dengan pandangan sebal.
Datang bersama paman asing itu sepertinya bukan ide yang bagus jika gara-gara hal tersebut bisa menyebabkan kepopulerannya turun drastis. Begitu pikirnya.
"Jadi kau ayah biologis dari Zi Fan?" tanya Yixing untuk yang ke-sekian kalinya membuat Kris mengangguk canggung. Guru itu kemudian memandang Kris tanpa berkedip, dan meneliti wajah tampan pria di depannya itu dengan seksama.
"Hn."
"Oh, pantas saja kalian berdua mirip. Alis tebal dan mata tajam kalian berdua sama persis."
"Hn.."
"Kau baik sekali mau mengantar Zi Fan ke sekolah.."
"Hn."
"Ku dengar kau baru datang dari Hongkong? Apa itu benar?"
"Hn."
"Kau pasti masih lelah. Apalagi kau baru saja mengalami kecelakaan."
"Hn."
Yixing tersenyum kecil ketika dia kembali memandangi sosok Kris yang kini duduk di hadapannya itu. Zi Tao benar, orang ini rupanya tak banyak bicara. Dan Yixing bisa merasakan sensasi berbicara dengan patung ketika ia berinteraksi dengan Kris.
"Ternyata kalian di sini.." pekik suara Sehun dari arah belakang, membuat Yixing dan Kris mengalihkan pandangan mereka pada sosok pemuda berkulit seputih susu itu.
Oh Sehun sedikit berlari ketika ia menghampiri salah satu rekan kerjanya tersebut. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya ke arah Yixing dan menyapanya ramah sebelum akhirnya menatap Kris sejenak.
"Zi Tao sudah menunggumu di rumah." ucap Sehun sembari tersenyum tipis. "Dia bilang kau harus mengganti perbanmu dan menyuruhmu untuk lebih banyak beristirahat."
Kris yang mendengar kata-kata Sehun hanya memandang pemuda itu dengan tatapan yang sukar dicerna. Ingin sekali ia berteriak 'apa pedulimu?' pada pemuda itu. Tapi mengingat jika Zi Tao-lah yang menyuruhnya, tentu ia langsung mengurungkan niatnya tersebut. Ia kemudian melipat tangannya di depan dada, dan memasang wajah angkuh ketika Sehun mulai menarik lengannya, meminta Kris untuk berdiri.
"Jangan menyentuhku puppy.." sentak Kris sembari menatap Sehun tajam. Pria itu lalu menepis tangan Sehun yang berusaha menyentuhnya dan kemudian beranjak berdiri.
Kris harus mengatakan sesuatu pada Zi Tao setelah ini.
Harus.
"Kalau begitu Zi Fan kau yang urus." ketus Kris kemudian, membuat Sehun mengangguk kecil.
"Kau tenang saja. Biar aku yang mengantar Zi Fan pulang nanti."
"Hn."
Yixing dan Sehun lalu memandang kepergian Kris dengan tatapan yang berbeda-beda. Tak lama kemudian mereka berdua-pun saling beradu pandang satu sama lain dan hanya mengangkat bahu mereka lemah saat mereka tak tahu apa yang harus mereka katakan lagi.
"Aku tidak peduli Shi Xun calon suami-mu atau bukan, tapi yang jelas dia orang lain dalam hubungan kita peach.." ucap Kris sembari memandang Zi Tao yang secara hati-hati mulai melepas perban di dahinya dan berniat untuk menggantinya dengan yang baru.
"Hubungan apa yang kau maksud, ge?" tanya Zi Tao sembari mengoleskan cairan anti septic pada bekas luka di dahi Kris. Mencegah agar luka itu tak menimbulkan infeksi. "Hubungan kita tak lebih dari sekedar orang tua kandung Zi Fan."
"…"
"…"
"…"
Kris terdiam, membenarkan kata-kata Zi Tao.
"Kita sama sekali tak terikat oleh apa-pun Kris-ge.."
"…"
Kris membisu.
Zi Tao benar. Pemuda itu memang benar.
"Aku bukan milikmu lagi Wufan-ge.. Tidak lagi.." ucap Zi Tao sembari menundukkan kepalanya dalam.
Pemuda itu sekarang berusaha mengalihkan perhatian dengan cara menyibukkan diri dengan kotak obatnya. Berusaha tak membuat Kris tahu betapa sakitnya dia telah berkata sekeji itu terhadap pria tersebut.
