Disclaimer: Masashi Kishimoto
Rated: T
Genre: Romance
Chapter 1
Normal POV
Hinata Hyuuga nama gadis itu. Gadis dengan surai indigo panjang yang selalu terlihat sendirian. Seperti saat ini misalnya, saat para teman-teman sekelasnya asik bersenda gurau satu sama lain menikmati waktu istirahat mereka, hanya Hinata yang terdiam sendiri, menunduk dan tidak melakukan apa-apa bahkan untuk berdiri keluar kelas atau merenggangkan tubuhnya setelah beberapa jam duduk mendengarkan penjelasan gurunya.
"Eh lihat,Hyuuga aneh itu. Apa tidak ada posisi lain? Menunduk begitu. Rambut panjangnya terurai ke depan sebagian lagi. Dia itu manusia atau hantu sih?"
Percakapan seperti itu sudah sering terdengar di kelas 12-3, kelas Hinata tentu saja. Tidak dengar? Tentu saja Hinata mendengarnya dengan jelas. Tapi jangankan membalas, menatap orang lain saja rasanya sangat sulit untuk seorang Hinata.
Selama 3 tahun lamanya Hinata seolah terbiasa mendengar perkataan yang dengan jelas menjelaskan kalau Hinata tak lebih dari 'anak aneh ' di sekolahnya yang mungkin bahkan tidak d anggap sama sekali keberadaannya. 3 tahun? Ya baru setelah Hinata masuk SMA, sifat pendiamnya semakin menjadi dan membuatnya tidak memiliki teman satu pun.
Alasannya?
Tidak, belum saatnya kalian tahu apa alasannya. Yang jelas bagaimana kehidupan Hinata di masa SMA-nya yang suram itu dan kejadian yang sebentar lagi akan terjadilah yang akan membantu kalian mengerti bagaimana masa lalu Hinata dan apa alasan dari perubahan drastis Hinata.
TENG TENG
Suara bel masuk membuat beberapa anak mengaduh kesal, rasanya belum sempat mereka istirahat sejenak namun harus kembali duduk diam mendengarkan guru mereka lagi. Hingga kelas yang tadinya lenggang kini kembali terisi penuh murid kembali. Tetapi ada sesuatu yang berbeda kali ini. Bukan guru tua yang masuk melainkan seorang pemuda tampan dengan kemeja panjang yang datang.
Guru magang.
Sangat jarang sekali ada guru magang yang ditempatkan sendirian dalam kelas di SMA Konoha. SMA Konoha yang memang hanya diisi oleh anak sangat kaya atau anak yang luar biasa pintar tersebut tentu sangat selektif memilih guru. Jadilah SMA itu dipenuhi guru-guru tua yang dianggap sudah sangat berpengalaman dalam hal mengajar. Kedatangan guru muda dan tampan tentu membuat semua mata memandang guru itu dengan tatapan berbinar. Baik siswi maupun siswanya menunjukkan ekspresi senang dan lega akhirnya mereka tak perlu berhadapan dengan guru tua selama menimbah ilmu disana.
"Selamat siang semuanya! Saya Uchiha Sasuke, guru matematika kalian yang baru."
Kata guru itu dengan tatapan angkuhnya. Mata guru itu menilik satu per satu murid barunya hingga tatapannya jatuh pada Hinata yang menatapnya dengan tatapan tak percaya.
Apa? Hinata? Ya Hinata. Setelah 3 tahun menunduk akhirnya menatap seseorang dengan benar.
Hinata membulatkan matanya, seperti melihat monster atau iblis. Bahu Hinata bergetar pelan dan tangannya dicengkramnya kuat-kuat, Hinata akhirnya memilih kembali menunduk begitu guru baru itu melangkah lagi menuju meja guru tak jauh dari tempat guru itu berdiri.
"Sensei! Usianya berapa?"
"Sudah punya pacar belum?"
"Boleh minta nomernya nggak?"
"Akhirnya ada guru muda juga."
Begitulah kira-kira reaksi dari para siswi yang sangat tertarik pada guru magang tersebut.
