Permata Ungu
Summary:
Tak peduli seberapa cerdik Byakuya melindungi adiknya, Aizen menemukan jalan untuk mendapatkan Rukia. IchiRuki, AiRuki. AU.
Disclaimer: Bleach bukan milik saya. Bleach hanya milik Kubo Tite-sensei.
.-.-.
Prolog
Dari beranda ini kupandangi lagi kediaman yang lebih tepat disebut istana. Kalau dulu aku selalu bertanya-tanya, kapan Rukia akan benar-benar tinggal di Kuchiki Manor. Tempat ini sangat megah dan indah, aura yang menguar menimbulkan rendah diri bagi kebanyakan orang. Sungguh berbeda dengan kepribadian Rukia yang sederhana dan rendah hati.
Tempat ini luas namun bagiku, terasa kosong. Ada yang janggal. Seharusnya ada sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang, yang mengisi rumah ini. Berbeda sekali sewaktu Rukia menghabiskan waktunya di sini- yang tidak pernah lama bahkan sesaat setelah dia hadir di dunia-, berada di tempat yang hanya bisa dibayangkan oleh orang awam dalam imajinasi mereka yang paling liar.
Aku menghela napas, entah untuk yang keberapa kali semenjak kegagalanku melindungi gadis itu. Rasa benci menyusup ke relung hati. Semakin aku berusaha memaafkan diriku, semakin kuat rasa bersalah menggerogoti hati dan pikiranku. Mengingat ketidakberdayaanku membuat napasku sesak. Jika itu terjadi, aku selalu memejamkan mata, berharap gelap yang menyelimutiku mengusir jauh-jauh bayangan Rukia. Namun berapa juta kali aku melakukannya, berjuta kali pula gambarannya yang muncul, memenuhi kepalaku dengan senyumnya, tawanya, dan ekspresi lain yang hanya dimiliki Rukia. Berputar silih berganti seperti slide show potret yang diputar super cepat. Bedanya, aku tak bisa menghentikan putaran gambar itu. Tidak hanya saat mataku terpejam, saat aku terjaga yang kulihat hanya Rukia.
Aku gagal!
Dua kata itu selalu terngiang di telingaku. Tidak hanya aku yang kehilangan dia, aku tahu itu. Yang lebih kompleks, bertahun-tahun aku bersamanya, dekat dengannya, tapi hanya dalam hitungan waktu, tiba-tiba dia terenggut dariku. Dari sahabat-sahabatnya. Dari pria yang mencintai dan dicintainya. Dan dari kehidupan yang telah akrab dengan Rukia.
Sekelebat mawar ungu mencuri perhatianku. Bunga itu ditanam dengan tangan ajaib Rukia. Jari-jarinya lentik dan kurus, sekilas terlihat rapuh. Namun tangan mungil itu mampu membuat apa saja tumbuh, bahkan ilalang atau rumput liar sekalipun. Seperti juga mawar itu, yang warnanya seperti warna mata Rukia.
Ungu selalu mengingatkanku padanya, tapi tentu saja hanya ungu yang dimiliki Rukia yang paling cantik, paling hidup. Sekali kau memandang matanya, selanjutnya kau akan berpikir warna ungu selain mata itu jadi pucat, kurang indah.
Semua berubah sejak Rukia pergi. Ah, aku tidak bisa memilah, apakah kata 'pergi' atau malah 'kembali' yang lebih tepat. Tidak, bukannya dia pergi untuk selamanya meninggalkan dunia ini. Rukia masih hidup. Tapi kenyataan bahwa dia tidak di sini lagi membuat kami benar-benar terpukul.
Dari dulu aku suka keluar, bertemu teman-temanku. Entah sekedar ngobrol tidak karuan mengenai hal-hal tidak penting, atau mengunjungi beberapa tempat. Sejak kepergian Rukia, aku semakin tidak menyukai kesendirian, karena ketika itulah aku kembali tenggelam mengenangnya. Aku menemui kawan-kawanku, berharap jika kebersamaanku dengan mereka membuatku sedikit melupakan rasa bersalahku.
Aku merasa lemah.
Namun mereka menghiburku, mengatakan aku sudah berjuang mempertahankan dan melindungi Rukia sekuat tenagaku.
Tentu saja aku khawatir dengan keadaannya. Apakah pria yang bersamanya sekarang memperlakukannya dengan baik? Apakah dia benar-benar baik-baik saja?
Bukannya kami sudah tidak bisa bertemu lagi. Namun aku dan semua orang di sini menyadari satu hal, bahwa semua sudah berubah. Rukia bukan lagi bagian dari kami. Bukan kami yang ada bersamanya, bukan kami yang melindunginya.
Sudah ada orang lain di samping Rukia. Dia tidak akan meninggalkan Rukia, dan Rukia juga tidak akan meninggalkannya. Mereka sudah mengikrarkan janji dan ikatan, dan tidak akan ada yang berani mencoba memutuskannya.
Aku menunduk, tangan besarku terkulai lemah. Seharusnya tangan ini bisa menahan Rukia, melindunginya supaya dia tetap di sini.
Ah, lagi-lagi depresi menghampiri. Rasanya sesak sekali.
Ada suara di sudut hati kecilku berteriak, seberapa terpuruknya aku menyesali keadaan, waktu tidak akan berputar kembali. Inilah kenyataan yang harus kuhadapi.
Hanya Aizen yang memiliki Rukia.
.-.-.
TBC