"Tapi aku mencintaimu, brengsek.."
Deg
Deg
"Dan aku tahu jika kau tidak mencintai Shi Xun. Kau hanya ingin membohongi perasaanmu sendiri!"
Sekarang kata-kata Kris yang benar.
Zi Tao memang tidak mencintai Oh Sehun. Sama sekali tidak pernah.
"Peach.."
Kris memanggil pelan. Dan berusaha merengkuh tubuh Zi Tao yang sedang berdiri membelakanginya.
"Kumohon batalkan pertunanganmu dengan Shi Xun." pinta Kris penuh harap, ketika ia mulai berhasil menggenggam erat jemari Zi Tao.
"Batalkan pertunanganmu dan menikahlah denganku, peach.."
Deg
Deg
Deg
"…"
"…"
"S-shenme?"
Zi Tao otomatis terkejut mendengar kata-kata Kris barusan. Bukan 'kah ini berarti, Kris sedang melamarnya?
"Mommy, mau menikah dengan ciapa?" tanya sebuah suara tiba-tiba. Membuat keheningan yang tadi menyelimuti Kris serta Zi Tao buyar seketika.
Huang Zi Tao kemudian menolehkan kepalanya ke arah suara tadi berasal. Dan betapa kagetnya dia ketika melihat sosok Sehun yang sedang berdiri di ambang pintu sembari menggandeng tangan Zi Fan, sedang menatap ke arahnya dan juga Kris dalam.
Oh Sehun kemudian menyunggingkan sebuah senyum tipis, dan mulai melangkahkan kakinya menjauh.
"Lebih baik selesaikan dulu masalah kalian berdua.." ucap Sehun sembari mengajak Zi Fan pergi. Membuat Zi Tao kemudian memanggil nama Cina pemuda itu keras-keras.
"Shi Xun!"
Huang Zi Tao kemudian mulai berlari mengejar kepergian Sehun. Meninggalkan kembali sosok Kris yang sekarang sedang mengepalkan buku jarinya hingga memutih.
"Shi Xun!"
"Zi Tao-hyung? Kenapa malah ke sini?"
Merasa namanya dipanggil dengan sangat keras membuat Sehun segera membalikkan tubuhnya menghadap Zi Tao. Pemuda asli Korea itu tersenyum kecil ketika ia melihat Zi Tao berlari ke arahnya dan langsung memeluk tubuhnya erat.
"Shi Xun, a-aku.."
"…"
"Aku, a-aku masih mencintainya.."
Oh Sehun menganggukkan kepalanya sekilas, dan mulai mengusap punggung Zi Tao yang bergetar di pelukannya.
"Aku masih mencintai Kris, Shi Xun.. Aku masih mencintainya.."
Zi Tao berucap lirih, sembari meremas kemeja Sehun berusaha meredam suara isak tangisnya.
"Aku tahu.." balas Sehun ketika ia melepaskan pelukannya pada tubuh Zi Tao sejenak. "Karena itu menikahlah dengannya."
Sehun kembali memamerkan senyuman miliknya ketika Zi Tao menatapnya tak percaya. Dia tak bisa berkata-kata apapun lagi untuk menunjukkan betapa bahagianya dia sekarang. Dan karena saking bahagianya, Zi Tao-pun kembali memeluk tubuh Sehun erat. Membuat Sehun balas memeluk tubuh pemuda itu tak kalah erat.
Greb
"Xie xie Shi Xun.. Terima kasih banyak.."
"Sama-sama hyung.."
Tapi kebahagiaan yang Zi Tao rasakan saat itu mendadak mulai menguap. Ketika suara pekikan nyaring Zi Fan tiba-tiba menghantam indera pendengarannya keras.
"Mommy! Mommy! Paman yang cemalam menginap di lumah kita, balu caja teltablak mobil di cebelang cana!"
"Mwo?"
"HAH?"
Sukses membuat Sehun dan Zi Tao ikut memekik kaget, sembari melihat ke arah jalan dimana Zi Fan tadi katakan dan langsung mendapati sekumpulan orang-orang yang mengerumuni sesosok tubuh seseorang yang mereka kenal.
"KRIS!"
"Nghh.."
Sepasang iris obsidian Kris telah terbuka sepenuhnya sekarang. Membuat pria itu sedikit mengerang kecil ketika bias cahaya lampu sebuah ruangan yang berwarna serba putih -yang ia yakini sebagai rumah sakit atau klinik- kontan masuk ke indera penglihatannya.