"Hn. Sayangnya saya tidak akan menjawab pertanyaan kalian jika bukan tentang pelajaran. Buka buku kalian halaman 25!"
"Huuhhh…!"
Seru anak-anak kecewa karena harus memulai kembali pelajaran mereka.
Namanya Uchiha Sasuke, seorang guru muda yang baru saja lulus kuliah di luar negeri. Bisa dibilang Sasuke adalah orang yang jenius, lulus dari jenjang sarjananya di usia 20 tahun. Mengebut materi kulaih yang seharusnya menghabiskan waktu 4 tahun itu hanya menjadi menjadi 3 tahun.
3 tahun? Apa ada yang salah dengan waktu 3 tahun? Apa ada hubungan dengan angka 3 yang sebelumnya muncul?
Lagi-lagi belum saatnya kalian tahu ada apa dengan angka 3 itu.
"Sensei, saya tidak bisa nomor ini." Kata salah soerang siswi, tentu saja jawaban bukan merupakan tujuan dari pertanyaan isiswi berambut merah menyala itu. Bisa dekat dengan seorang laki-laki muda dan tampan? Sekalipun itu gurumu sendiri tentu saja tidak akan disia-siakan bukan?
"Eeehh…! Tidak bisa aku dullu yang tanya." Sahut siswi lain berambut layaknya permen kapas itu.
"Hhhh…."
Dan selalu berakhir dengan lenguhan panjang dari sang 'sensei' tampan tersebut. Sudah berulang kali dirirnya 'diperebutkan' oleh kedua siswi yang dianggapnya sangat berisik itu. Tetapi entah memang karena wajah dan otak cemerlangnya tentu saja membuat Sasuke digilai para wanita di sekelilingnya termasuk semua muridnya. Kecuali satu orang. Seorang siswi berwajah manis yang selalu menampakkan ekspresi takutnya dihadapan Sasuke, seorang dengan rambut indigo indahnya yang sangat dikenal oleh Sasuke. Sosok yang tentu tidak akan pernah dilupakan olehnya.
Menunduk. Hal yang merupakan kebiasaan seorang siswi cantik itu, hal yang membuatnya dianggap aneh, hal yang membuatnya tidak memiliki teman, dan hal itu pulalah yang menjadi sumber dari segala perubahan drastic yang dialaminya. Hanya dengan menunduk, muncul berbagi persoalan rumit yang melanda hidupnya dan memaksanya berubah selama 3 tahun terakhir.
BUKK
Yah, tentu saja hal itu juga yang membuat Hinata menabrakkan dirinya dengan seseorang dan membuat semua buku yang dibawa orang itu dan Hinata sendiri berserakan di lantai.
"Go..Gomen" Kata Hinata pelan, sesegera mungkin Hinata memungut bukunya dan berjalan cepat meninggalkan orang yang ditabraknya, bahkan tanpa melihat siapa yang ditabrak olehnya.
Orang itu terpaku melihat kepergian Hinata. Seorang siswa yang tak kalah tampannya dari sensei yang selalu dipuja. Seorang dengan rambut semerah darah dan tato 'ai' besar di dahinya. Matanya menatap tajam punggung Hinata yang semakin menjauh sebelum akhirnya menghilang.
"Hinata." Panggilnya pelan.
Seorang dengan nama Sabaku Gaara yang tertulis di seragamnya itu juga akhirnya memunguti bukunya.
Tak hanya seorang sensei yang sangat digilai siswi-siswi di SMA Konoha, melainkan juga sang ketua OSIS di sana. Sabaku Gaara tentu saja. Hidupnya yang sangat sempurna membuat siapa pun iri dan berlomba merebut perhatian calon pewaris perusahaan besar di Suna. Ingin terlepas dari status orang kayanya, sang pangeran malah memilih pindah dari Suna ke Konoha dengan status baru yang lebih sederhana. Memasuki sekolah dengan kempuannya sendiri bukan harta berlimpah milik orang tua. Gaara rela meninggalkan semua kemewahan yang layak didapatkannya demi sepenggal cerita di masa lalu. Demi sedetik kenangan yang sudah dilupakan oleh orang yang selama ini dinantinya. Demi sesosok gadis yang bahkan tidak mengingatnya dan tidak pernah melihatnya satu kali pun. Gaara memang pindah ke Konoha begitu masuk SMA tetapi jauh sebelum itu, Gaara sudah pernah beberapa kali bertemu dengan anak rekan bisnis ayahnya, seorang anak perempuan manis dan ceria, cinta pertama Gaara, dan juga alasan keberadaanya di Konoha, Hyuuga Hinata kecil. Hanya saat Hinata kecil yang adalah cinta pertama Gaara. Sayangnya cinta pertamanya itu sudah terlalu banyak berubah. Gaara hanya bisa melihat dari jauh sekarang. Mengerti benar apa yang membuat cinta pertamanya begitu berbeda, Gaara hanya bisa diam. Bagi anak orang kaya pun tak mungkin bisa membeli waktu yang sudah dilewati sang gadis, bukan?
Gaara adalah satu-satunya orang yang tahu apa yang sebenarnya terjadi dari kedua pihak. Pihak Hinata dan seorang lagi. Seseorang yang juga bisa dibilang dekat dengan Gaara karena hubungan kedua orangtua mereka. Tetapi Gaara hanya bisa diam. Ia ingin membantu tetapi hatinya terlalu egois untuk masalah yang satu lalu Hinata.
"Sabaku Gaara, ke ruanganku saat pulang nanti." Sebuah suara membuat Gaara tersedar kembali ke duaninya. Suara yang begitu akrab di telinganya. Salah seorang sahabat terdekatnya dan juga seorang guru di sini. Uchiha Sasuke.
TOK TOK
"Masuk!"
"Ada apa?" Tanya Gaara begitu masuk ke ruangan Sasuke.
"Begitukah caramu berbicara pada gurumu?"
"Kau memanggilku bukan karena urusan pelajaran."
"Yah, kau benar."
"Ada apa?"
"Kau masih menyukainya?"
"Siapa?"
"Kau tahu siapa yang kumaksud Gaara."
"Jika tidak kenapa dan jika ya kenapa?"
"Kalau begitu ambil saja dia."
Gaara menahan emosinya sebisa mungkin mendengar jawaban yang keluar dari mulut Sasuke.
"Jika bisa sudah kuambil dari dulu."
"Kau kurang berusaha."
"Jangan memulai UCHIHA." Gertak Gaara mulai tidak bisa menahan amarahnya. Gaara mengepalkan tangannya erat-erat.
"Aku sudah tidak ada urusan lagi dengannya. Ambil dan buat dia menjadi milikmu. Mudah kan? Dia sangat mengganggu penglihatan."
"Kalau begitu untuk apa kau kembali, hah?!"
GREP
Habis sudah kesabaran Gaara. Dengan kasar Gaara menarik kerah baju sensei muda itu. Sahabat baik. Tentu saja sangat baik hingga Gaara sangat mengerti kenapa Sasuke berkata demikian hanya saja lagi-lagi hatinya sakit jika menyangkut siapa yang mereka bicarakan. Gaara tahu apa alasannya, tetapi tidak tahu harus berbuat apa.
"Kenapa tidak kau pukul, heh?! Tenang saja aku tidak akan melaporkanmu ke guru lain."
"Cih!" Gaara melepaskan kerah baju Sasuke dan berbalik pergi.
"Kau merindukannya. Karena itu kau kembali. Kenapa tidak kau jujur saja padanya? Berhenti memakai topeng palsu itu!" Bentak Gaara sebelum meninggalkan ruangan Sasuke.
BRAKK
Sasuke menghela nafasnya panjang.
"SIAL!" serunya sambil menggebrak meja dengan keras. Sasuke memijat dahinya yang terasa sangat sakit sekarang. Dinasehati oleh muridmu sendiri? Rupanya kau tak sepintar yang orang kira Sasuke.
TBC