Kris kemudian mengedarkan pandangan matanya ke sudut kamar tempat ia kini di rawat, dan mendapati sosok Sehun yang tengah tertidur sembari memeluk tubuh seseorang. Tapi anehnya, itu bukan tubuh Zi Tao.
Yah, walaupun ia juga tak mengharapkan hal itu terjadi sih.
"Lama cekali kau bangun, dad.."
Gerutuan suara mungil Zi Fan itu sontak membuat Kris terkejut, dan mulai memandang bocah yang hampir berusia lima tahun itu dengang pandangan tak yakin.
"Cepeltinya kau cama cekali tidak bica aklab dengan kendalaan yang belnama mobil itu."
"A-apa?" tanya Kris dan menatap Zi Fan sekali lagi.
"Apanya yang apa?" tanya Zi Fan balik, dan mengerucutkan bibir kucingnya imut.
"K-kau, kau tadi memanggilku apa? Dad? Daddy?"
Zi Fan kembali merengut kecil, ingin sekali ia mencubit atau -kalau bisa- menggigit tangan sang ayah itu keras-keras.
"Kenapa? Memangnya tidak boleh? Kau kan memang daddy-ku!" gerutu Zi Fan sembari memegangi kepalanya, bertingkah sok seperti orang dewasa. "Haaah mimpi apa aku cemalam bica punya daddy belmuka mecum, macam makhluk belkaki panjang ini." keluh Zi Fan kemudian, membuat Kris menatap bocah itu lama.
Sadar dipandangi sedemikian rupa oleh Kris, membuat Zi Fan sedikit-banyak merasa aneh juga akan sikap Kris.
"W-wei chenme?" tanya Zi Fan takut-takut, dan mulai memundurkan tubuhnya menjauhi Kris.
Kris perlahan menaikkan sudut-sudut bibirnya ke atas, dan membuka sedikit lebar kedua tangannya. Berharap agar Zi Fan mau memeluk tubuhnya walau hanya sebentar.
"Bolehkah aku memelukmu, Zi Fan?" tanya Kris kemudian, membuat Zi Fan ganti menatapnya lama.
"B-boleh kok. Kenapa tidak?" ujar Zi Fan dan mulai berjalan menghampiri Kris, lalu memeluk tubuh besar pria itu secara hati-hati mengingat sang ayah baru saja sadar dari pingsannya.
Kris tentu saja langsung memeluk erat tubuh mungil putera kandungnya itu. Merasa sedikit haru ketika akhirnya ia bisa merengkuh hangat darah dagingnya sendiri.
"Maaf aku tidak bisa menjagamu dan mommy-mu dengan baik.." bisik Kris lirih, sembari mengecup dahi Zi Fan pelan. "Tapi kau harus tahu sesuatu Zi Fan. Sampai kapan-pun aku pasti tetap menyayangi kalian berdua." lanjut Kris kemudian, membuat Zi Fan dan Kris semakin mempererat pelukan mereka.
"Wo ai ni dear.."
"Wo ye ai ni daddy.."
Kris lalu memejamkan kedua matanya sejenak. Berusaha meresapi kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Pria itu kemudian mengecup kening Zi Fan sekilas, dan melayangkan pandangan matanya ke arah Zi Tao yang ternyata sudah berada di hadapannya serta Zi Fan. Tengah menangis dalam diam.
"Peach, kemarilah.." panggil Kris seolah mengajak Zi Tao utuk ikut bergabung dengannya dan juga Zi Fan. Membuat Zi Tao segera berhambur memeluk dua laki-laki yang sangat ia cintai itu.
Tak menyadari jika ada dua pasang mata lain yang tengah memperhatikan mereka berdua.
"Pemandangan yang bagus 'kan Lu?"
"U-huh.. benar-benar seperti keluarga bahagia. Kau setuju 'kan Hun?"
"Hm, semoga saja kita juga bisa seperti mereka."
"Maksudmu?"
"Ah, amudo aniya. Lupakan saja."
"Kau bicara apa sih?"
"Tidak, bukan apa-apa."
"Aish! Wu Shi Xun! Awas saja kau!"
How to Save a Family – Series 1
FIN
Bersedia memberi kritik dan saran? :)
Terima kasih sudah mampir (^o^)
Sampai jumpa di series depan (^^)/
